Share

BAGIAN : 4

Raja Iblis Banaspati sudah mendengar kedatangan kembali Wiro Sabrang di raja pedang yang sangat legenda itu. Ia berharap bisa bekerjasama dengan pendekar siluman itu jika bisa. Tapi ia sudah mengukur seluruh kekuatan pengawal dan bala prajurit Singosari yang mendukungnya. Seluruh sudut benteng Kraton Singosari sudah dijaga dedemit yang sangat sakti. Sedang di pagelaran dan setinggil dijaga ketat pasukan gendruwo dan mayat hidup yang kebal dan tidak bisa mati. Tentu saja Banaspati juga kuatir jika Wiro Sabrang dibantu sang Hyang Wisesa jagad dan Sang Hyang Wenang.

Ketika raja Sanjaya yang melarikan diri dari kejaran Wiro Sabrang berlindung kepada Banaspati, tentu saja raja iblis itu mulai curiga karena Sanjaya mengatakan bila ada ular naga raksasa menyerang prajurit dedemit hingga membakar langit.

"Mohon bantuanmu Banaspat!" kata Sanjaya yang didengar Banaspati lewat angin.

Banaspati jelas tidak mungkin bisa mengalahkan jika pendekar purba itu membawa pusaka dari kyai Antaboga penguasa laut Selatan. Raja iblis itu menarik nafas dalam sambil bertolak pinggang.

"Bajulputih..coba kamu siapkan wadyobolo di depan benteng dan Nagagini berjaga di alun - alun." perintah Banaspati kepada para pengawal dan prajurit Singosari.

"Sendika Gusti."

Banaspati tak pernah mengira bila yang datang kali ini bukan manusia biasa yang bisa dianggap remeh seperti rakyat Singosari dan seluruh Kraton yang ada di tanah Jawa. Wiro Sabrang pernah ia dengar sebatas dalam catatan dan cerita para begawan tua terdahulu.

Namun kali ini ia harus mempertimbangkan lebih matang ketika kegaduhan itu terasa sampai dalam istana.. Kepala ular naga raksasa itu terlihat jelas tegak berdiri hingga menyentuh gumpalan awan dilangit. Luar biasa besar naga raksasa itu tubuhnya hingga terlihat dari dalam istana yg berjarak 500 meter.

"Antaboga!!" gumam Banaspati sambil mengerutkan kening dan bertolak pinggang. Siapapun tentu takkan mampu mengalahkan ular naga raksasa penguasa lautan itu. Tapi Banaspati tidak takut dengan para penguasa di atas bumi. Banaspatipun langsung melesat ke atas langit dan menangkap tanduk ular naga raksasa itu.

"Nagalodra!" pekik Banaspati ketika ia sudah duduk diatas kepala ular naga raksasa itu sambil memegang tanduknya.

"Pasti engkau mengira aku Antaboga yang datang membawa muridnya manusia purba" kata ular naga raksasa yg ternyata sahabat Banaspati.

"Bagaimana kamu tahu itu Nagalodra?" tanya Banaspati.

Banaspati jadi lega karena kedatangan sahabatnya Dewa nagalodra datang ingin membantu melawan Wiro Sabrang si pendekar purba yang legend itu. Kalau Antaboga saja yang jadi guru dari Wiro Sabrang pastilah ilmunya tak seberapa tinggi dibanding Nagalodra dewa penguasa samodra Utara.

"Aku sudah mendengar berita dari dewa Alam Jim dari Selo Maroko. Seluruh kaum Jim siap membantumu dalam bertarung menghadapi Wiro Sabrang." kata Naga Lodra yang dengan cepat merubah ujud menjadi seorang laki2 berpakaian sangat mewah terbuat dari kulit ular dan mahkota yang melingkari kepalanya. Kepala ular dengan mulut menganga perlihatkan taring dan ludahnya menjulur merah. Kedua sahabat itu berpelukan sangat mesra karena sudah lebih 300 tahun tidak bertemu.

"Apakah engkau sudah kenal siapa itu Wiro Sabrang?" tanya Banaspati.

"Pernah, dia sangat berbahaya karena selama 1000 tahun tinggal di kawah Candradimuka bersama Yamadipati pencabut nyawa."

"Kawah Candra Dimuka?" gumam Banaspati yang sangat terkejut mendengar istilah itu. Karena setahu Banaspati, Kawah Candra Dimuka adalah tempat kerajaan jin dan dedemit yang ada di langit. Bagaimana dengan Wiro Sabrang jika ia tinggal di sana dalam asuhan Yama Dipati?

