“Sepertinya, Dafa sudah lebih tenang. Akhir minggu ini, mari kita bertemu bersama. Tentu saja, jika kita bekerja sama, akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah ini,” ucap Farrah pada Ezra yang duduk di seberangnya. Kali ini, seperti biasanya Farrah datang mengunjungi Ezra. Tentu saja untuk memastikan jika Ezra tidak lagi membuat ulah. Meskipun sebenarnya Farrah yakin jika Ezra tidak akan lagi membuat kesalahan yang tentunya hanya akan membuat dirinya semakin berada dalam situasi yang sulit.
Ezra yang mendengar hal itu tentu saja merasa cukup lega. Semenjak Dafa tahu jika Viola terlibat masalah karena kesalahan yang sudah ia perbuat, Dafa sama sekali tidak mau bertemu dengan Ezra. Tentu saja Ezra merasa takut jika dirinya harus kehilangan seorang sahabat di masa sulit seperti ini. Semua masalah itu membuatnya takut. “Syukurlah jika Dafa memang tidak lagi marah padaku. Semoga kita bisa mendapatkan cara untuk membawa Viola kembali. Terima kasih karena kalian sudah mau membantuku,” ucap Ezra tulus pada Farrah.
Farrah mengangguk. “Kau jelas harus berterima kasih. Ingat kesalahanmu ini seumur hidup. Jika sampai kau melakukan kesalahan yang sama, kami tidak akan pernah membiarkanmu. Sekarang, kita hanya harus fokus terhadap Viola. Apa pun yang terjadi padanya, kita harus membawanya kembali,” ucap Farrah.
Baru saja Farrah selesai dengan perkataannya, terdengar suara ketukan pintu yang tidak sabar. Ezra yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Saat Farrah berniat bangkit untuk membukakan pintu, saat itulah Ezra melarangnya. “Tidak, biarkan aku yang membuka pintu. Kita tidak tahu siapa yang datang. Bisa saja itu adalah orang-orang dari bar yang masih belum puas untuk menghancurkan hidupku. Lebih baik, kau tetap di sini atau bersembunyi di kamar Viola,” ucap Ezra segera memasang kewaspadaannya di tingkat tertinggi.
Farrah menurut, dan membiarkan Ezra bangkit lalu membukakan pintu. Namun, Ezra yang membukakan pintu tampak terkejut dan menyerukan sesuatu yang segera membuat Farrah bangkit dari duduknya dengan wajah menegang. Farrah melangkah menuju pintu utama dan terkejut melihat seorang gadis yang berada di dalam pelukan Ezra. Gadis itu tampak lusuh dengan seragam pelayan yang ia kenakan. “Viola?” panggil Farrah tidak yakin.
Ezra yang masih memeluk adiknya dengan erat, segera menatap Farrah dengan haru. “Adikku sudah pulang, Farrah. Tuhan mendengar semua doaku,” ucap Ezra lalu mengeratkan pelukannya pada Viola yang juga memeluknya dengan erat.
Farrah hanya bisa mematung dalam beberapa detik. Pikirannya sangat kosong dan hanya bisa menatap Ezra dan Viola yang saling berpelukan dengan kondisi Viola yang menangis tersedu-sedu. Untungnya, Farrah bisa menyadarkan dirinya dalam waktu cepat. Baru saja Farrah akan mengatakan sesuatu, tubuh Viola tiba-tiba melemas dan jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Ezra. Tentu saja hal itu membuat Ezra panik. Farrah sendiri langsung mendekati Ezra dan berkata, “Ayo bawa ke dalam kamarnya. Aku harus membersihkan tubuhnya dan aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksa Viola. Tolong jangan hubungi Dafa terlebih dahulu, karena dia tengah ujian. Jika mendengar Viola sudah kembali seperti ini, Dafa pasti akan segera meninggalkan ujiannya.”
Ezra tidak memiliki pilihan, selain menuruti apa yang dikatakan oleh Farrah. Ia segera menggendong Viola menuju kamarnya. Setelah itu, Farrah meminta Ezra untuk membeli bubur atau makanan lunak lainnya yang bisa disantap oleh Viola saat dirinya sadar nanti. Sepeninggal Ezra, Farrah pun menatap Viola yang berada di atas ranjang dengan tajam. Ia menggigit bibirnya dengan kesal dan mengeluarkan ponselnya, ia berniat untuk menghubungi Flo. Namun, Farrah menghentikan niatnya sessat karena mendapatkan sebuah ide yang rasanya lebih cemerlang. Sedetik kemudian, Farrah tersenyum tipis dan kembali melanjutkan niatnya menghubungi Flo.
