Bunga anggrek itu berhasil menarik perhatian teman satu kantor Bianca. Mereka sangat penasaran apa hubungan Bianca dengan orang yang mengirimi bunga itu. Karena selama pengalaman mereka bekerja bersama, tak satu pun ada kisah tentang romansa yang terdengar dari seorang Bianca. Wanita muda itu dikenal serius dalam bekerja, berbicara seperlunya, dan jarang berkumpul dengan teman-teman sepulang kerja.
Awalnya hanya Lia yang tahu inisial di kartu itu A. Kini seluruh kantor tahu. Bukan karena Lia yang menyebarkannya, tetapi karena Bianca memberikan kesempatan pada mereka untuk tahu. Kartu itu masih di sana. Bianca tidak menyingkirkannya. Jadi saat Bianca meninggalkan meja, dengan lancang beberapa rekan yang suka bergosip mengintip kartu itu. Maka tersebarlah penggemar rahasia berinisial A itu.
"Kabarnya ada yang punya penggemar rahasia? Kau tahu siapa, Bi?" Bahkan Melissa, atasan Bianca di divisi perencanaan pun sudah mendengar cerita itu. Tadi saat Melissa di toile
Keesokan paginya, Bianca sedang duduk dengan tangan terlipat di dada, matanya menatap lurus ke sebuah vas kaca bening berisi air dengan beberapa tangkai mawar kuning yang cantik nan harum. Bersama bunga itu lagi-lagi ada sebuah kartu dengan inisial A sebagai pengirim. Wanita itu masih belum menebak arah keinginan si pengirim.Kemarin di meja resepsionis, kali ini begitu berani meletakkan bunga itu di meja kerja. Bisa saja Bianca mengabaikan lagi seperti yang sebelumnya, tetapi kali ini sedikit keterlaluan. Kembali diliriknya kartu itu, teringat tulisan di dalamnya, "Bisakah kita berteman?"Mengabaikan teman satu ruangan yang saling bertukar tatap karena bunga mawar di mejanya, Bianca pergi mencari Joko, office boy yang bertugas di lantai kantornya. Wanita itu menuju ruang pantry. Namun, tak mendapati siapa pun di sana. Saat akan keluar, Bianca berpapasan dengan Lia yang baru keluar dari lift."Nyari siapa, Bi?" tanya Lia."Pak Joko. Kamu lihat?" Lia
Pria berparas tegas itu sejenak tertegun dengan ajakan Luna Maheswari yang terkesan ingin sekali mengakrabkan diri dengan dirinya. Adam menyimpulkan sebuah senyum, "Tentu. Tapi saya lihat dulu jadwal saya besok. Nanti biar Vina yang mengabarimu. Oke?" Tidak ada alasan bagi Adam untuk menolak atau bersikap tidak ramah dengan ajakan siapa pun, termasuk Luna. Hanya saja dia akan lebih mengutamakan mana yang lebih penting.Artis yang sedang naik daun itu matanya berbinar bahagia. Dia spontan meraih tangan Adam untuk mengutarakan rasa terima kasihnya. "Makasih, ya, Mas," bisiknya dengan senyuman termanis.Tok! Tok!Pintu terbuka dan menampilkan Hassan, yang melihat pemandangan sang bos tangannya dipegang oleh sang artis. "Oh, maaf mengganggu," ucap Hassan sambil akan menutup pintu kembali, tetapi Adam mencegahnya.
Pria berambut hitam tebal itu sedang berbicara melalui ponsel dengan sang ayah. "Iya, Yah?" [Kamu tolong gantikan ayah makan malam dengan Mr. Li, ya] ujar Tuan Adyaksa. "Hari ini?" tanya Adam. [Iya. Ibumu minta ditemani ke Singapura. Tahu sendiri kalau ayah menolak pasti panjang urusannya] jawab suami Nyonya Wursita itu. Seketika Adam mengulas senyum dan teringat sifat sang ibu yang mudah merajuk. Pernah suatu seketika Nyonya Wursita jatuh sakit karena anemia yang dideritanya dan hanya akan makan jika Adam pulang menyuapinya. Saat itu Adam memang sudah hampir dua bulan tidak pulang ke Menteng terhalang pekerjaannya dengan OSG yang baru saja dimulai. Trias berjalan mengantar Adam ke pintu lift. "Pertemuan dengan pihak Advance Advertising akan dilakukan hari ini. Bos mau jadwalnya ditunda biar bisa menemui mereka langsung?" tanya Trias. "Nggak perlu. Aku serahkan sama kamu. Siapa nanti yang datang?" "Kepala divisi Perencanaan mereka," jawab wanita hamil itu. Sejenak Adam tertegun
Pagi pun tiba. Bianca sengaja datang lebih awal karena bermaksud ingin menemui satpam yang berjaga shift malam. Hajatnya untuk mengetahui pengirim bunga itu masih bergelora. Setelah memarkirkan si marun, motor matiknya, perempuan itu menghampiri seorang penjaga di pintu masuk gedung.Melihat kartu tanda pengenal yang menggantung di leher Bianca, penjaga itu mengenali bahwa Bianca adalah pegawai di gedung itu, sehingga pria itu tidak mencegahnya. "Selamat pagi, Bu?" tanya pria itu santun."Pagi, Pak Eko," sapa Bianca setelah melihat deretan huruf di seragam yang pria itu kenakan."Pagi sekali, Bu?" tanya Eko heran."Iya. Sekali-kali menghindari polusi, Pak," kata Bianca berbasa-basi. " Pak Eko baru di sini? Saya nggak pernah lihat," ujar Bianca menyelidik."Betul, Bu. Ini minggu pertama saya dan dapat shift malam," terang Eko.Bianca mengangguk tanda dirinya paham. "Oh, iya, Pak. Apa Pak Eko juga yang menerima kiriman bunga mawar buat s
