MasukDituduh menodai putri kepala sekte, Ling Xuan, murid jenius Sekte Batu, dijebloskan ke lembah terlarang dan dicap sebagai pendosa cabul. Namun di tempat kematiannya itu, ia menemukan Batu Api Langit, artefak purba yang membangkitkan kekuatan mengerikan di dalam tubuhnya. Kini ia kembali, bukan hanya untuk menuntut keadilan atas fitnah yang menjatuhkannya, tapi juga untuk menghadapi Bai Yuer, gadis yang menjadi awal sekaligus kutukan dari segalanya.
Lihat lebih banyakMalam itu sunyi. Angin gunung hanya berhembus pelan melewati pepohonan bambu di sekitar Paviliun Selatan, tempat terpencil yang jarang dikunjungi murid Sekte Batu. Di sanalah Ling Xuan, murid jenius yang dulu dielu-elukan, tengah duduk bersila di tengah ruangan.
Ling Xuan dikenal sebagai murid paling berbakat di generasinya. Dalam usia dua puluh lima tahun, ia sudah menembus lapisan keenam jurus Api Dalam Batu, teknik dasar sekte yang terkenal sulit dan berbahaya. Banyak orang percaya, hanya tinggal selangkah lagi sebelum ia menjadi murid pewaris langsung kepala sekte.
Namun malam itu, bukan kebanggaan yang memenuhi dirinya. Melainkan panas yang membakar dari dalam.
Keringat menetes dari pelipisnya. Napasnya berat dan tersengal. Tubuhnya seolah dipanggang dari dalam, hawa panas mengalir deras di setiap urat. Api Dalam Batu memang menguatkan tubuh, tapi di lapisan ketujuh... sedikit saja salah kendali, tubuh bisa terbakar dari dalam.
Pakaiannya sudah basah kuyup oleh keringat. Dengan wajah menegang, ia akhirnya melepas baju bagian atas, membiarkan udara malam menyentuh kulitnya yang panas. Dada bidangnya naik-turun cepat, ototnya tegang karena menahan aliran energi yang belum seimbang.
Tiba-tiba, aroma manis menyengat masuk ke hidungnya. Aroma yang asing.
Ling Xuan membuka mata. “Apa ini…?”
Udara di sekitar berubah hangat, lalu panas, lalu mengalirkan sensasi aneh yang membuat darahnya mendidih bukan karena latihan. Ia segera tahu, ini bukan hawa alami.
Seseorang telah menyebarkan racun.
Belum sempat ia berdiri, tirai sutra di sudut ruangan tersibak. Seorang gadis jatuh tersungkur rambut panjangnya terurai, wajahnya merah seperti terserang demam tinggi.
Bai Yuer.
Putri kepala sekte, sekaligus murid perempuan yang paling dihormati di seluruh Sekte Batu. Lembut, disiplin, dan nyaris sempurna dalam semua hal. Namun malam itu, ia terlihat kacau. Matanya kabur, napasnya memburu, dan hawa panas aneh memancar dari tubuhnya.
“Putri Bai Yuer!” Ling Xuan segera menghampiri. Ia mengangkat dan menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh ke lantai.
Saat tangannya menyentuh kulitnya, hawa panas luar biasa mengalir di antara mereka.
“Racun... Gairah Naga Merah,” gumamnya lirih.
Ia mencoba menyalurkan energi dingin untuk menstabilkan racun, tapi teknik yang ia kuasai, Api Dalam Batu justru bereaksi sebaliknya. Tubuhnya memanas, darahnya bergejolak, dan hawa panas di antara keduanya semakin kuat.
Bai Yuer menggeliat lemah di pelukannya. Matanya terbuka setengah, menatap Ling Xuan dengan tatapan yang campur aduk antara bingung, lelah… dan rindu.
“Ling Xuan...?” bisiknya. “Benarkah ini Ling Xuan?”
Ling Xuan menatapnya dalam diam. “Ya...”
Bai Yuer mengangkat tangannya pelan, menyentuh sisi wajah Ling Xuan. Sentuhan itu ringan, namun cukup untuk membuat jantungnya berdebar lebih keras.
“Kalau ini racun… kenapa hatiku terasa tenang?” bisiknya.
Lalu, sebelum Ling Xuan sempat berkata, Bai Yuer mendekat. Bibirnya menyentuh bibir Ling Xuan. Hangat, lembut, dan jujur. Sebuah ciuman yang tak hanya datang dari racun. Tapi karena ia benar-benar takut ini mungkin satu-satunya kesempatan yang ia punya.
Ciumannya hangat, pelan, dan jelas penuh perasaan. Tapi bersamaan dengan itu, ada rasa sedih yang tidak bisa ia sembunyikan.
Air matanya turun begitu saja. Tubuh Bai Yuer gemetar, ia tahu situasinya kacau… dan ia mungkin tidak akan sempat mengatakan apa yang ia rasakan selama ini.
Ling Xuan bisa merasakan napas Bai Yuer yang tidak stabil. Dan di tengah itu, ia mendengar suara lirih yang nyaris hilang.
