Tiga dewa berwujud manusia itu bergegas pergi mengitari area rumah sakit untuk mencari sosok yang mereka buru. Mata mereka mengedar ke segala penjuru tempat dimana langkah kaki ketiganya berada dan sesekali menatap cincin yang melingkar pada jari tengah milik Jasuke. Cincin itu masih memancarkan cahaya, berarti itu sosok yang mereka buru memang berada di sekitar mereka."Apa kalian masih ingat, wajah dari dewa yang melarikan diri?" tanya Jasuke kepada dua rekannya yang memiliki wajah kembar. "Kalau aku terus terang tidak terlalu ingat, karena aku jarang berinteraksi dengan dia.""Namanya Dick," jawab Zano. "Kalau dia tidak menyamar, aku masih mengenali wajahnya. Sayang sekali, dia waktu kabur masih memiliki kekuatan dewa. Aku khawatir dia akan menggunakan kekuatannya untuk memanipusi manusia.""Itu juga yang aku khawatirkan," sahut Nano dengan mata terus memperhatikan ke sekitarnya. "Bukankah kalian pasti tahu jika kekuatan dewa dipengaruhi iblis maka hasilnya akan sangat bahaya? Aku
Tiga dewa perwujud manusia itu kini melangkah semakin cepat. Mereka tidak peduli kepada setiap mata yang memperhatikan ketiganya dengan tatapan penuh tanya dan tentunya rasa heran juga menyertainya. Penampilan ketiga dewa yang mengenakan pakaian serba hitam, sangat mengundang perhatian bagi semua orang yang berada di rumah sakit."Kemana perginya mereka?" ucap salah satu dari tiga dewa dengan suara cukup kencang, saat langkah kaki mereka tepat berada di halaman rumah sakit. Mata mereka seketika mengedar ke berbagai penjuru arah, mencari gerombolan pria yang tadi mereka lihat, ketika ketiganya berada di salah satu lorong rumah sakit. "Apa mereka sudah pergi? Sial, kita terlambat," umpat dewa yang sama."Sepertinya begitu," sahut Dewa yang lain, yang memiliki wajah kembar dengan dewa yang tadi bersuara. Matanya masih memperhatikan setiap orang yang dia lihat. "Mereka sepertinya sudah pergi dari rumah sakit ini."Mengetahui sosok yang diburu sudah menghilang entah kemana, ketiga dewa itu
Malam itu, udara terasa sedikit lebih panas. Di sana, pada salah satu taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit yang ada di kota kecil, nampak tiga sosok dewa berwujud manusia sedang ngobrol satu sama lainnya sambil membaringkan tubuh mereka di atas rumput. Ketiganya sedang berbincang ringan tentang semua yang mereka rasakan sejak turun ke bumi.Namun di tengah-tengah obrolan santai yang mereka lakukan, ketiga sosok dewa tersebut dibuat terkejut saat telinga mereka menangkap suara yang cukup menyayat hati. Ketiganya bahkan terperanjat sampai mereka bangkit dari berbaringnya dengan mata langsung mengedar ke segala arah di taman kota tersebut."Apa kalian mendengarnya juga?" Jasuke, salah satu nama sosok dewa itu, sediikit terkejut saat melihat reaksi yang sama, ditunjukan oleh dua dewa lainnya, yang berwajah kembar, yang saat ini bersamanya."Sepertinya di sana manusia yang saat sedang berada dalam bahaya," salah satu dewa berwajah kembar dengan nama Zano malah mengatakan hal yan
"Kenapa Jasuke belum kembali? Apa terjadi sesuatu sama dia?" tanya Zano dengan mata yang masih menatap gelapnya langit malam. Tak lama setelah mengeluarkan dua pertanyaan secara beruntun, Zano bangkit dari berbaringnya dan duduk di tempat yang sama, lalu matanya berkeliling di sekitar taman, mencari sosok yang namanya baru saja dia sebutkan.Rekannya yang terbaring di atas rumput, sekilas menoleh ke arah Zano, lalu kembali menatap langit. Dengan kedua telapak tangan yang dijadikan bantal, sosok yang dikenal dengan nama Nano, mengembangkan senyum tipisnya. "Emang kenapa kalau terjadi sesuatu sama dia? Apa kamu meragukan kekuata yang dimiliki Jasuke?"Zano mengerutkan keningnya, lalu matanya menatap satu arah yaitu ke tempat dimana dewa yang wajahnya kembar dengan dirinya sedang berbaring. Tak lama setelah itu, kerutan dikening Zano menghilang dengan hadirnya senyum dan wajah ceria dari sosok dewa tersebut. "Benar juga ya," ungkapnya. "Bukankah Jasuke kekuatannya lebih besar dari kita?"
