Home / Horor / Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak / Bab 3 - Kecelakaan Tragis

Share

Bab 3 - Kecelakaan Tragis

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2024-05-14 09:39:23

Bab 3 - Menikahi Mbak Kunti

Hari pernikahan pun tiba, hari yang sudah ditentukan oleh Tuan Agus Kuncoro dan Tuan Nugroho demi menyatukan perusahaan mereka agar menjadi lebih berkembang, walau itu semua dilakukan dengan mengorbankan perasaan anak-anaknya.

Laila kini tak bisa menipu lagi, penjagaan ketat dari sang papi membuatnya tak bisa lari. Begitu Pula dengan Dika, pria itu akhirnya terpaksa duduk menunggu Laila di meja pernikahan bersama penghulu di hadapannya.

"Di mana ya mempelai wanitanya?" tanya si penghulu.

"Sedang dalam perjalanan, Pak," ucap Mira calon istri Tuan Nugroho.

"Bisa dihubungi sudah sampai mana, karena saya masih ada pernikahan lainnya, nih," ucap sang penghulu sambil mengipasi dirinya dengan dokumen pernikahan.

"Hmmm... mudah-mudahan gak jadi dateng," gumam Dika.

"Begini saja Pak Penghulu, pernikahannya di lanjutkan saja, yang penting sudah ada dua saksi dan si ayah mempelai wanita. Ya toh mempelai wanitanya juga sudah berada di jalan," ucap Tuan Nugroho memberi usul kala itu.

"Papah, gimana sih? Kali aja tuh perempuan kabur gak mau nikah sama aku," bisik Dika dengan raut wajah sangat kesal.

"Sudah kamu nurut saja. Apa kamu malah mau membuat kondisi mami kamu memburuk nantinya," ancam tuan Nugroho pada anak tunggalnya itu. Ia selalu saja bisa membuat Dika diam tak bisa memberontak ketika ayahnya membahas penyakit jantung yang diderita ibunya Dika.

"Baiklah kalau begitu kita mulai saja pernikahannya, toh semua syarat nikah, wali perempuan, dan para saksi sudah ada. Nah, mari jabat tangan saya!" Pak penghulu itu mengulurkan tangannya pada Dika.

Dengan terpaksa, Dika akhirnya melakukan pernikahan paksa tersebut.

Padahal saat itu,obil yang dikendarai Laila, neneknya Laila, dan sang sopir tengah melaju dengan kencangnya. Laila yang terlambat menyiapkan diri, sempat membuat sang nenek kesal dan gemas. Dia yakin kalau Laila akan terlambat datang untuk pernikahannya. Tiba-tiba, mobil yang dikemudikan sang sopir itu oleng bahkan hampir tertabrak oleh truk tronton besar.

Mobil sedan hitam itu kehilangan kendali ditambah dengan rem mobil yang ternyata blong. Hal itu tentu saja menyebabkan kecelakaan. Lalu, membuat mobil itu hampir jatuh ke dalam sungai yang berbatu terjal. Mobil sedan berwarna hitam itu tertahan. Sang sopir tak sadarkan diri karena kepalanya terantuk kemudi mobil dengan keras.

"Oma, cepat duluan keluar!" pinta Laila.

"Gak, kita keluar sama-sama," ucap Oma bersikeras.

"Gak bisa Oma, aku harus jaga keseimbangan mobil ini, jadi Oma turun duluan, nanti aku nyusul. Ayo Oma, keburu mobilnya jatuh!" pinta Laila.

"Pak Bagus, dia gimana, La?"

"Ini aku coba sadarkan dia. Pokoknya Oma turun dulu cepat!" pinta Laila.

Oma Murni segera menuruti perintah Laila dengan melangkah perlahan keluar mobil. Laila berusaha membangunkan sang sopir. Namun, apa daya karena ia buru-buru bergerak, mobil tersebut lalu oleng dan jatuh ke sungai menghantam bebatuan terjal. Wajah kiri Laila terantuk batu dan membuatnya hancur.

Darah mengalir deras mengikuti arus sungai di sekitaran mobil Laila dengan derasnya. Pak Bagas tak dapat bertahan karena tewas seketika. Samar-samar Laila melihat sosok ibunfa tercinta merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan Laila.

"Ma...mi…," ucap Laila lirih lalu ia menghembuskan napas terakhirnya.

