Share

Bab 4 - Hantu Baru

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2024-05-14 09:40:01

Bab 4 - Menikahi Mbak Kunti

Laila mengikuti Tante Key dan Ocong menuju sebuah gedung tua.

"Ini, di mana?" tanya Laila.

"Selamat datang di pelatihan para hantu baru, yeaaayyyy!" ucap Tante Key dengan hati riangnya.

"Gak ngerti di mana senangnya coba? Ini aja aku ketakutan kayak gini, huh!" batin Laila dalam hatinya.

"Tenang aja kita di sini semuanya bersaudara. Jadi kalau ada manusia yang iseng sama kamu, kami siap membantu," ucap si Ocong.

Memasuki sebuah gedung tua yang berlumut di bagian dindingnya itu, Laila merasakan hawa yang sangat pengap. Bau anyir darah menusuk ke dalam hidung membuat Laila mual ingin muntah kala menghirupnya.

"Hai, Key, siapa tuh?" sapa nyonya genderuwo, hantu bertubuh gemuk dan kulit berwarna hijau pada Tante Key.

"Hai, Nyonya Uwo! Sini sini, ini kenalin temen baru kita di sini," ucap Tante Key.

"Halo! Hai, aku Nyonya Uwo. Kamu matinya kenapa?" tanya hantu wanita bertubuh besar itu dengan santainya pada Laila.

"Aku Laila, aku kecelakaan, jatuh ke jurang. Ummm... apa semua yang ada di sini hantu?" tanya Laila dengan polosnya.

"Hahahahaha dasar hantu baru, semua yang ada di sini itu bukan cuma hantu biasa. Ada setan, iblis, jin iprit, tuyul, kuyang, hantu apa pun juga ada di sini," jawab nyonya Uwo.

"Ohhh, apa bedanya hantu sama setan,” gumam Laila. Gadis itu lalu teringat pada sopirnya. “Eh, tapi kenapa supir saya nggak ada, ya?"

"Hmmm kebanyakan sih kalau hantu macam kamu gini yang gak jelas ras-nya dari bangsa mana, biasanya sih hantu penasaran atau masih ada yang mengganjal di dunia ini. Sehingga kamu ngerasa berat untuk pergi. Tapi, kalau kamu gak ketemu sama sopir kamu, yah mungkin supir kamu itu sudah tenang di alam sana," ucap Nyonya Uwo.

"Ada yang mengganjal? Mengganjal di saya? Kira-kira apa, ya?" tanya Laila.

"Kalau menurut aku ya, kamu kan pakai gaun pernikahan nih, nah mungkin aja kamu mau jumpa sama suami kamu, mau ngerasain indehoi dulu mungkin hahahaha," sahut nyonya Uwo menepuk Tante Key dan Ocong agar tertawa bersama.

"Dih, gak jelas! Aku aja gak tau tampang suami aku kayak gimana. Bisa-bisanya dia bilang aku mau jumpa sama suamiku terus begituan, idih najong!" sungut Laila.

"Eh nyonya dicariin tuh sama Om Wowo," sela Tante Key sambil menepuk bahu Nyonya Uwo.

"Oh iya, aku mau indehoi dulu ya sama dia hihihihi." Nyonya Uwo melambaikan jari-jarinya perlahan ke arah Laila seolah meledek.

"Eh itu ketawa khas saya, jangan di pakai dong!" protes Tante Key.

"Oh iya lupa eyke, habis seru sih hihihihi..." ucap Nyonya Uwo seraya pergi menghampiri Om Wowo pasangannya.

"Ah dari pada aku di sini mendingan aku pergi aja deh," gumam Laila seraya beranjak pergi.

"Eh hantu baru, mau ke mana?" Tante Key berteriak ke arah Laila.

"Aku suntuk mau jalan-jalan," sahut Laila.

"Awas ya hati-hati kalau kamu ketemu manusia, nanti kamu kena sial lho." Tante Key mencoba memperingatkan.

Laila tetap tak acuh, ia tak perduli, yang ia inginkan saat itu ialah pergi menjauh dari gedung menyeramkan tersebut.

***

Sementara itu di sebuah club malam.

