“Kamu yakin mau ke sana?” Laisa bertanya untuk ke sekian kalinya.
Mika mengangguk. Ia sekarang bukan lagi Mika yang dulu. Hal-hal mengenai masalah sepele di masa lalu tidak akan mampu mempengaruhinya. “Omong-omong kenapa kamu hanya mengantar dan menunggu di mobil? Berencana melamar jadi sopir pribadiku?”Laisa berdecih. Penampilannya terlalu keren untuk menjadi seorang sopir. “Aku hanya enggak suka berurusan dengan hal-hal mengenai air mata dan perasaan. Enggak bisa di logika. Semua ilmu yang kupelajari rasanya jadi enggak guna.”Tempat terakhir yang Mika datangi adalah rumah Jovita. Mika sampai ketika ayah dan ibu Jovita bertengkar. Keduanya bertengkar hebat. Mika tidak tahu apa yang melatar belakangi pertengkaran itu, ia hanya berharap mereka tidak sedang melampiaskan kesedihan dan perasaan kehilangan mereka satu sama lain.Mika berencana membatalkan kunjungannya ketika mendengar ayah Jovita memben“Masih belum ditemukan juga?” Mika bertanya. Laisa dan Razan menggeleng. “Jangan-jangan teman dari pulaumu itu kabur?” duga Lisa. “Mustahil!” kata Razan yakin. “Beberapa kali saat polisi meminta bertemu untuk menanyakan hal terkait penyelidikan, dia selalu bekerja sama. Dan namanya Adien bukan teman dari pulau.” “Tapi menurut tetangganya, dia hanya pulang hari itu saja. Setelah itu enggak ada yang tahu di mana dia tinggal. Kalau bukan kabur pasti bersembunyi. Dan kalau enggak salah kenapa harus bersembunyi.” “Bagaimana kalau bukan bersembunyi tapi menenangkan diri?” ujar Razan. “Bagaimana pun dia wanita yang lemah, butuh perlindungan. Setelah apa yang menimpanya di pulau, dia pasti ketakutan. Mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya atau apa pun itu.” “Hohoho,” Laisa menirukan suara tawa sinterklas. “Jangan terkecoh, Bro. W
Menurut pengusutan Razan, Mai sama sekali tidak berselingkuh dengan pria yang menjadi kepala daerah seperti yang beredar. Mereka dekat dan pria itu menyukai Mai adalah bagian yang benar. Tapi kedekatan Mai hanya sebatas teman, tidak pernah lebih atau bahkan intens. Pria itu berusaha dekat dan menggoda Mai juga bagian yang benar. Jadi, sebenarnya semua bermula karena pria itu dan secara langsung membuat Mai terkena imbasnya. Menciptakan fitnah di sana-sini. Bahkan setelah masalah menjadi lebih besar, pria itu diturunkan dari jabatannya, dan Mai dihujat dari berbagai sisi, pria itu tetap mendatangi Mai. Pria itu mengutarakan perasaan dan kesungguhannya untuk serius pada Mai. Orang-orang yang mengetahui hal itu semakin tidak berhenti menyerang Mai. Sebelum masalah dugaan perselingkuhan diketahui publik, Mai pernah dilabrak sang istri. Kejadian itu kembali diangkat ke permukaan, membuat orang-orang percaya pada apa yang beredar di dunia maya.
Laisa terus mengomel sepanjang jalan. Mempertanyakan jalan pikiran Mika yang tidak masuk akal. Membenci atau memaafkan memang hak prerogatif Mika, tapi Laisa tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa kesal. “Aku enggak salah, kan, mengatai Mika seperti itu? Dikhianati Jovita dia menderita selama seminggu, percaya pada penipu itu menderita sebulan. Sekarang mengambil risiko demi penipu itu. Apa Mika mau menderita seumur hidup?” “Iya, iya. Laisa yang benar. Mika pasti mengerti kalau Laisa hanya khawatir,” Razan menanggapi. “Siapa yang khawatir?! Aku marah, bukan khawatir!” elak Laisa. Razan hanya menanggapi dengan tawa. Bagaimana kedekatan Laisa dan Mika, Razan tahu persis. Laisa tidak pernah merasa khawatir seperti khawatir pada Mika. Laisa tidak pernah protektif, seperti ia protektif pada Mika. Terkadang, Razan sungguh merasa iri dengan perhatian yang bisa Mika dapatkan. Konyol! Bukannya
Pagi-pagi Laisa berkunjung ke rumah Mika. Semalam Razan sudah menceritakan apa yang didengarnya. Mika memang tipe yang tidak mudah menyerah. Tidak mungkin lagi memaksanya untuk mundur. Kalau sudah begitu, dibanding melarang lebih baik Laisa menemani sampai akhir. Hanya dengan menemani, Laisa bisa memastikan keamanan Mika. Begitu sampai, Laisa disambut pengurus rumah. Dari pengurus rumah Laisa tahu Mika sama sekali tidak keluar dari ruang kerjanya sejak semalam. Laisa naik ke lantai dua. Dalam ruang kerja, Mika tertidur dalam keadaan duduk dan menggunakan lipatan tangan sebagai bantalan kepalanya. Laisa melihat sekitar untuk mencari selimut tapi tidak ada di mana pun mata Laisa mencari. Karena tidak ada selimut, Laisa menggunakan jaketnya. Tidur Mika terlihat tidak tenang. Ada bekas air mata yang mengering. Laisa mengambil botol obat tidur yang ada di atas meja dan memperhatikan komposisinya. “Sudah begini berat kenapa enggak dile