"Yah. Kawah Candradimuka itu neraka tempat sarang jin setan peri persyangan. Karena itulah aku ingin bantu kamu semampuku." kata Nagalodra.

****

Wiro Sabrang sudah tiba di benteng Singosari dimana para jin dan siluman sudah berjaga di sepanjang tembok raksasa setinggi 30 kaki itu. Benteng yang ditutup oleh pintu gerbang yang terbuat dari kayu besi setebal satu kaki dan setinggi 20 kaki sangat rapat dengan dua orang penjaga yg bersenjatakan pedang dan tameng.

Wiro Sabrang sudah melangkah dan berdiri di depan gerbang meminta ijin masuk kepada penjaga gerbang. Tapi mereka yang sudah mendapat instruksi dari pengawal istana mengacungkan pedang ke dada Wiro Sabrang.

"Kembalilah pergi kalau sayang nyawamu. Kerajaan ditutup untuk umum." kata penjaga gerbang . Tapi Wiro tetap melangkah dan menghajar dua penjaga itu dengan pukulan tangan kosong. Dalam tempo singkat dua penjaga itu terkapar tak berdaya hingga Wiro dengan mudah masuk ke dalam alun- alun dimana puluhan pasukan sudah menunggu dengan pedang ditangan. Wiro Sabrang langsung diserbu pasukan bersenjata pedang itu. Mereka memandang Wiro Sabrang hanyalah manusia biasa dengan pakaian kulit binatang jaman purba. Karena itu mereka menyerang beramai- ramai sambil menyabetkan pedang ke tubuh Wiro tanpa ampun.

"Hiiiiaaaahhhh."

"Trang Trang!"

"Huk auchh!!"

Tapi mereka keteter ketika serangan tangan dan tendangan kaki pendekar purba itu sangat mematikan. Bahkan Wiro Sabrang mampu melompat terbang sambil menginjak kepala para prajurit yang mengeroyoknya. Hal itu tentu membuat Nagagini dan Parikesit yang menjadi pengawal garis depan cepat menghalau langkah Wiro Sabrang .

"Eh tunggu dulu sobat!" kata Nagagini yg sudah langsung melancarkan tendangan ke tubuh Wiro Sabrang.

"Hhhhiiiiiiaaaahhhh!!"

"Wuuuuusssss!!"

Nagagini terdesak mundur hingga sepuluh langkah ketika sebuah pukulan tenaga dalam yang dilancarkan Wiro Sabrang menghantam dadanya.

"Mana Banaspati?" bentak Wiro.

"Akulah Banaspati!" kata Parikesit yang sudah bersiaga dengan pasang kuda2. Sedang Nagagini yang sudah kembali bangkit melompat menyerbu Wiro Sabrang dengan ayunkan pedang.

"Hhiiiiiaaaaashhhh!!'

"Heit !! Heitt!!"

"Aaaaaachh!!"

Semudah itu bagi Wiro Sabrang menghajar dua pengawal terdepan Banaspati. Kedua pengawal itu baru tahu betapa tubuh Wiro Sabrang tidak mempan senjata pedang dan pukulannya bagai batang besi yang mampu mematahkan tulang mereka.

Wiro tahu jika buruannya masih berada di dalam istana ketika para pengawal itu telah terkapar di garis depan. Karena itu Wiro tidak membuang waktu langsung melesat masuk ke setinggil yang dijaga ketat oleh manusia berkepala ular naga. Dialah Naga Lodra sahabat dari raja iblis Banaspati. Jelas sekali Wiro Sabrang terkejut melihat siluman Naga Lodra yang tidak pernah ia kenal.

"Ha ha ha tentu engkau belum mengenalku Wiro." sambut Naga Lodra.

"Hiiiiiaaaaattt."

Wiro Sabrang memandang mata Naga Lodra yang tampak memandang remeh kepada lawannya. Wiro Sabrangpun mengerahkan tenaga dalam sambil menarik nafas dalam..

"Hiiiiaaaaatttt"

"Wuuuuuzzzzz!!!"

"Bluuuaaaaarrrr"

Sinar biru memancar dari telapak tangan Naga Lodra disertai dengan ledakan yang sangat dahsyat ketika meentambar ke arah Wiro Sabrang yang sudah bersiap dengan golok pusaka di tangannya. Ledakan yang sangat dahsyat itu memercikkan api dan berkobar membakar tubuh Naga Lodra.

" Ha ha ha ha ha..ayoo terus kuras seluruh kekuatanmu Wiro Sabrang !"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status