"Aku turut berduka cita ya, Dik, atas kematian istri kamu," ucap Selfi pada Dika.

Wanita seksi itu sangat menyukai Dika. Tentu saja ia senang bukan kepalang kala mendengar berita kematian istrinya Dika.

"Ah biasa aja sih, gak usah turut berduka cita sama aku," sahut Dika.

"Lho, kamu gak sedih?" tanya Selfi.

"Kenapa aku harus sedih, aku tuh malah senang karena akhirnya aku gak jadi menikah sama perempuan itu," ucap Dika dengan wajah sumringah.

"Dikaaaa, kamu mau manggung gak?" tanya Cahyo dari seberang sana.

"Oke, gue siap!" sahut Dika.

"Aku pergi dulu ya mau manggung," Dika mencolek dagu Selfi.

"Oke, aku tunggu sini ya," sahut Selfi dengan tatapan genit nan menggoda.

Pukul setengah dua dini hari, Dika dan kawan-kawannya akhirnya selesai manggung. Setelah beberapa kali tegukan minuman keras, mereka keluar dari club dalam keadaan mabuk. Dika berjalan sempoyongan sambil merangkul Selfi.

"Wah, Dika bener-bener elu yeee! Baru aja ditinggal mati sama istrinya eh langsung mau embat si Selfi ckckkckc," ucap Cahyo.

"Emang tuh Dika, udah tajir, cakep, banyak banget lagi cewek yang mau," sahut Robi si kepala plontos.

"Eh yang aku denger tuh si Dika keluarganya bangkrut, makanya dia dikawinin sama anak pengusaha batik buat bantu keuangan ayahnya lagi," Cahyo berbisik pada Robi.

"Ah... yang bener kamu?"

"Beneran."

Keduanya malah asik membicarakan Dika, sahabat mereka.

"Woi! Jangan pada pacaran aja kalian di sana. Ayo, anter aku pulang!" pinta Dika.

"Bukannya kamu mau malam pertama ajak Selfi buat gantiin istri kamu yang mati tadi?" tanya Cahyo dengan usilnya.

"Sembarangan! Emangnya kamu pikir aku cowok apaan?!" pekik Dika langsung masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Selfi

"Hmmm, susah banget ya dapetin Dika. Padahal aku tuh mau dijadiin pelampiasan dia. Ih, jangan-jangan si Dika boti lagi, terus dia gak suka sama cewek secantik aku," celetuk Selfi menggumam.

"Jangan sembarangan! Aku sama Dika udah temenan sepuluh tahun dari kita SMP, dan kayaknya gak mungkin deh Dika itu pisang makan pisang," ucap Cahyo yang mendengar keluhan Selfi.

"Ya... bisa aja lah. Dia aja selalu nolak aku. Ih sebel! Udah ah aku mau pulang aja, aku pusing nih!" ucap Selfi.

"Fi, kalau pusingnya udah gak tahan, panggil aku aja buat bantuin kamu hehehe," celetuk Robi menggoda Selfi.

"Berani bayar berapa kamu?" tantang Selfi.

"Wah, gak jadi lah kalau bayar kayak gitu mah." Robi bergegas masuk ke dalam mobil sedan hitam milik Dika lalu pergi dari area club tersebut.

“Dasar kere!” sungut Selfi.

Mobil milik Dika yang dikendarai Cahyo pun melaju meninggalkan perempuan centil itu.

Sementara itu di ujung jalan lainnya, Laila terus saja ketakutan saat menyusuri jalan karena seringnya ia bertemu dengan para makhluk halus yang datang mengganggunya dengan menunjuknya sambil berkata, "Kamu hantu baru, ya?"

"Ih dasar rese, kenapa sih aku bisa mati? Ih, sebeeeeeeeel!"

Laila menendang batu kerikil yang terbang menuju jendela mobil milik Dika.

"Apaan, tuh?" kata Dika.

Sedan hitam yang tengah melaju kencang itu mulai oleng dan melaju ke arah Laila. Cahyo yang terkejut dan panik melihat sepintas bayangan Laila di hadapannya lalu menabrak pohon. Anehnya, mobil itu menembus tubuh Laila. Suara berdebam keras tak terelakkan kemudian.