“Ini aku. Aku ingin membicarakan kesepakatan kita sebelumnya. Aku ingin menambah poin kesepakatan, tidak perlu mencemaskan apa pun. Aku akan menambah nominal uang yang sebelumnya sudah kau terima. Tentu saja, dengan syarat kau bisa memenuhi poin kesepakatan baru yang aku ajukan,” ucap Farrah sembari kembali menatap wajah Viola yang dihiasi jejak air mata yang mengering.
***
Viola membuka matanya dan disambut oleh langit-langit usang yang begitu ia rindukan. Seketika dada Viola terasa sesak. Ini perasaan sesak yang ditimbulkan oleh perasaan bahagia dan terharu. Akhirnya, Viola bisa kembali ke rumahnya. Viola tidak perlu lagi mencemaskan apa pun. Meskipun Gerald berhasil merenggut keperawanannya, bahkan membuat dirinya merasa sangat terhina karena memperlakukannya selayaknya hewan peliharaan, tetapi kini Viola bisa kembali menata kehidupannya. Viola hanya perlu menghapus keberadaan Gerald dalam ingatannya. Semuanya sudah kembali pada posisi normal. Viola pasti bisa hidup dengan baik.
Viola meneteskan air matanya saat berusaha untuk meyakinkan dirinya berulang kali. Viola menahan tubuhnya yang mulai bergetar karena rasa takut. Viola takut jika Gerald mengejarnya. Namun, di sisi lain Viola meyakinkan dirinya jika Gerlad tidak mungkin mengambil langkah itu. Gerald orang yang berkuasa dan memiliki harta berlimpah. Dengan mudah, Gerald bisa mendapatkan wanita yang menggantikan posisi Viola, tentu saja dengan cara yang sama saat Gerald mendapatkan Viola. Saat Viola masih larut dalam pikirannya sendiri, seseorang masuk ke dalam kamarnya dan terkejut dengan Viola yang sudah bangun.
“Viola.”
Viola menoleh dan melihat Farrah mendekat padanya. Tangis Viola semakin kencang dan membuat Farrah segera membuat Viola duduk serta memeluknya dengan erat. “Tenang, Viola. Kau sudah aman,” ucap Farrah meminta Viola untuk tenang. Tak lama, Ezra pun masuk ke dalam kamar. Farrah pun secara alami melepaskan pelukannya dan membiarkan Ezra untuk berbincang berdua dengan adiknya itu. Farrah tahu, jika ada banyak hal yang ingin dikatakan oleh Ezra pada adiknya. Farrah ke luar dari kamar, tetapi dirinya berdiri di dekat pintu kamar Viola untuk mendengar apa yang tengah dibicarakan oleh kakak beradik itu.
“Viola, maafkan Kakak. Karena Kakak, kamu mengalami masa sulit,” ucap Ezra dengan penuh penyesalan.
Viola yang duduk di hadapan Ezra menggigit bibirnya dengan kuat. Bukan hanya masa sulit, tetapi masa yang rasanya ingin Viola hapus dalam ingatannya. Viola tidak mau lagi berada di dalam lingkaran setan yang membuatnya ingin mati saat itu juga. Viola meneteskan air matanya dan berkata, “Terima kasih karena Kakak sudah mau menerimaku lagi, meskipun sudah tau apa yang terjadi padaku.”
Ezra yang mendengar hal itu segera menggeleng dan memeluk adiknya yang kembali menangis pilu. “Tidak, jangan berpikir seperti itu. Kakak yang sudah melakukan kesalahan hingga membuatmu menanggung semua hal mengerikan itu. Bagaimana mungkin Kakak tidak menerimamu? Kakak harus menebus kesalahan yang sudah Kakak perbuat sebelumnya. Mari kita mulai hidup yang baru, dan lupakan semua yang sudah terjadi. Kita harus tetap berjalan ke depan, Vio,” ucap Ezra menguatkan adiknya.
