Share

17. Pengakuan yang menyakitkan

"Fikri, ajak istrimu ke kamarnya. Jelaskan padanya yang sebenarnya. Sudah saatnya dia tahu!"

"Tapi, Bu ..."

"Sudah, sana!" Bentak Ibu lalu Mas Fikri menggandengku keluar tapi kutepis, aku berjalan cepat ke kamar.

Sampai di kamar, setelah Mas Fikri menutup pintu kamar, kuhampiri Mas Fikri, "Sekarang, jelaskan padaku, Mas, siapa Kartika?!"

"Tenang dulu, Tiara. Iya aku akan jelaskan tapi kamu tenangkan diri dulu, ya. Kamu berbaring dulu. Ingat ada buah cinta kita di perut kamu. Aku nggak pengin terjadi apa-apa dengannya. Kita bicara baik-baik." Mas Fikri memegang bahuku lalu menuntunku ke ranjang.

Aku duduk di ranjang. Kusandarkan kepala yang terasa berat pada headboard yang diganjal bantal oleh Mas Fikri. Aku diam menahan gejolak dan tangis yang dari tadi mengguncang batinku seolah bisa merasakan firasat akan apa yang diceritakan Mas Fikri.

Mas Fikri duduk di tepi ranjang di sebelahku sambil mengusap kepalaku dengan linangan airmata. Entah airmata buaya atau air mata sungguhan. Kute
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status