"Tolong! Saya terjebak di dalam sini!" teriak Bianca.Si pengetuk pintu langsung membuka pintu toilet wanita. Wajahnya terkejut karena mengira pintu utama toilet yang macet. Dia melihat ada bunga dan tas kerja di dekat wastafel. "Di mana?" serunya.Merasa mengenal pemilik suara itu, Bianca coba memastikan. "Pak Fahar?" tanyanya."Bianca?" Pria itu pun mengenali suara si korban."Saya di sini, Pak! Pintunya tidak bisa dibuka!" cicit Bianca.Karena mendengar ketukan Bianca, Fahar tahu perempuan itu terjebak di dalam bilik kedua."Menjauh dari pintu!" titah Fahar.Bianca beringsut di pojokan ruangan dengan tetap menjaga kesadarannya.Kemudian lelaki ini mencoba menekan kenop dan mendorong paksa dengan mengandalkan sisi samping badannya. Percobaan pertama gagal. Begitu pun percobaan kedua dan ketiga. Lalu usaha keempat membuahkan hasil. Lelaki itu terkejut melihat kondisi Bianca.Sementara itu Bianca menatap nanar ke a
Rupanya Adam dan Fahar adalah kawan lama semasa menempuh S1 di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Mereka berbeda jurusan, tetapi terbilang akrab karena memiliki kesukaan yang sama yaitu menulis puisi. Sehingga mereka sering bertemu dalam satu komunitas pecinta puisi di kampus. Mereka rajin mengikuti acara-acara seni literasi. Menghadiri pementasan musikalisasi puisi. Hingga pernah menggagas buku antologi puisi bersama. Namun, belum sempat naik cetak karena jejak Adam menghilang di hari mereka wisuda. Kabar yang Fahar dapat ketika itu bahwa Adam segera terbang untuk meneruskan S2 di Amerika. Sejak saat itu, Fahar hilang kontak dengan Adam. Hingga tibalah hari saat Fahar melihat kontrak kerja sama dengan perusahaan OSG. Ada nama Adam Harun Saguna tertera pada bagian pihak pertama. "Adam Harun Saguna?" desis Fahar. "Benar. Itu adalah nama pemilik OSG sekaligus CEO kami. Saya di sini bertindak sebagai wakil beliau untuk pelegalan kontrak
Diawali dengan bunga anggrek, hari berikutnya mawar, kemudian bunga matahari. Semua makhluk cantik itu membuat Bianca tak henti-hentinya berpikir apa keinginan si pengirim. Sambil menatap kertas kecil yang berisi pesan singkat dan tentu saja dari seseorang yang berinisial A.~Jadi, kita sudah berteman. Teman?~AMawar kuning di meja kerjanya belum juga layu, dan kini tiga tangkai bunga matahari sudah datang. Dengan malas, Bianca melepas ikatan pita hijau pada bunga berkelopak kuning itu. Kemudian satu per satu tangkainya diselipkan di tengah kuntum mawar.Beberapa orang sudah berdatangan dan mereka mempersiapkan diri sebelum jam kantor benar-benar dimulai. Tak terkecuali Bianca, meskipun dirinya sedang diliputi rasa penasaran, tetapi pekerjaan lebih utama baginya. Terlebih lagi, kejadian pagi itu tentang dirinya yang terkurung di dalam toilet membuat energi paginya sudah cukup terkuras.'Terserah apa maumu," batin Bianca saat melihat sekali lagi isi kertas dan melemparnya asal.Amelia
Ibu Sun melihat Adam berdiri mematung, kemudian segera pergi menghampiri sang tamu. "Ada apa, Nak Adam?" tanyanya. "Bunganya cantik, Bu," sahut Adam saat menunjuk anggrek bulan ungu yang tersimpan di rak kayu di bawah pohon mangga. Bersisian dengan pot bunga lainnya. "Oh, bunga ini. Iya, saya juga suka lihatnya. Warnanya kalem sekaligus berani.""Ibu Sun sepertinya terampil merawat bunga, ya," puji Adam."Saya memang suka berkebun sejak muda. Tapi pengalaman merawat anggrek? Ini pertama kali. Semoga saja si cantik ini berumur panjang dengan saya," tutur wanita itu dengan menyentuh ujung kelopak bunga ungu itu.Entah mengapa tiba-tiba Adam merasa ada keterkaitan antara Ibu Sun dengan Bianca. Seingat Adam, ibu Bianca bekerja di panti asuhan, tetapi dia lupa nama lengkap panti maupun nama ibu Bianca. Namun, adanya bunga anggrek ungu itu membuatnya berpikir untuk menanyakan sesuatu yang lebih spesifik."Ini beli di mana? Saya jadi ingin punya juga.""Aduh, saya kurang tahu. Soalnya saya