Viola membalas pelukan kakaknya dengan erat. Viola mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Memang, hidup Viola hancur karena kesalahan yang sudah diperbuat oleh sang kakak, tetapi Viola sama sekali tidak bisa merasa marah atau membencinya. Ezra satu-satunya keluarga yang ia miliki. Viola hanya bisa berusaha memaafkannya dan melupakan semua kesalahan sang kakak. Viola harus melanjutkan kehidupannya, terlepas dari semua hal mengerikan yang sudah ia alami. Saat ini Viola sudah aman, setelah dirinya benar-benar pulih, Viola akan meminta kakaknya untuk pindah dari rumah ini. Meskipun kemungkinan kecil Gerald mengejarnya, tetapi Viola harus memastikan jika dirinya tidak akan lagi kembali ke dalam sarang monster yang menghancurkan hidupnya itu.
“Viola sudah minum obatnya?” tanya Farrah pada Ezra yang kembali ke dapur dengan nampan berisi mangkuk kosong.“Sudah, sekarang dia sudah tidur,” jawab Ezra.Keduanya lalu duduk di meja makan dan berbincang mengenai Viola. “Kamu masih belum menghubungi Dafa mengenai kepulangan Viola, bukan?” tanya Farrah.
Dafa menatap gelas kristal berisi cairan keemasan yang berada di hadapannya. Ia tampak larut dalam pikirannya sendiri dan tempak terlalu tenang untuk seukuran seorang pria muda yang tengah berada di club malam. Tentu saja Dafa berbeda dengan teman-temannya yang lain yang kini menggila di lantai dansa. Mereka menari mengikuti hentakkan musik, hingga tertawa dengan para wanita bayaran yang menemani mereka mala mini. Sebenarnya, Dafa tidak terlalu dekat dengan teman-temannya itu. Namun, Dafa berusaha untuk mendekati mereka untuk mengorek informasi mengenai wanita-wanita yang dijual oleh Flo. Teman-teman Dafa juga adalah pelanggan tetap di bar Flo, yang artinya mereka memiliki beberapa informasi yang bisa menguntungkan bagi Dafa.
“Jangan merasa tidak nyaman. Pakai pakaian yang sudah aku belikan, dan makan apa pun yang ingin kamu makan. Hanya saja, untuk saat ini jangan ke luar dari kamarmu. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kakakmu, dan orang-orang dari bar Flo,” ucap Dafa sembari meletakkan beberapa kantung belanja berisi pakaian dan beberapa peralatan pribadi yang tentu saja dibutuhkan oleh Viola selama tinggal di hotel.Ini adalah hari kedua Viola tinggal di hotel yan
“Tidak ada hal mencurigakan yang terjadi semalam, bukan?” tanya Dafa pada staf hotel yang ia tugaskan untuk mengawasi unit yang ditinggali oleh Viola.“Tidak ada, Tuan. Tapi saya belum mengantarkan sarapan, Nona tadi malam sudah berpesan pada saya untuk mengantarkan sarapan saat Tuan tiba. Sepertinya, Nona ingin sarapan bersama dengan Tuan Dafa,” ucap staf hotel yang dipercaya oleh Dafa tersebut.Mendengar ucapa staf hotel itu, Dafa pun tidak bisa menahan sudut bibirnya yang terangkat. Tentu saja, Dafa merasa sangat senang. Padahal, Dafa berusaha untuk tidak mengharapkan cinta Viola, apalagi setelah tahu hal buruk yang terjadi pada gadis itu. Bukan karena Dafa merasa jijik setelah mengetahui kebenaran bahwa Viola sudah disentuh oleh pria lain, tetapi lebih karena Dafa tahu jika Viola bisa saja merasa trauma dengan hubungan yang melibatkan perasaan antar lawan jenis. Dafa berniat untuk membuat Viola terbiasa dengannya, dan mendekatinya secara per
