Share

CHAPTER EIGHTEEN

Raffa mengusap-usap punggungku tiada henti. Dengan sesekali menghapus lelehan air mata di wajahku menggunakan jari-jari mungilnya. Serta dirinya yang terus mengecup pipiku lembut, membuatku terharu tiada tara.

Sepertinya tangisanku membuat putraku ikut bersedih. Dia ikut meneteskan air matanya bersamaku.

“Daddy mana, Mom? Kok belum pulang? Mommy kenapa nangis?”

Aku menatap wajah putraku yang bagaikan miniatur Raefal. Mereka sangat mirip hingga melihat wajah Raffa langsung mengingatkanku pada ayahnya.

Ayahnya yang mungkin sedang bersenang-senang dengan wanita murahan itu sekarang.

Aku menghela napas panjang, menyadari aku terlihat bodoh dan rapuh dengan menangis seperti ini. Tangisan tidak akan membantu apa pun bukan? Tentu aku menyadarinya. Hanya saja air mata juga diperlukan sebagai luapan rasa sakit, yang lebih baik diungkapkan daripada dipendam dalam hati.

Sudah puas menangisi nasibku yang malang, bergegas aku menghapus jejak air mata di wajahku kasar menggunakan punggung tanganku.
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status