Berita kecelakaan Laila langsung sampai ke rumah pernikahan. Para tamu undangan dan keluarga besar terkejut dan tak percaya dengan apa yang menimpa Laila. Baru saja ijab kabul dilakukan dengan jabatan tangan dan ucapan sah dari bibir sang penghulu. Alangkah malangnya nasib mempelai pria. Dia baru saja menikah tetapi sudah kehilangan istrinya tanpa sempat ia bertemu terlebih dahulu.

Seluruh keluarga besar langsung mendatangi rumah sakit tempat Laila setelah evakuasi tadi. Tuan Agus Kuncoro menangis sejadi-jadinya saat melihat jasad putrinya terbaring tak bernyawa di kamar mayat. Meski wajah Laila hancur, tapi papinya ingat betul dengan tanda lahir hitam di punggung tangan kanan Laila.

"Harusnya Oma yang mati, Nak, bukan kamu huhuhu," tangisan Oma Murni menambah keharuan di kamar jenazah itu.

Dika memeluk ibunya. Ia tak berani melihat ke arah jasad Laila karena kondisinya yang menyeramkan. Tak ada yang tahu bagaimana takdir bisa mempermainkannya seperti itu. Setelah dijodohkan dan akhirnya memutuskan untuk menikah dengan terpaksa. Sekarang istri yang baru dinikahinya satu jam yang lalu itu telah meninggal dunia.

Keesokan harinya Laila dimakamkan di samping makam ibunda tercinta. Oma masih meratapi gundukan tanah merah yang basah penuh dengan taburan bunga tujuh rupa di atasnya itu. Sementara Tuan Nugroho mendapat pelukan menenangkan dari calon istrinya saat isak tangis tak dapat ia bendung.

***

Di pinggir sungai, Laila yang telah mengingat semua kejadian sebelum dia meninggal akhirnya mulai berdamai dengan keadaan.

"Ah... aku baru inget. Hmmm, jadi aku udah mati, ya? mana matinya baru nikah lagi," gerutu Laila di hadapan sosok kuntilanak dan pocong itu.

"Iya kan kamu udah mati, Say. Ih kasian banget sih kamu, mana pengantin baru. Terus kamu belum ngerasain malam pertama juga, hihihihihi…." Si Kunti mencoba menimpali.

"Lagian menikah kok pakai gaun hitam, sih, jadinya kamu celaka tuh," ucap si Pocong berusaha mencibir gaun yang dikenakan Laila.

"Ini tuh trend tau gak. Ini gaun limited edition, mahal pula. Bosen tau kalau nikah pakai baju putih terus. Aku kan mau mencoba sesuatu yang baru," sahut Laila.

"Baju model baru yang bikin sial!" sahut si pocong ketus.

"Ih nyebelin, nih!" Laila menarik ikatan pocong itu secara spontan.

“Heh, anak baru kurang ajar!” pekik si pocong

"Ih, tapi serem juga kalau deket-deket sama kamu. Huh, udah ih kamu sana!" Laila mendorong pocong tersebut sampai jatuh.

"Wah... ini hantu baru bener-bener gak bisa aku biarkan," gumam si pocong dengan mata mendelik merah nan marah.

Saat sosok pocong itu berdiri sambil berusaha mengancam Laila, gadis itu mulai memberanikan diri melawan.

"Muka aku serem nih, hayo kalau berani!" Laila mencoba menahan sosok pocong tersebut. Ia memperlihatkan wajah seramnya.

"Hahahaha... muka kayak gitu aja dibilang serem. Nih, kalau bisa kayak muka aku," ucap pocong tersebut menarik semua kulit di wajahnya dan menyisakan tengkorak tulang wajah di hadapan Laila.

"Astaga! Gila banget sih ini mah serem! Eh, kalau muka kamu serem gitu kenapa tadi bisa gak serem mukanya?" tanya Laila penasaran.

"Oh itu mah gampang. Jika kamu memakai air rendaman tujuh kembang dan mengusapnya ke wajah kamu, niscaya muka kamu akan bersih," ucap si Kunti ikut menimpali.

"Di mana-mana juga muka kalau habis dicuci pakai air ditambah sabun muka ya tuh muka juga bakal kelihatan bersih," ujar Laila.