"Kok, aku gak ketabrak ya? Oh iya bodohnya, aku ini kan hantu," gumam Laila lalu menghampiri mobil sedan tadi.

"Ka-kamu, kamu siapa?" tanya Dika dengan sangat ketakutan menunjuk ke arah Laila.

"Kamu bisa lihat aku?" tanya Laila.

Dika belum peduli pada Laila, ia malah mengamati Cahyo yang wajahnya penuh luka. Sepertinya Cahyo tewas seketika. Sementara di sampingnya, Robi yang berwajah panik terus saja menangis meminta tolong karena kakinya terjepit.

"Tolong aku, Ka, tolong aku," pinta Robi memelas ketakutan.

******

To be continued

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 43 - Pertemuan Laila dan Ayahnya

    Bab 43 kuntilanak Bulir bening dari kelopak mata Laila terus mengalir. Ia memeluk tubuh Oma, kesedihan masih saja menghinggapinya."Sudah ah jangan nangis, sekarang ini kamu harus menikmati hidup kedua kamu bersama Dika, dan juga perbaiki hubungan kamu dengan Papi kamu," ucap Oma Murni."Iya, Oma. Laila mau cari Papi dulu." Laila bergegas masuk ke rumah besar. Ia paham betul di mana harus mencari laki-laki pemilik rumah besar itu.Tuan agus Kuncoro selalu duduk di taman mawar yang di buat mendiang istrinya, Mami -nya Laila. Taman yang penuh bunga mawar itu terletak di samping kolam renang yang luas berbentuk huruf M.Tuan Agus sedang memeluk bingkai foto bergambar ia, istrinya dan Laila. Lantunan lagu lihat kebunku yang selalu ia nyanyikan bersama istrinya untuk Laila selalu dilantunkan saat sedang merenung di sana.Mata lelaki itu terperanjat saat melihat sepasang kaki perempuan yang sudah berdiri di hadapannya. Pandangan mata Tuan Agus makin naik sampai ke wajah Laila yang terseny

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 42 - Laila Pulang

    Bab 42 Kuntilanak Di dalam bus menuju Kota Lurik Ayu, Laila tampak gelisah. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya seraya mencengkeram paha kiri Dika."Awww... kamu kenapa sih, Lai? Jangan sekarang juga kali kalau kangen sama ular naga punyaku," bisik Dika.Laila menoyor kepala suaminya itu dengan kesal dan gemas."Bukan itu tau, ih pikiran kamu tuh ya gak jauh dari hal itu sekarang," bisik Laila menatap tajam ke arah Dika."Terus kamu kenapa emangnya?" tanya Dika lagi."Itu, suara radionya aku gak kuat," bisik Laila.Dika baru sadar kalau supir bus ini memasang musik solawat yang membuat Laila merasakan hawa panas dan ketakutan. Biar bagaimana pun Laila masih termasuk kaum lelembut. "Duh, gimana caranya ini? Masa aku minta sama Pak Sopir buat matiin radionya," ucap Dika."Aku gak tahan, aku gak kuat, panas banget ini," ucap Laila yang mulai berteriak. Sontak saja para pengunjung menatap ke arah Dika dan Laila."Ono opo, toh?" tanya Nenek Asih."Laila, Nek, dia kepanasan denger solaw

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 41 - Laila yang Rakus

    Bab 41 Kuntilanak Setelah sampai di terminal, Dika memesan tiket bus yang menuju Kota Lurik. Akan tetapi, mereka harus transit dulu di kota sebelumnya. Dika, Laila dan Nenek Asih, akhirnya mendapat tiket bus menuju kota Lurik di jam keberangkatan malam hari. "Makan dulu ya, Nek, aku lapar," ucap Dika."Iya, aku juga," sahut Laila. "Lho udah bisa ngerasain lapar, toh? Ayo yo wis ayo kita cari makan sebelum bisnya datang," ucap Nenek Asih.Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk singgah di kedai soto ayam di dalam terminal tersebut."Astagfirullah... kok ketemu beginian, sih," pekik Dika saat melihat sosok pocong sedang duduk dalam kedai tersebut.Pemuda itu bersembunyi di balik Laila."Hai, wah kalian semua bisa melihatku, ya? Hebat hebat!" ucap pocong perempuan itu seraya meringis menunjukkan deretan gusinya yang penuh darah."Permisi Mbak, aku mau duduk. Tolong geser dikit, ya," pinta Laila yang memberanikan diri menggeser pocong perempuan itu."Oke, Say! Hihihihihi ketawa a