Setelah puas mencium Viola, Gerald pun melepaskan ciumannya dari perempuan satu itu. Gerald tampak puas saat melihat bibir Viola yang membengkak. Tampak merekah indah dan mengundang Gerald untuk kembali memberikan ciuman yang sama panasnya seperti sebelumnya. Namun, ini belum saatnya. Gerald memiliki sebuah rencana lain untuk bersenang-senang dengan Viola. Hanya saja, untuk saat ini Gerald harus membuat Viola mengisi energinya terlebih dahulu. Viola harus makan, agar bisa bersenang-senang dengan benar nantinya. Gerald mengambil nampan dan memilih untuk menyuapi Viola. Tentu saja, hal itu membuat Viola membulatkan matanya. “A, Apa?” tanya Viola.“Makan,” perintah Gerald singkat dengan memberikan tatapan tajam pada Viola.Tentu saja, hati Viola memberontak dan tidak ingin menerima suapan tersebut. Rasanya Viola ingin mnepis nampan berisi makanan tersebut, serta membuat kekacauan. Namun, saat ini Viola bahkan masih bisa melihat senjata api yang Ger
“Katakan, di mana Viola?” tanya Dafa sembari mencengkram leher Ezra. Pria itu tampak terengah-engah karena baru saja kembali berengkar dengan Ezra, bahkan berkelahi dengan hebatnya.Farrah juga ada di sana, dan tampak begitu cemas dengan keadaan Dafa. Tidak seperti sebelumnya, kini Ezra melawan balik dan membuat Dafa sama babak belurnya dengan dirinya. Farrah sama sekali tidak peduli dengan keadaan Ezra, tetapi Farrah begitu cemas dengan keadaan Dafa. Rasanya, jika saja Dafa tidak mengajak mereka bertemu bertiga, Farrah sama sekali tidak mau lagi bertemu dengan Ezra. Karena bagi Farrah, Ezra adalah biang masalah yang sudah membuat hubungannya dengan Dafa semakin renggang. Jika saja sejak awal Ezra tidak membuat masalah, Farrah sama sekali tidak akan berakhir seperti ini dengan Dafa.Kini, Dafa memperlakukan Farrah dengan sangat dingin. Semua telepon Farrah sama sekali tidak pernah Dafa angkat. Pesan yang dikirimkan oleh Farrah juga tidak pernah dibalas oleh
“Dafa!”Meskipun mendengar teriakan itu, Dafa sama sekali tidak berniat untuk menghentikan langkahnya. Saat ini, Dafa tengah berada di salah satu perusahaan ayahnya. Meskipun sibuk karena harus mencari informasi mengenai hilangnya Viola, tetapi Dafa tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai salah satu manager muda di perusahaan keluarganya. Tidak seperti anak orang kaya lainnya, Dafa tidak langsung mendapatkan posisi tinggi, tetapi memilih untuk memulai bekerja dari posisi rendah. Semua usaha dan kemampuannya berhasil membuatnya duduk di posisi manager di usianya yang masih muda tersebut.“Dafa, aku mohon, beri aku waktu untuk menjelaskan,” ucap Farrah sekali lagi dan membuat Dafa pada akhirnya menghentikan langkahnya.Dafa menatap Farrah dan berkata, “Kita bicara di kafe depan.”Pada akhirnya, keduanya duduk di meja yang berada di sebuah kafe yang terleltak di seberang gedung perusahaan di mana Dafa bekerja
“Ayah, penyelidikan pihak kepolisian hanya menemukan jalan buntu. Aku tidak bisa mendapatkan informasi apa pun mengenai Viola. Flo benar-benar menutup mulutnya, ia bahkan tidak menyebutkan apa pun berkaitan dengan bisnisnya menjual para wanita penjaja seks komersial,” ucap Dafa tampak begitu frustasi saat berbicara dengan ayahnya, Dani.Dani adalah seorang pengusaha yang sudah dikenal namanya di kota ini. Pribadinya yang bijaksana dan dapat diandalkan, mendorongnya untuk masuk ke dalam ranah politik. Kabarnya tahun depan akan menjadi tahun pertamanya terjun ke dunia politik secara resmi. Karena mengetahui masalah yang berkaitan dengan para gadis yang terpaksa harus menjual diri mereka karena terlilit hutang atau bahkan sengaja dijebak oleh pihak bar untuk melunasi hutang yang bahkan tidak mereka ketahui, Dani pun memilih untuk memberikan dukungan pada putranya untuk mengungkapkan hal ini pada publik. Sebagai seseorang yang berpengalaman dalam hal ini, Dani pun mem