Elora pikir ia tak akan bisa bekerja di resort Aiden keesokan harinya karena trauma. Tetapi Elora merasa baik-baik saja. Lebih baik dari yang seharusnya bisa ia rasakan. Bahkan saat mereka makan bersama pagi ini, Caspian menatapnya heran dan melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali soal apakah Elora benar-benar baik saja.
“Kau libur dulu saja sehari. Tidak masalah kan? Kalau sampai mereka memecatmu karena kau izin, tidak apa-apa. aku bisa lebih dari mampu untuk membiayaimu dan memberikan semua yang kau inginkan.”
“Jangan konyol. Aku tidak akan keluar dari pekerjaanku.”
“Kapan kita akan menikah?”
Elora tercengang mendengar pertanyaan Caspian sampai-sampai ia menyentakkan kepala ke belakang. Cincin yang melingkar di jari manisnya terasa berkali-kali lipat lebih berat karena Caspian menyinggung soal pernikahan. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan soal itu? Kau sadar kan kondisinya sekarang seperti apa? Apakah tepa
“Kau sadar kan apa yang baru saja kau katakan?” Javier mengerjap.Elora mengangguk, dan Javier mengamatinya tanpa bergerak sedikitpun. “Kau pikir aku bodoh?” desis Javier. “Kalau memang tak mau mengatakannya, silakan saja. Aku akan marah, itu pasti, tapi aku tak mungkin berlama-lama marah padamu. Jadi jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu.”Elora menarik napas sampai paru-parunya terasa sesak. Ia memang harus berubah agar Javier percaya. Elora mengecek keadaan di sekitar mereka sekali lagi, saat yakin semuanya aman, dia menurunkan satu tangannya ke bawah meja. “Lihat,” katanya pada Javier.“Lihat apa?” Javier terdengar kesal.“Tanganku.” Elora memberi isyarat dengan matanya agar Javier melongok ke bawah meja. Javier melakukannya. Elora masih berkonsenstrasi untuk mengubah tangannya. Sial. Kenapa lebih sulit dari yang seharusnya. Apa kejadian kemarin membuatnya kesuli
“Javier?” panggil Elora. Elora membuka pintu penumpang, mencari ke belakang mobil, tapi Javier tidak ada dimanapun. Elora menatap cemas ke arah Caspian. Dia baru saja keluar dari hutan di tepi jalan.“Tidak ada,” kata Caspian. Jantung Elora langsung berpacu dengan cepat.“Bukankah teritorimu dijaga? Apakah mungkin ada penyusup? Kenapa mereka mengincar Javier?”“Elora, tenang dulu. Kita belum tahu Javier ada di mana. Mungkin saja mobilnya bermasalah dan dia meninggalkannya di sini.”“Kalau begitu seharusnya kita berpapasan dengannya!” Elora mulai histeris. Caspian mencengkeram kedua lengan Elora. “El, tenanglah.”“Bagaimana aku bisa tenang sementara temanku entah di mana di dalam sarang serigala ini! Aku sudah berjanji padanya bahwa dia akan aman saat datang ke sini!”“Elora!” Suara Caspian menggelegar, dan Elora tersentak. Caspian belum pernah ber
Javier tergeletak di lantai di depan perapian yang padam. Di sekitarnya, ada tiga manusia serigala. Semuanya laki-laki. Orang yang menangkap Elora masih melingkarkan cakar di leher Elora, tangannya yang lain menahan kedua tangan Elora di belakang punggung.“Dia benar-benar datang sendirian,” kata manusia serigala yang menangkap Elora. Semua yang ada di situ terkekeh.“Bawa dia ke kamar, Brat,” kata salah seorang dari mereka.Brat, lelaki yang menangkap Elora, membawa Elora ke kamar dan melemparnya ke atas ranjang. Elora berusaha meronta tetapi Brat dengan cepat mengikat tangan dan kakinya ke ranjang dengan tali yang sudah disiapkan. Sekarang Elora berbaring telentang dengan tangan dan kaki terikat. Ia tak bisa bergerak dan mulutnya ditutup dengan plester. Elora hanya sanggup membelalak ngeri dan mengeluarkan lolongan yang tertahan di kerongkongan.“Aku ada ide,” ucap seseorang yang masuk ke kamar tak berapa lama setelah