"Lha kan saya cuma nawarin, kali aja kamu mengikuti daripada mukanya hancur gitu ih. Belum lagi kulitnya mau mengelupas hiiyyy," ucap si Kunti mencoba mencibir.

"Tau ah! Asal tau aja ya, apa yang kalian lakukan sama saya itu, jahat!" ucap Laila ala tatapan Mbak Cinta di film AADC jilid 2.

"Ya udah, sekarang pulang ke rumahku aja yuk!" ajak si Kunti.

"Gak mau ah, aku mau ketemu keluargaku aja. Terus aku juga mau ketemu sama suamiku sekarang, aku mau liat orangnya seperti apa," ucap Laila.

"Eh, tunggu bentar. Kamu kan hantu baru,” kata kuntilanak tadi, “mending kita belajar dulu bagaimana caranya kita bisa berjumpa dengan manusia yang kita inginkan dan menghindari perjumpaan kita dengan manusia yang pastinya kita tak mau inginkan.”

"Hmmm bener juga, oke deh aku ikut kamu. Nama kamu siapa?" tanya Laila.

"Panggil saja aku Tante Key dan ini Ocong," sahutnya.

"Halo, aku Laila."

******

To be continued

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 43 - Pertemuan Laila dan Ayahnya

    Bab 43 kuntilanak Bulir bening dari kelopak mata Laila terus mengalir. Ia memeluk tubuh Oma, kesedihan masih saja menghinggapinya."Sudah ah jangan nangis, sekarang ini kamu harus menikmati hidup kedua kamu bersama Dika, dan juga perbaiki hubungan kamu dengan Papi kamu," ucap Oma Murni."Iya, Oma. Laila mau cari Papi dulu." Laila bergegas masuk ke rumah besar. Ia paham betul di mana harus mencari laki-laki pemilik rumah besar itu.Tuan agus Kuncoro selalu duduk di taman mawar yang di buat mendiang istrinya, Mami -nya Laila. Taman yang penuh bunga mawar itu terletak di samping kolam renang yang luas berbentuk huruf M.Tuan Agus sedang memeluk bingkai foto bergambar ia, istrinya dan Laila. Lantunan lagu lihat kebunku yang selalu ia nyanyikan bersama istrinya untuk Laila selalu dilantunkan saat sedang merenung di sana.Mata lelaki itu terperanjat saat melihat sepasang kaki perempuan yang sudah berdiri di hadapannya. Pandangan mata Tuan Agus makin naik sampai ke wajah Laila yang terseny

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 42 - Laila Pulang

    Bab 42 Kuntilanak Di dalam bus menuju Kota Lurik Ayu, Laila tampak gelisah. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya seraya mencengkeram paha kiri Dika."Awww... kamu kenapa sih, Lai? Jangan sekarang juga kali kalau kangen sama ular naga punyaku," bisik Dika.Laila menoyor kepala suaminya itu dengan kesal dan gemas."Bukan itu tau, ih pikiran kamu tuh ya gak jauh dari hal itu sekarang," bisik Laila menatap tajam ke arah Dika."Terus kamu kenapa emangnya?" tanya Dika lagi."Itu, suara radionya aku gak kuat," bisik Laila.Dika baru sadar kalau supir bus ini memasang musik solawat yang membuat Laila merasakan hawa panas dan ketakutan. Biar bagaimana pun Laila masih termasuk kaum lelembut. "Duh, gimana caranya ini? Masa aku minta sama Pak Sopir buat matiin radionya," ucap Dika."Aku gak tahan, aku gak kuat, panas banget ini," ucap Laila yang mulai berteriak. Sontak saja para pengunjung menatap ke arah Dika dan Laila."Ono opo, toh?" tanya Nenek Asih."Laila, Nek, dia kepanasan denger solaw

