Share

11. Aku ingat, pesawat layang-layang.

“Beberapa hari yang lalu aku bertemu Rici.”

“Richie?”

“Hm. Dia ada di cafĂ© master pedas. Jadi kasir,” kataku sambil membantu Ajeng membuat pesawat dan burung-burungan dari kertas origami. Esa sedang mengerjakan sesuatu di garasi, sementara aku menemani anak-anak melukis di atas kertas layang. (Project Ajeng yang minggu lalu sempat dimulai bersamaku.)  

“Kamu say hai?” Esa melirikku sejenak yang duduk di ambang pintu. Sedangkan ia tengah sibuk membelah batang bambu menjadi tipis-tipis untuk dipakai membuat layang-layang di garasi.

“Iya lah. Dia kan teman dekatmu.”

“Kata siapa?”

“Katanya.”

Ia mendengus lirih. Menanggapiku sekenanya.

“Temanmu itu sebenarnya kerja apa, sih?”

“Kan katamu tadi kasir.”

“Bukan… aduh, salahku. Maksudku, dia itu sebenarnya siapa? Katanya kemarin ia pemilik café larasa di dekat pom bensin itu, terus sekarang tempat makan. Dia pengusaha?”

“Mana ku

Sun🌅

See you the next part^^

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status