“Tap—tapi … tapi—“ Elora menunjuk Javier, lalu manusia-manusia serigala yang tergeletak di sekitar mereka. “Kau itu apa?”“Sebaiknya kita pergi dulu dari sini. aku akan menjelaskannya begitu kita aman.”“Mereka sudah mati kan?”“Sudah. Tapi aku bisa merasakan ada lebih banyak lagi yang datang.”Setelah Javier mengatakan itu, kaca jendela kamar pecah saat seseorang menerobos masuk ke dalam. Orang itu langsung menerjang Javier dan mereka terlibat perkelahian sengit. Elora butuh waktu untuk menyadari kalau orang itu adalah Zed.“Zed! Hentikan! Dia temanku!” teriak Elora. Ia menarik kakinya sekuat tenaga agar ikatannya terlepas dari ranjang. Namun yang terjadi justru kayu ranjang itu ikut terlepas dari rangkaiannya. Elora bangkit dan menghampiri mereka berdua yang masih bergumul di lantai, saling mencakar dan memukul.Elora turun dan kesulitan ber
Elora tidak menyentuh makanannya sama sekali. Ia memperhatikan Javier yang menyantap makan malam dengan lahap seolah tidak ada kejadian mengerikan yang baru saja terjadi dalam hidup mereka. Seorang anggota kawanan memberi laporan kepada Caspian sesaat setelah Javier dan Zed kembali ke kastil. Dia mengatakan manusia-manusia serigala di pondok sudah dihabisi dan pengamanan di perbatasan wilayah telah diperketat.“Kalau aku jadi kau, aku tidak akan terlalu memercayai anggota kawananku,” ucap Javier, setelah anggota kawanan Caspian meninggalkan ruang makan. Sekarang hanya ada Elora, Javier, Caspian, dan Zed.“Apa mobilmu rusak? Bagaimana mereka bisa menculikmu?” tanya Elora.“Apa di antara anggota kawanan ini ada seorang wanita berambut merah sebahu yang mengenakan kacamata?” Javier balik bertanya sembari menatap satu per satu wajah yang ada di situ.Elora tersentak. “Kate? Ada apa dengannya?” Caspian dan Zed ta
Elora tahu tempat ini. Ia sudah mendatanginya ribuan kali melalui sepasang mata kecilnya dalam mimpi-mimpi malam tak berkesudahan. Itulah kenapa, ketika pertama kali ia muncul di sini saat telah dewasa, tempat ini terasa tak asing namun di saat bersamaan terasa samar. Padang rumput tanpa warna ini … Hëna selalu memanggilnya kemari. Membisikkan bahasa-bahasa yang hanya mereka berdua yang tahu.Sebagai bocah kecil, Elora mendekati Hëna tanpa perasaan apapun. Ia tidak takut, sedih, cemas, atau punya pemikiran negatif tentang sang dewi bulan di hadapannya. Satu kata yang selalu terlintas dalam pikiran Elora kecil adalah: cantik. Hëna sangat cantik. Dengan balutan warna perak, putih, dan cahaya seterang dan seanggun rembulan.Namun sekarang berbeda. Di mata Elora kini, Hëna seperti hantu. sepasang netranya menatap kosong pada Elora. Ekspresi wajahnya sedatar dan sehampa padang rumput di sekitar mereka. Hëna membuka mulutnya, mulut yang tipis
“Aku butuh bantuanmu.”“Kau masuk ke kamarku di malam hari, saat aku sedang tidur, dan mengatakan butuh bantuanku?” Aiden mengangkat penutup mata dari wajahnya dengan ibu jari dan mengerenyit tak senang pada Caspian. “Apa tidak bisa besok pagi? Aku lelah, Cas. Jadwal hari ini sangat padat.”“Aku hampir saja kehilangan Elora malam ini.”Aiden yang sudah memasang kembali penutup matanya dan berbaring menyamping, menjadi kaku dan kini menarik lepas penutup mata berwarna hitam itu. “Apa katamu?” Dia langsung duduk di kasur dan menyibakkan selimut.“Umm … sepertinya kau harus pakai baju dulu.” Caspian langsung memalingkan wajah, dan Aiden mendengus. “Lihat siapa yang merasa malu setelah menerobos masuk ke kamar orang lain.”Aiden bangun dan menyambar kimono sutra di kaki ranjang, lalu mengenakannya dan mengencangkan ikatnya. “Well, kau mau minta bantuan apa,
BRAK!Elora dan Javier terlonjak saat pintu membuka dengan keras. Mereka berbalik dan melihat Zed di ambang pintu. Buku harian Kate di tangannya, dan tangan yang lain memegang sebuah jurnal. “Hai,” sapanya, tidak menghiraukan wajah-wajah terkejut yang diakibatkan olehnya.“Kalian menemukan sesuatu?” tanya Zed riang. “Ohh … kalian tak bersama dengan Caspian?” tanyanya lagi sembari melihat ke sekeliling.“Bukankah dia sedang mencari tahu soal Kate bersamamu?” Elora balik bertanya.“Ohh ya, memang. Tapi kami mencari ke tempat yang berbeda. Caspian memintaku untuk menggeledah kamar Kate, mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk. Caspian sendiri pergi menginterogasi para penjaga perbatasan.”“Kau menemukan sesuatu di kamar Kate?”“Tidak.” Zed menggeleng, lalu meletakkan buku-buku yang dia bawa ke atas meja. “Tak banyak juga yang bisa digal