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 41 - Laila yang Rakus

    Bab 41 Kuntilanak Setelah sampai di terminal, Dika memesan tiket bus yang menuju Kota Lurik. Akan tetapi, mereka harus transit dulu di kota sebelumnya. Dika, Laila dan Nenek Asih, akhirnya mendapat tiket bus menuju kota Lurik di jam keberangkatan malam hari. "Makan dulu ya, Nek, aku lapar," ucap Dika."Iya, aku juga," sahut Laila. "Lho udah bisa ngerasain lapar, toh? Ayo yo wis ayo kita cari makan sebelum bisnya datang," ucap Nenek Asih.Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk singgah di kedai soto ayam di dalam terminal tersebut."Astagfirullah... kok ketemu beginian, sih," pekik Dika saat melihat sosok pocong sedang duduk dalam kedai tersebut.Pemuda itu bersembunyi di balik Laila."Hai, wah kalian semua bisa melihatku, ya? Hebat hebat!" ucap pocong perempuan itu seraya meringis menunjukkan deretan gusinya yang penuh darah."Permisi Mbak, aku mau duduk. Tolong geser dikit, ya," pinta Laila yang memberanikan diri menggeser pocong perempuan itu."Oke, Say! Hihihihihi ketawa a

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 40 - Kemampuan Tak Terduga Nenek Asih

    Bab 40Setelah Laila meletakkan tubuh Diah ke atas sofa, wanita itu segera melangkah menuju lemari tivi milik Nenek Asih."Kamu mau apa, Lai?" tanya Dika."Mau cari minyak kayu putih buat sadarkan dia," sahut Laila."Duh, terus kalau dia sadar dan cerita yang enggak-enggak sama warga, gimana?" Dika terlihat cemas dan panik."Iya terus kalau dia gak sadar nanti juga, gimana? Emangnya mau kita bunuh?" tanya Laila."Astaga, Laila! Apa yang kamu ucapkan itu berdosa Laila," sahut Dika."Apaan sih, kamu sendiri berdosa tau memperistri aku seperti ini," sahut Laila tak kalah."Aku kan cinta sama kamu, kadang cinta itu bisa membuat orang melakukan dosa, ya gak?" "Tau lah, udah ketemu nih minyak kayu putihnya, pokoknya kita buat dia sadar," ucap Laila.Tak lama kemudian setelah Laila mengoleskan minyak itu ke bawah hidung gadis yang terbaring itu, tiba-tiba Diah membuka matanya.Ia menatap wajah Laila lalu berteriak ketakutan. "Pergi! Pergi! Tolong jangan dekati saya, pergi!" pekik Diah.Ter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 39 - Pasang Paku

    Bab 39Laila duduk berlutut tepat di hadapan bagian intim milik Dika."Kok, posisinya ada yang aneh ya? Aduh, rasanya saya mau nurunin celana aja," ucap Dika menggoda Laila."Haish salah hadap kan aku! Udah lah aku balik badan aja nih!" balas Laila yang langsung mengubah posisi duduknya."Hehehe... ya kali Lai, kamu mau gitu karaoke punyaku,” celetuk Dika."Au amat lah! Buruan pasang pakunya!" sahut Laila mulai kesal.Dika lantas tertawa. Setelah tenang, menarik napas dalam, pria itu lalu membuka kain merah yang membungkus paku tersebut."Buruan!" pinta Laila dengan nada berseru."Tunggu, sabar dulu! Aku lupa ambil palu bentar ya. Tunggu di sini, aku tanya dulu Nenek taruh palu itu di mana," ucap Dika."Yah, Dika... Aku udah nahan-nahan takut sakit nih," ucap Laila memelas."Iya tunggu bentar." Dika mengetuk pintu Nenek Asih dan terpaksa membangunkannya. Namun, saat Dika membuka pintu Nenek secara spontan ia melihat sosok pocong sedang menindih tubuh si Nenek Asih."Astaga, Nenek!" p

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 38 - Membusuk?

    Bab 38"Emang kalau gak sukses kenapa Mbah?" celetuk Dika."Kalau nggak sukses ya ngapain aku capek-capek buat minum sama keluarin panganan ini toh le hehehe," ucap nenek bungkuk itu seraya tertawa menunjukkan deretan giginya yang beberapa gigi itu terbuat dari emas.“Nyoh!” Mbah Sarno menyerahkan kotak itu pada Dika. Pemuda itu langsung menerimanya dengan perasaan senang seraya mendekap kotak tersebut dengan erat."Yes, sebentar lagi, Laila akan menjadi manusia seutuhnya," gumam Dika."Cara pakainya gimana, Mbah?" tanya Nenek Asih."Ya ditancap seperti biasa ke atas ubun-ubun kepala sambil baca mantra yang sudah aku tulis pada kertas di dalam kotak tersebut,” titahnya.Dika mencari kertas berisi mantera dalam kotak tersebut."Oh iya ini ketemu." "Tapi ingat, ada konsekuensinya lho," ucap Mbah Sarno memotong kebahagiaan Dika saat itu."Maksud Mbah?" tanya Dika."Begini, kuntilanak itu kan asline wujudnya itu hantu, berarti sudah mati, toh. Nah, kalau kamu tetap ingin dia seperti man