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 40 - Kemampuan Tak Terduga Nenek Asih

    Bab 40Setelah Laila meletakkan tubuh Diah ke atas sofa, wanita itu segera melangkah menuju lemari tivi milik Nenek Asih."Kamu mau apa, Lai?" tanya Dika."Mau cari minyak kayu putih buat sadarkan dia," sahut Laila."Duh, terus kalau dia sadar dan cerita yang enggak-enggak sama warga, gimana?" Dika terlihat cemas dan panik."Iya terus kalau dia gak sadar nanti juga, gimana? Emangnya mau kita bunuh?" tanya Laila."Astaga, Laila! Apa yang kamu ucapkan itu berdosa Laila," sahut Dika."Apaan sih, kamu sendiri berdosa tau memperistri aku seperti ini," sahut Laila tak kalah."Aku kan cinta sama kamu, kadang cinta itu bisa membuat orang melakukan dosa, ya gak?" "Tau lah, udah ketemu nih minyak kayu putihnya, pokoknya kita buat dia sadar," ucap Laila.Tak lama kemudian setelah Laila mengoleskan minyak itu ke bawah hidung gadis yang terbaring itu, tiba-tiba Diah membuka matanya.Ia menatap wajah Laila lalu berteriak ketakutan. "Pergi! Pergi! Tolong jangan dekati saya, pergi!" pekik Diah.Ter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 39 - Pasang Paku

    Bab 39Laila duduk berlutut tepat di hadapan bagian intim milik Dika."Kok, posisinya ada yang aneh ya? Aduh, rasanya saya mau nurunin celana aja," ucap Dika menggoda Laila."Haish salah hadap kan aku! Udah lah aku balik badan aja nih!" balas Laila yang langsung mengubah posisi duduknya."Hehehe... ya kali Lai, kamu mau gitu karaoke punyaku,” celetuk Dika."Au amat lah! Buruan pasang pakunya!" sahut Laila mulai kesal.Dika lantas tertawa. Setelah tenang, menarik napas dalam, pria itu lalu membuka kain merah yang membungkus paku tersebut."Buruan!" pinta Laila dengan nada berseru."Tunggu, sabar dulu! Aku lupa ambil palu bentar ya. Tunggu di sini, aku tanya dulu Nenek taruh palu itu di mana," ucap Dika."Yah, Dika... Aku udah nahan-nahan takut sakit nih," ucap Laila memelas."Iya tunggu bentar." Dika mengetuk pintu Nenek Asih dan terpaksa membangunkannya. Namun, saat Dika membuka pintu Nenek secara spontan ia melihat sosok pocong sedang menindih tubuh si Nenek Asih."Astaga, Nenek!" p

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 38 - Membusuk?

    Bab 38"Emang kalau gak sukses kenapa Mbah?" celetuk Dika."Kalau nggak sukses ya ngapain aku capek-capek buat minum sama keluarin panganan ini toh le hehehe," ucap nenek bungkuk itu seraya tertawa menunjukkan deretan giginya yang beberapa gigi itu terbuat dari emas.“Nyoh!” Mbah Sarno menyerahkan kotak itu pada Dika. Pemuda itu langsung menerimanya dengan perasaan senang seraya mendekap kotak tersebut dengan erat."Yes, sebentar lagi, Laila akan menjadi manusia seutuhnya," gumam Dika."Cara pakainya gimana, Mbah?" tanya Nenek Asih."Ya ditancap seperti biasa ke atas ubun-ubun kepala sambil baca mantra yang sudah aku tulis pada kertas di dalam kotak tersebut,” titahnya.Dika mencari kertas berisi mantera dalam kotak tersebut."Oh iya ini ketemu." "Tapi ingat, ada konsekuensinya lho," ucap Mbah Sarno memotong kebahagiaan Dika saat itu."Maksud Mbah?" tanya Dika."Begini, kuntilanak itu kan asline wujudnya itu hantu, berarti sudah mati, toh. Nah, kalau kamu tetap ingin dia seperti man

