Short
Hearts Beyond Redemption

Hearts Beyond Redemption

Oleh:  Skylar LattimoreTamat
Bahasa: English
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
2Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

My husband constantly ignored my pleas in my previous life, giving his salary to his first love despite my objections. After giving birth, I couldn't produce any milk due to prolonged starvation. My son cried desperately from hunger. When I finally managed to buy formula and brought it home, my husband snatched it away to give to his first love. "Vicky's milk supply is low too, and she's a widow. Let's give it to her child first," he insisted. I fought to take it back, but my husband knocked me unconscious. I staggered to look for him when I regained consciousness, only to discover my husband at Victoria Langford's house, putting on diapers for someone else's child. My son had already starved to death then, and out of despair, I followed him in death. When I opened my eyes again, I found myself back to the moment I first learned of my pregnancy. This time, I chose to terminate the pregnancy and file for divorce.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Chapter 1

POV Isabel:

Aku mengetahui bahwa suamiku sedang menemani kekasih masa kecilnya, Rosa, untuk pemeriksaan kehamilan di rumah sakit langgananku siang ini.

"Vincent, bayi kita kelihatan lucu banget di monitor."

Dari celah pintu, aku melihat wajah Vincent berseri-seri dengan senyuman. Rosa menunjuk ke arah monitor dan Vincent mengangguk, membalas senyumnya.

Kalau aku tidak tahu bahwa pria itu adalah suamiku, ayah dari bayiku, aku pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih yang bahagia dan sedang jatuh cinta.

"Isabel Chandra? Dokter sudah siap untuk pemeriksaan Ibu," panggil perawat.

Vincent menoleh, wajahnya mendadak pucat, matanya menyapu lorong. Dia pasti mendengar namaku.

Saat pandangannya bertemu denganku, mulutnya terbuka, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar.

Aku telah menikah dengan Vincent Farhan, suamiku yang seorang mafia, selama hampir sepuluh tahun. Tahun ini, aku akhirnya hamil anaknya. Dia, lebih dari siapa pun, seharusnya tahu betapa sulitnya aku mendapatkan kehamilan ini. Bagaimana mungkin dia tega melakukan ini kepadaku?

Aku melangkah perlahan ke arahnya, dengan hati yang mendidih karena amarah, kemarahan, dan kesedihan yang dalam saat menyadari betapa aku telah dibohongi.

"Jadi ini alasan kamu bilang nggak bisa datang ke pemeriksaanku hari ini?" Aku mencoba menjaga nada suaraku tetap tenang, tetapi amarahku meluap, tidak bisa kukendalikan.

Tanpa pikir panjang, aku mengangkat tanganku dan menampar Vincent dengan keras.

Itu adalah pertama kalinya aku meluapkan emosi seperti ini kepadanya. Namun, bahkan setelah aku menamparnya, dia tetap berdiri di sana, diam, dan menghindari tatapanku.

"Diam aja nggak bakal membantu, Vincent. Kamu berutang penjelasan sama aku."

Vincent tidak bergerak, tetapi Rosa, yang berdiri di belakangnya, melangkah maju dan berdiri di antara kami seolah ingin melindunginya dari amarahku.

"Bu Isabel ya?" ucapnya dengan suara gemetar. "Salahkan semuanya ke aku. Vincent nggak salah apa-apa."

"Itu kesalahanku, Isabel. Aku yang hamil."

"Menyalahkan semuanya ke kamu?" ejekku, nada suaraku penuh kepahitan.

Aku perempuan yang kuat, tetapi tetap saja, air mata mengalir di wajahku.

Seakan tangisku membangkitkan sesuatu dalam dirinya, Vincent akhirnya melangkah melewati Rosa dan menarikku ke dalam pelukannya.

"Jangan nangis, Isabel. Bayinya bukan anakku," bisiknya lirih.

Aku terdiam. Apa?

Kemudian, Rosa bicara. Dia berkedip manja ke arah Vincent dengan mata bulat polosnya. "Vincent, bukannya kamu janji bakal lindungi bayiku dengan ngakuin itu anak kamu? Kenapa kamu bilang ke dia sekarang?"

Melindungi bayinya? Apa-apaan ini?

Aku melepaskan diri dari pelukan Vincent dan menatapnya. "Apa-apaan ini, Vincent? Maksudnya apa sih dia ngomong kayak gitu?"

"Vincent!" Rosa ikut memanggil, jelas berusaha menghentikannya bicara lebih jauh.

Namun, Vincent tidak ragu. "Isabel itu istriku. Dia pantas tahu."

"Baiklah," kata Rosa sambil menatapku, matanya berlinang air mata. "Kalau kamu memang perlu tahu, Isabel .... Vincent memutuskan untuk mengakui bayiku sebagai anaknya, jadi mungkin dia nggak bisa ngakuin anakmu."