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 37 - Paku Mahal

    Bab 37Pria tua berusia delapan puluh tahun itu bernama Mbah Sarno. Nenek Asih lantas menyambut tangan lelaki tua itu dan mengecup punggung tangannya. “Dika, Salim!” bisik Nenek Asih.Dika lantas mengikuti gerakan salim sang nenek. "Ono opo toh, Yu, tumben kamu ke sini?" tanya Mbah Sarno."Begini Mbah, langsung saja, ya. Lah ini cucuku namanya Dika, dan dia mempunyai istri yang sudah berwujud kuntilanak, jadi saya bermaksud untuk–" "Minta paku kuntilanak?" tanya Mbah Sarno langsung menebak tujuan Dika dan Nenek Asih ke sana."Ia, Mbah,” sahutnya sambil mengangguk, “jika Mbah berkenan, saya gak tega soalnya mereka saling mencintai dan baru saja menikah soalnya. Saya mohon dengan sangat Mbah, tolong bantu saya dan cucu saya?" pinta Nenek Asih.Mbah Sarno diam sejenak seraya berpikir, lalu ia mengangguk-anggukan kepalanya. Tak lama kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.Dika mengikuti dengan reflek.“Hush!” Pukulan pelan dari sang nenek mendarat di punggung Dika."Gimana, Nek?" tanya D

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 36 - Misi Pencarian Paku Kuntilanak

    Bab 36Keesokan harinya, Nenek Asih yang tengah sibuk di dapur malah menggoda sang cucu."Gimana pertarungan semalam?" tanyanya saat Dika yang menghampirinya di dapur."Ah, Nenek bisa aja. Ya seru lah, tapi aku nyesel," sahut Dika seraya duduk di kursi samping meja makan."Kenapa menyesal?" Nenek Asih mengernyitkan dahinya."Ya, aku nyesel lah, kenapa gak dari dulu aja aku nikah, hehehe." "Huuuu... cah gemblung!" Nenek Asih memukul pelan kepala Dika dengan sodet di tangannya.Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dari depan rumah Nenek Asih."Itu pasti si Diah, dia setiap hari memang selalu ke sini menemani Nenek," ucap Nenek Asih lalu melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu."Assalamualaikum, Nenek sudah sarapan hari ini?" tanya Diah si anak Pak RT itu."Sudah." Wanita itu tersenyum manis."Ya ampun, Nenek... aku kan bawa makanan nih. Tadi aku buat soto ayam kampung," ucap Diah seraya menunjukkan rantang dari bahan alumunium di tangannya."Wah baunya enak, kebetulan aku la

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 35 - Punggung Bolong?

    Bab 35Dika mengangkat tubuh Laila dan menaruh kedua kaki gadis itu bertumpu di pinggangnya. "Cie... pada pacaran cie…." Sosok anak kecil berkepala botak yang hanya memakai celana dalam itu menegur Laila dan Dika.Keduanya langsung kikuk dan sontak saja membuat Laila turun dari gendongan Dika."Tuyul sialan!" umpat Dika.“Udah biarin aja,” bisik Laila.Saat Laila dan Dika masuk ke dalam rumah Nenek Asih, wanita paruh baya itu sudah merentangkan kedua tangannya menyambut Laila. Gadis itu menghamburkan tubuhnya sambil menangis di pelukan Nenek Asih."Jadi bagaimana, besok kita jadi kan ke rumah dukun itu?" tanya Dika raut wajahnya sangat terlihat antusias."Apa mau sekarang kita ke tempat Mbah Semar?" tanya Nenek Asih."Udah malam banget, Nek. Besok aja," sahut Laila."Oke kalau gitu. Ya udah, yuk kita bobo!" ajak Dika menarik lengan Laila."Aku tidur sama Nenek Asih aja," sahut Laila."Lho kita kan udah suami istri tau. Boleh kan Nek kalau aku tidur bareng sama Laila?" Dika menoleh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status