"Apa anda bisa menemaniku ke sana? Aku butuh seseorang untuk berbicara," wanita yang sedang duduk di teras depan toko itu bertanya sembari menunjuk ke arah sebuah bangunan. Matanya menatap lekat penuh permohonan kepada sosok pria yang duduk tak jauh dari keradaannya. Sosok pria yang dianggap hanya manusia biasa itu sontak mengerutkan keningnya dengan tatapan mata yang terbagi, antara si wanita dan tempat yang ditunjuk. "Emang berbicara, harus di tempat seperti itu?" dengan polosnya sosok pria bernama Jasuke melontarkan sebuah pertanyaan yang tedengar aneh di telinga si wanita.Awalnya kening wanita itu sempat berkerut dan matanya semakin lekat menatap wajah Jasuke. Heran sudah pasti, tapi tak lama setelahnya, wanita itu tersenyum. "Ngobrol di sana itu lebih enak. Kita bisa berbicara dari hati ke hati dengan menyantap sesuatu. Apa kamu tidak berani ngobrol dengan wanita di tempat seperti itu?""Tidak berani?" tanya Jasuke dengan kening yang kembali menyernyit. Dia cukup terkejut juga
"Apa mungkin ini jalanku untuk melaksanakan hukuman yang aku dapat?" gumam Jasuke dalam benaknya setelah mendengar lawan bicaranya berbagi kisah hidupnya yang terkesan sangat memprihatinkan. Wanita yang belum diketahui namanya itu, bahkan terlihat berusaha tegar meski kisah yang dia ceritakan terdengar sangat menyedihkan dan membuat siapapun yang mendengarnya merasa terharu dan ikut prihatin."Apa aku boleh tahu, usaha apa saja yang sudah kamu tempuh untuk memperoleh keturunan?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jasuke, setelah dari tadi Jasuke lebih banyak tenggelam dengan pikirannya sendiri, dalam beberapa waktu lamanya, sembari mendengar dan mencerna, kisah hidup wanita yang dia tolong."Banyak," wanita itu menjawab sedikit antusias. "Bahkan kami juga sudah merencanakan bayi tabung dan segalanya. Tapi entah kenapa, aku merasa ada pihak lain yang selalu menggagalkan rencana aku dan suamiku. Hidupku seperti ada yang mengawasi. Entah kenapa, selalu saja rencanaku gagal meski aku
"Aku ... " Jasuke menjeda sejenak ucapannya. "Tidak tahu cara melakukannya?"Si wanita seketika ternganga. Untuk beberapa saat dia terdiam dengan segala rasa heran yang langsung menyerang dirinya. "Maksud kamu?" tanya si wanita untuk mepertegas hasil pemikirannya yang tadi sempat berkecamuk."Ya, seperti yang kamu dengar. Aku tidak tahu cara memberi benih ke dalam rahim kamu," Jasuke berkata jujur tanpa ada rasa malu. Wajahnya bahkan terlihat biasa saja meski tadi sempat merasa panik dan bingung untuk mengatakan kejujuran tersebut."Apa!" pekik si wanita dengan suara yang cukup lantang sampai beberapa pengunjung yang ada di sana menoleh kepadanya. Wanita itu sampai gelagapan sendiri saat menyadari beberapa pasang mata menatap dirinya. Dia sontak menangkup kedua telapak tangannya dan meminta maaf, lalu kembali menatap Jasuke. "Ternyata kamu bisa bercanda juga ya?"Kening Jasuke sontak berkerut. "Siapa yang bercanda?" bantahnya. "Aku serius, aku nggak tahu cara melakukannya," ucap Jasuk
Waktu terus bergulir dan malam kini terus menuju larut. Di sana, di dalam salah satu penginapan murah meriah yang ada di sebuah sudut kota kecil, sosok dewa berwujud manusia sedang berdiri terdiam dengan kepala yang menunduk. Sosok dewa bernama Jasuke itu menunduk dengan menatap lekat ke arah sesuatu yang merupakan bagian dari tubuhnya sendiri."Kenapa bengong?" tanya seorang wanita yang saat ini dalam satu kamar dengan Jasuke. Suara wanita itu sukses membuat Jasuke mendongak dan menatapnya. Mata Jasuke menelisik tubuh wanita yang terbaring di atas ranjang dan tubuhnya tidak tertup kain sehelaipun. Dari mata sampai ke bawah, Jasuke memperhatikan setiap inci tubuh wanita yang kakinya sudah telentang dengan tangan kanan mengusap-usap sesuatu yang berlubang di bawah perutnya."Aku sudah siap loh, Sayang. Kenapa kamu malah berdiri dan bengong saja? Ayo masukin," wanita itu kembali bersuara dengan tatapan yang sungguh sangat menggoda dan penuh harap. Tangan kanan wanita itu terus mengusap