Wajah Vincent kembali pucat, tetapi dia tetap diam, tidak membantah.

"Tapi tenang saja," lanjut Rosa, nada suaranya mendadak manis saat dia mengulurkan tangan seolah ingin menyentuhku. "Vincent bilang dia bakal adopsi anakmu setelah kamu melahirkan."

"Anak kita bakal pakai nama Keluarga Farhan," tambahnya, suaranya seolah-olah tulus, meski terdengar palsu.

Aku bersumpah melihat senyum sinis sekilas di bibirnya, tetapi menghilang sebelum aku memastikannya.

Aku menatap Vincent. Dia masih diam, menunduk seolah tidak sanggup menatap mataku.

"Ini benar, Vincent?" Suaraku bergetar saat memaksakan diri untuk bertanya. "Kamu rela ninggalin anak kita demi selamatin anak dia?"

"Aku minta maaf, Isabel," bisiknya, suaranya serak nyaris tak terdengar.

Air mata kembali menggenang. "Anaknya sebegitu penting buat kamu sampai kamu tega ninggalin anak kita?"

Vincent ragu sejenak dan keheningan itu terasa seperti pisau yang melukai dadaku.

"Kamu nggak ngerti soal keluarganya Rosa," ucapnya pelan dan hati-hati. "Orang tuanya Rosa nggak bakal berani menentangku. Tapi mereka sudah bilang, mereka cuma mau terima anak itu sebagai cucu kalau aku nggak punya pewaris lain."

"Jadi aku nggak bisa mengakui anak kita sekarang, setidaknya sampai bayi Rosa lahir." Dia menatapku seolah dia sedang memperjuangkan sesuatu yang mulia, seakan setiap kata yang dia ucapkan bisa dibenarkan.

Namun, logikanya nyaris terdengar seperti lelucon.

Satu hal yang benar dari Vincent adalah tidak ada yang berani menantangnya, setidaknya di wilayah selatan. Dia adalah bos mafia, terlibat dalam perdagangan senjata dan narkoba.

Meskipun keluargaku juga terlibat dengan dunia mafia, mereka hanya sebatas pemilik beberapa kasino. Kami tidak sebanding dengannya.

Itulah sebabnya, saat orang tuaku tahu bahwa aku adalah kekasihnya, mereka langsung menyeretku ke altar untuk menikah dengannya.

Vincent, yang biasanya dingin dan berwibawa, hanya menunjukkan sisi lembutnya kepadaku. Namun, hari ini, aku melihat dia melakukan hal yang sama untuk Rosa.

Dia kembali mencoba meraihku, kedua lengannya terentang, mencoba memelukku. "Jangan khawatir. Aku nggak bakal biarin anak kita tumbuh tanpa seorang ayah. Percaya sama aku ya? Begitu bayi Rosa lahir, aku bakal bersihkan namamu."

....

Setelah pemeriksaan selesai, Vincent bersikeras mengajakku makan malam. Rosa dengan senang hati ikut. Dia bilang senang karena sekarang dia tidak jadi satu-satunya yang sedang hamil, tetapi aku bisa melihat betapa palsunya sikap itu.

Dia terlalu berusaha tampil sebagai sahabat yang perhatian dan peduli.

"Gimana kalau ke tempat biasa? Aku sudah ngidam makanan di sana dari kemarin," usul Rosa, bahkan sebelum aku duduk dengan nyaman.

Vincent terdengar terlalu bersemangat. "Kedengarannya enak. Ayo ke tempat di Jalan Avenue itu."

Aku menjaga wajahku tetap tenang, meski perutku terasa mual karena gelisah. Rosa menyembunyikan sesuatu dari senyum yang terlalu cerah itu.

Rosa duduk di kursi belakang, tangannya refleks meraih tangan Vincent. "Aku pikir ... gimana kalau setelah makan kita mampir beli baju bayi? Aku belum ketemu yang pas banget."

"Kamu nggak keberatan, 'kan, Isabel?" Dia menoleh ke arahku dengan tatapan menantang. "Sekarang aku sendirian. Vincent satu-satunya yang bisa kuandalkan."

Konyol sekali. Suamiku lebih terlihat seperti pasangan Rosa daripada pasanganku.

"Kamu marah, ya, Isabel?" Rosa berkedip ke arahku, matanya lebar dan polos, tetapi sinarnya menyimpan sesuatu yang jauh dari kepolosan. "Kalau kamu mau ikut juga nggak apa-apa kok."

"Ngapain? Aku sudah siapin baju bayi di rumah." Aku sudah muak meladeni permainan ini.

Saat mobil akhirnya berhenti, aku keluar dan mendapati diriku berdiri di depan restoran Jepang yang terkenal dengan sashimi dan sushi.

Apa Vincent lupa kalau aku tidak pernah makan seafood mentah? Lupa bahwa sejak aku hamil, baunya saja bisa membuatku ingin muntah?
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status