“Seandainya semua ini terjadi… bukan dengan cara seperti ini…”
Namun tepat saat itu—
BRAK!
Di saat paling buruk, pintu paviliun terbuka keras.
Beberapa murid senior dan tetua berdiri di ambang pintu. Mata mereka terbelalak melihat pemandangan di depan mereka. Ling Xuan tanpa baju, memegangi Bai Yuer yang terkulai di pelukannya dengan wajah merah dan napas berat.
Hening...
Lalu seseorang berteriak histeris, “Ling Xuan… menodai putri kepala sekte!”
Suara itu menggema di malam sunyi. Dan sejak saat itu, tak ada lagi yang percaya pada kebenaran yang sebenarnya.
Keesokan paginya, seluruh Sekte Batu geger.
Desas-desus tentang pendosa di Paviliun Selatan menyebar lebih cepat daripada api di musim kemarau. Tiap sudut halaman, tiap kelompok murid, semua membicarakan hal yang sama. Nama Ling Xuan disebut dengan nada jijik dan tidak dipercaya.Di ruang utama sekte, Majelis Tetua berkumpul. Kepala sekte duduk di kursi batu hitam di tengah ruangan, wajahnya kelam. Di hadapannya, Ling Xuan berlutut dengan tangan terikat, masih berlumur noda darah kering di ujung bibir. Sisa pergulatan semalam saat ia mencoba menjelaskan diri dan ditahan paksa.
“Bai Yuer masih belum sadar penuh,” ujar salah satu tetua, suaranya berat. “Namun racun di tubuhnya telah terkonfirmasi. Racun itu bereaksi terhadap panas, dan satu-satunya orang dengan energi Api Dalam Batu di tempat itu adalah kau, Ling Xuan.”
Ling Xuan menunduk, menahan napas. “Yang Mulia Tetua… racun itu sudah ada sebelum aku datang. Aku tidak tahu siapa—”
“Cukup!” suara kepala sekte memotong tajam. “Kau ditemukan tanpa pakaian, di ruangan yang sama dengan putriku yang hampir kehilangan kesadaran! Kau pikir kami masih butuh alasan lain?”
Suasana membeku.
Di tengah keramaian, dua sosok berdiri sedikit ke belakang. Zhou Han dan Lan Ruo.
Zhou Han, murid senior yang terkenal kalem dan bijak, memasang wajah kecewa yang meyakinkan. Ia maju satu langkah, menunduk hormat, lalu berkata dengan nada tenang tapi menusuk,
“Kepala sekte, izinkan saya bersaksi. Saya dan Lan Ruo melihat Ling Xuan masuk ke Paviliun Selatan malam itu, padahal tempat itu dilarang untuk latihan pribadi tanpa izin.
Lan Ruo, yang statusnya masih sebagai kekasih Ling Xuan di sebelahnya menggigit bibir, menunduk dalam-dalam. Matanya berair, suaranya bergetar, sangat meyakinkan bagi siapa pun yang mendengar.
“Saya... saya juga melihatnya, Guru. Saya bahkan menegurnya sebelumnya. Tapi dia bilang hanya sebentar. Aku tidak tahu kalau... kalau ini yang akan terjadi.”
“Lan Ruo...” Ling Xuan menatapnya, matanya lebar, tidak percaya. “Kau tahu aku tidak—”
Tatapan gadis itu bergetar, namun ia tidak berani menatap balik. Di balik wajah sedihnya, ada rasa takut... dan rasa bersalah yang dengan cepat ia tekan agar tak terlihat. Tangannya yang menggenggam jubah Zhou Han sedikit gemetar, dan Zhou Han meremasnya pelan, seolah menguatkan.
“Maafkan aku, Ling Xuan...” bisik Lan Ruo lirih, tapi cukup keras untuk terdengar semua orang.
“Aku... tak bisa membelamu.”Bisikan itu jatuh seperti pisau ke dada Ling Xuan.
Segala suara lain mendadak lenyap. Dunia terasa berguncang, tapi tubuhnya tetap diam di tanah, menatap kosong ke lantai batu.Zhou Han menatap kepala sekte lagi, nada suaranya lembut dan tegas.
“Sekte kita harus menjaga kehormatan, Guru. Jika tidak ada tindakan tegas, seluruh dunia persilatan akan menertawakan kita.”
Ucapan itu menjadi paku terakhir. Kepala sekte mengangguk pelan. “Benar... kehormatan Sekte Batu tak boleh ternoda.”
Ia berdiri. Tatapan marah dan kecewa bercampur menjadi satu di wajahnya. “Ling Xuan, mulai hari ini, gelar dan hakmu sebagai murid inti dicabut. Kekuatanmu akan disegel, dan kau akan dibuang ke Lembah Neraka Batu. Jika kau benar tak bersalah, biarlah langit sendiri yang menjadi saksi dan menolongmu.”