“Aku akan menemui Rania.” Mika telah memikirkannya berkali-kali dan keputusan yang dibuat dalam kepalanya selalu sama. Menemui Rania. Sebenarnya jika Rania benar dimanfaatkan maka tidak akan ada banyak informasi yang diketahui olehnya. Meski seperti itu, Mika tetap ingin mencoba. Spontan saja kalimat itu mendapat penolakan keras dari Laisa. Ia sama sekali tidak setuju. Benar ada kemungkinan Rania memiliki informasi yang mereka butuhkan tapi tidak ada jaminan Rania akan bekerja sama. Juga bukan tidak mungkin Rania akan kembali berbohong. “Kita tidak akan tahu sebelum mencoba,” ujar Mika. “Jangan karena ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi, kita gagal memanfaatkan peluang.” “Tapi kita enggak bisa mengambil risiko!” tegas Laisa tidak mau kalah. “Terlalu berbahaya.” Setelah Mika mengetahui adanya Game Invitasi dan mencoba memainkannya, perlahan
Tidak ingin membuang-buang waktu, Mika segera mengatur pertemuannya dengan Rania palsu yang bernama asli Kyra. Begitu disetujui, Mika segera lepas landas mengunjungi penjara. Kyra sama sekali tidak tahu siapa orang yang datang mengunjunginya. Karena tempat yang dituju adalah ruangan khusus bukannya ruang kunjungan umum, jelas orang yang membesuknya memiliki tujuan lain. Bisa jadi pengacara atau petugas dari tim penyidik. Begitu pintu di buka dan melihat siapa orang yang berada dalam ruangan, langkah Kyra tertahan untuk sesaat. Ia begitu terkejut, tidak menyangka. Kyra pikir ia tidak akan pernah bertemu dengan Mika lagi seumur hidupnya. "Sepertinya kamu bisa hidup dengan baik di tempat ini," ucap Mika. Kyra melihat sekelilingnya. Mika hanya datang seorang diri. Tapi jelas tidak benar-benar sendiri. Pembicaraan mereka diawasi. Beberapa orang pasti berada di ruang kontrol untuk menonton. "Tentu. Aku orang yang mudah bera
"Orang itu mengirim pesan lebih dulu pada Isamu, artinya bukan kamu yang membongkar identitasnya." Penjelasan Kyra mungkin mengurangi satu dari banyak pertanyaan di kepala Mika, tapi tetap tidak mengubah apa pun. Saat mengetahui mengenai kasus Mai, Mika sudah memikirkan kemungkinan itu. Jawaban yang didengarnya hari ini sama sekali tidak mengurangi beban dan tanggung jawabnya. "Padahal aku sudah berusaha menghentikanmu hari itu," sambung Kyra. "Ternyata kamu sengaja tertangkap basah saat menguping," ujar Mika. Kyra tidak menjawab. Ia sendiri melakukannya tanpa pikir panjang. Tidak tahu kenapa harus peduli. Sebenarnya kalaupun Isamu salah paham pada Mika, tidak akan merusak rencananya. Sekali pun Mika merasa bersalah, bukan ia yang memikul beban itu. "Terima kasih karena peduli padaku." Kelopak mata Kyra melebar. Kata-kata Mika membuatnya terenyuh. Seperti ada bagian dari dirinya yang mencair dan hatinya menjadi
"Permisi!" Kyra yang membawa nampan berisi pesanan meletakkan satu per satu makanan di meja pemesannya. "Selamat menikmati," katanya kemudian berlalu. Sebelumnya Kyra bekerja di salah satu perusahaan batu bara dengan penghasilan tetap. Dengan gaji dari pekerjaannya yang digunakan hanya untuk menghidupi diri sendiri, ekonomi Kyra stabil dan ia hidup dengan aman. Setelah kasus yang menimpa Mai viral, kehidupan Kyra pun ikut berubah. Ia keluar dari perusahaan dan beberapa kali bergonta-ganti pekerjaan. Ketika ayah dan ibu bercerai, Kyra ikut ayah dan Mai ikut ibu. Ibu kemudian pindah ke kota lain dan akhirnya menikah lagi di sana. Setelah ayah Kyra juga menikah, Kyra memilih keluar dari rumah dan tinggal sendiri. Meski Kyra dan Mai tidak tinggal satu rumah bahkan tidak lagi di satu kota, keduanya masih rutin bertukar kabar. Mai sering datang untuk mengunjungi kakak dan ayahnya. Beberapa kali bahkan menginap di tempat Kyra tinggal.