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 37 - Paku Mahal

    Bab 37Pria tua berusia delapan puluh tahun itu bernama Mbah Sarno. Nenek Asih lantas menyambut tangan lelaki tua itu dan mengecup punggung tangannya. “Dika, Salim!” bisik Nenek Asih.Dika lantas mengikuti gerakan salim sang nenek. "Ono opo toh, Yu, tumben kamu ke sini?" tanya Mbah Sarno."Begini Mbah, langsung saja, ya. Lah ini cucuku namanya Dika, dan dia mempunyai istri yang sudah berwujud kuntilanak, jadi saya bermaksud untuk–" "Minta paku kuntilanak?" tanya Mbah Sarno langsung menebak tujuan Dika dan Nenek Asih ke sana."Ia, Mbah,” sahutnya sambil mengangguk, “jika Mbah berkenan, saya gak tega soalnya mereka saling mencintai dan baru saja menikah soalnya. Saya mohon dengan sangat Mbah, tolong bantu saya dan cucu saya?" pinta Nenek Asih.Mbah Sarno diam sejenak seraya berpikir, lalu ia mengangguk-anggukan kepalanya. Tak lama kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.Dika mengikuti dengan reflek.“Hush!” Pukulan pelan dari sang nenek mendarat di punggung Dika."Gimana, Nek?" tanya D

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 36 - Misi Pencarian Paku Kuntilanak

    Bab 36Keesokan harinya, Nenek Asih yang tengah sibuk di dapur malah menggoda sang cucu."Gimana pertarungan semalam?" tanyanya saat Dika yang menghampirinya di dapur."Ah, Nenek bisa aja. Ya seru lah, tapi aku nyesel," sahut Dika seraya duduk di kursi samping meja makan."Kenapa menyesal?" Nenek Asih mengernyitkan dahinya."Ya, aku nyesel lah, kenapa gak dari dulu aja aku nikah, hehehe." "Huuuu... cah gemblung!" Nenek Asih memukul pelan kepala Dika dengan sodet di tangannya.Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dari depan rumah Nenek Asih."Itu pasti si Diah, dia setiap hari memang selalu ke sini menemani Nenek," ucap Nenek Asih lalu melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu."Assalamualaikum, Nenek sudah sarapan hari ini?" tanya Diah si anak Pak RT itu."Sudah." Wanita itu tersenyum manis."Ya ampun, Nenek... aku kan bawa makanan nih. Tadi aku buat soto ayam kampung," ucap Diah seraya menunjukkan rantang dari bahan alumunium di tangannya."Wah baunya enak, kebetulan aku la

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 35 - Punggung Bolong?

    Bab 35Dika mengangkat tubuh Laila dan menaruh kedua kaki gadis itu bertumpu di pinggangnya. "Cie... pada pacaran cie…." Sosok anak kecil berkepala botak yang hanya memakai celana dalam itu menegur Laila dan Dika.Keduanya langsung kikuk dan sontak saja membuat Laila turun dari gendongan Dika."Tuyul sialan!" umpat Dika.“Udah biarin aja,” bisik Laila.Saat Laila dan Dika masuk ke dalam rumah Nenek Asih, wanita paruh baya itu sudah merentangkan kedua tangannya menyambut Laila. Gadis itu menghamburkan tubuhnya sambil menangis di pelukan Nenek Asih."Jadi bagaimana, besok kita jadi kan ke rumah dukun itu?" tanya Dika raut wajahnya sangat terlihat antusias."Apa mau sekarang kita ke tempat Mbah Semar?" tanya Nenek Asih."Udah malam banget, Nek. Besok aja," sahut Laila."Oke kalau gitu. Ya udah, yuk kita bobo!" ajak Dika menarik lengan Laila."Aku tidur sama Nenek Asih aja," sahut Laila."Lho kita kan udah suami istri tau. Boleh kan Nek kalau aku tidur bareng sama Laila?" Dika menoleh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status