Beberapa murid menunduk. Sebagian menatap dengan jijik. Hanya Zhou Han yang tersenyum puas.
Begitu kalimat dominan itu keluar dari mulut Ling Xuan, Bai Yuer terdiam. Wajahnya merah, napasnya pendek, tapi tidak ada penolakan sedikit pun di matanya. Justru sorotnya menjadi lebih dalam, seperti sedang menantang sekaligus menyerah.Ling Xuan memperhatikan itu. Ia menghela napas perlahan, lalu mengangkat tubuhnya sedikit. Dengan sisa tenaga yang baru saja kembali mengalir, ia mengubah posisi mereka. Dalam sekejap, Bai Yuer terbaring di bawahnya sementara ia bertumpu dengan satu tangan di tanah, menatap gadis itu dari jarak sangat dekat.Jarak mereka tinggal hitungan sentimeter.“Jadi,” bisik Ling Xuan dengan suara rendah dan meyakinkan. “Apa kau benar-benar ingin mengulanginya?”Wajah Bai Yuer semakin panas. Tangannya terangkat, lalu berhenti di udara.Kulit Ling Xuan langsung bersentuhan dengan ujung jarinya, membuatnya tersentak kecil. Panas tubuhnya yang belum stabil membuat Bai Yuer merona lebih parah, tetapi gadis itu tidak menarik tangannya.Tubuh mereka hampir bersentuhan
Bai Yuer mengerjap beberapa kali, napasnya tersendat saat akhirnya mengenali posisi dirinya. Ia menindih Ling Xuan, tubuh mereka saling menekan, napas mereka hampir bertemu. Tatapan mereka terkunci beberapa detik.Hening memenuhi udara. Hanya terdengar suara napas berat mereka dalam diam.“Ling Xuan…?” ucap Bai Yuer seperti bisikan patah, setengah gemetar. Ia menegakkan kedua tangannya yang berada di sisi wajah Ling Xuan dengan bertumpu ke tanah tandus di lembah itu.Ling Xuan sedikit menegang, karena rasa sakit di dadanya yang masih menusuk. Namun ia tetap memaksakan senyum kecil yang tipis.“Kau seperti bidadari yang jatuh dari langit,” gumamnya pelan dan serak. Ia berusaha mengalihkan rasa sakit dengan bercanda atau mungkin sekadar memastikan bahwa Bai Yuer benar-benar sadar.Bai Yuer langsung terbelalak. Wajahnya memerah sampai telinga. Dengan panik ia mendorong tubuhnya sendiri untuk bangun. Namun begitu ia bergerak, rasa panas dari racun yang sempat mereda kembali melonjak tipis
Bai Yuer tidak menunggu jawaban siapa pun. Ia langsung melangkah keluar dari aula, melewati halaman sekte yang masih dipenuhi murid yang berbisik-bisik.Tidak satu pun berani menghentikannya. Semuanya bisa melihat dengan jelas kemarahan di wajahnya dan hawa panas samar dari racun yang masih bergejolak di tubuhnya.Setiap langkah terasa berat. Setiap napas terasa panas. Tapi ia terus maju. Menuju tempat di mana para pendosa sekte dibuang. Ke tebing Lembah Neraka Batu.Angin malam di puncak gunung terasa tajam dan dingin. Tebing itu menjulang seperti mulut raksasa yang siap menelan siapa pun yang mendekat.Begitu mencapai tepi jurang, Bai Yuer berhenti.Napasnya terputus-putus, wajahnya pucat, tapi matanya tetap tajam.Ia melihat ke bawah.Tempat itu… tempat yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita menakutkan para murid… kini terbentang tepat di hadapannya.Lembah Neraka Batu.Jurang dalam dengan kabut panas memantul dari dasar. Dan di sisi tebing, tepat di bagian yang dipakai penja
Suara para tetua terdengar jauh dan bergetar, seperti berasal dari balik tirai tebal. Tubuh Bai Yuer terasa berat, panas… tapi tidak sekacau sebelumnya. Napasnya masih pendek, tapi pikirannya perlahan kembali."Tekan energinya… jangan biarkan naik lagi!”“Tetap fokus! Racunnya tidak stabil!”Suara-suara itu membuat Bai Yuer perlahan membuka mata.Ruangan tampak dipenuhi asap spiritual. Para tetua berdiri membentuk lingkaran di sekelilingnya.Mereka menyalurkan energi dingin, mencoba menekan racun dalam tubuhnya.Wajah mereka semua pucat.Salah satu tetua mengusap keringat dari dahinya.“Ini… sangat sulit. Racun ini terlalu dalam. Kita tidak bisa menetralkannya, hanya menahannya.”“Racun… apa?” Bai Yuer bertanya dengan suara lemah.Para tetua saling pandang. Lalu salah satu dari mereka menjawab dengan hati-hati.“Putri… ini Gairah Naga Merah. Racun langka yang menyerang emosi dan energi inti seseorang. Jika dorongannya tidak tersalurkan, racun akan menempel dan terus menggerogoti merid






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.