David sedang disibukkan dengan segudang pekerjaan yang harus dia kerjakan selama Christian menemani Alexandra, dibantu oleh Eric dan sekretaris pribadi Christian.Sebuah telepon berbunyi di ruangan itu, sekretaris itu memberi tahu jika Anthony Hoover datang berkunjung. Namun, belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, Anthony sudah memasuki ruangan tersebut.“Di mana Chris, David?” tanya Anthony.Ekspresi wajah Anthony terlihat garang dan penuh kekesalan.“Selamat siang, Tuan Besar. Lama kita tidak berjumpa,” ujar David berbasa-basi.“Tidak perlu berbasa-basi, David. Bagaimana pendosa sepertimu bisa berada di sini dan menggantikan posisi anakku? Cepat katakan di mana Christian berada.David tersenyum tipis mendengar ucapan ayah kandung Christian itu.“Pak Chris sedang berada di suatu tempat, rencananya mereka akan kembali ke kota dua hari lagi, Tuan! Apa mungkin ada pesan yang ingin Anda sampaikan?” Jawab David deng
Sepasang suami istri itu duduk berdampingan. Kemudian menyesap teh yang sudah tersaji.“Sudah lama Ayah tidak menikmati teh buatanmu, Alexa,” ucap Harry.“Apa teh buatanku masih enak?” goda Alexandra.“Tentu saja, tidak ada yang mengalahkan rasa teh buatanmu,” puji Harry.Ayah dan anak itu terus berbincang dengan sekali-kali mengajak Christian masuk dalam obrolan.“Kamu tahu, Ayah sangat khawatir selama kamu tak ada kabar,” imbuh Harry.“Maafkan Alexa, Ayah.”“Sudahlah, kita berkumpul bukan untuk membicarakan itu, bukan?” Alexandra mengangguk.Sebelum memulai pembicaraan Alexandra dan Christian saling pandang. Christian menggenggam tangan istrinya, lalu tersenyum dan mengangguk, menyerahkan semuanya pada Alexandra.“Ada yang ingin Alexa pada Ayah.”“Apa yang ingin kalian katakan, kenapa kalian serius sekali?” tanya Harry Davendra.Sepasang suami istri kembali saling pandang.“Sebentar lagi Ayah akan menjadi seorang kakek.”“Hah? Apa? Kakek?” Harry masih mencerna ucapan anaknya.Alexan
Sepasang suami istri itu pergi meninggalkan rumah keluarga Davendra menuju ke kediaman keluarga Anthony Hoover.Wajah Alexandra terlihat begitu tegang dan cemas. Christian menggenggam tangan istrinya disaat mereka berhenti di traffic light.“Kamu tak perlu khawatir dan tegang, kita tak perlu berperan menjadi sepasang suami istri yang meyakinkan di depan mereka lagi. Karena sekarang kita adalah sepasang suami istri sungguhan. Tegakkan tubuhmu, karena kamu adalah Nyonya Muda keluarga Hoover,” ujar Christian.Alexandra memandang sang suami kemudian menarik nafas panjang dan mengangguk pelan.“Baiklah, Tuan Muda Hoover. Aku akan menjadi Nyonya Muda Hoover yang tangguh!”“Bagus! Itu baru Alexandra Hoover.” Alexandra membulatkan mata sempurna, ini pertama kalinya dia mendapat pengakuan sebagai anggota keluarga Hoover.Christian sedikit mendekatkan tubuhnya pada Alexandra, lalu mengecup keningnya. Tak ingin kalah Alexandra mengecup
Alexandra mulai gelisah, pikirannya semakin ke mana-mana, takut-takut jika ibunya dulu pernah memiliki masalah dengan kedua orang tua Christian, tanpa sadar dia menggigit bibirnya.Christian yang melihat wajah cemas istrinya pun menggenggam erat tangan Alexandra, memberi tahu jika dia mendukung serta memberi kekuatan padanya. Alexandra memandang Christian dan tersenyum tipis.Dengan perasaan takut, Alexandra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada kedua mertuanya.“Apa Tuan dan Nyonya mengenal orang ibu saya?”“Tentu saja kami mengenal ibumu yang ….” kalimat Amanda terhenti karena Anthony langsung menyenggol istrinya, tidak ingin pembicaraan semakin ke mana-mana.“Ada apa ini sebenarnya, apa yang sebenarnya ayah ingin bicarakan pada kami? Kenapa membawa-bawa ibu Alexandra?” Christian menyela pertanyaan Alexandra yang belum terjawab karena tidak sabar.Sama halnya dengan Alexandra, Christian juga merasa cemas jika kedua ora
Kedua ayah dan anak itu saling pandang dengan tatapan tajam. Keduanya tampak seperti musuh yang ingin saling menjatuhkan.“Sepertinya hal itu bukanlah ranah Ayah untuk ikut campur, aku tidak tahu apa maksud Ayah membahas tentang itu, dan aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu,” Christian menyangkal.Anthony tersenyum sinis, lalu berkata, “aku memang tidak ingin ikut campur, aku hanya ingin Alexandra mengetahui fakta yang sebenarnya.”“Jika Alexandra mengetahuinya lantas apa keuntungan yang akan Ayah dapatkan? Aku rasa tidak ada!” Christian mulai kesal.“Jika memang tidak ada hal yang lebih penting untuk dibicarakan mari kita akhiri pembicaraan ini.”Kali ini Christian benar-benar mengajak Alexandra untuk pergi dari ruangan dan rumah yang dulu membesarkannya.Sejujurnya ada sedikit ketakutan tersendiri di benak Christian jika Alexandra mengetahui kebenarannya. Perjalanannya cukup panjang hingga akhirnya bisa bersama.“Ba
Christian menghela nafas panjang, lalu melepaskan pelukan Alexandra. Dia beranjak dan berjalan menuju ke pintu balkon. Menghirup udara luar sepertinya akan membuatnya lebih baik.Alexandra pun ikut turun dari ranjang dan mengikuti langkah Christian kemudian berdiri di sampingnya.Alexandra memandang langit luas, suasana sore hari yang begitu indah, langit yang samar-samar mulai berwarna jingga dengan udara yang sejuk. Sangat berbanding terbalik dengan suasana hatinya saat ini. “Apa yang sebenarnya terjadi? Katakanlah! Aku siap untuk mendengarkan semuanya.”“Kamu yakin?”“Iya.”“Tapi aku yang tidak yakin. Bisa jadi kamu akan membenci bahkan meninggalku setelah mendengar semuanya.”“Apa separah itu?”Christian kembali menatap langit seraya menghela nafas berat. “Aku selalu mengingatkan wajah dan nama Maya Valencia, ibumu. Tapi yang dikatakan ayahku tentang dia yang menyelamatkanku tidak sepenuhnya benar.”Alexandra mengernyitkan keningnya karena bingung dengan ucapan Christian.“Lant
Alexandra terus menahan sakit, namun tak ingin sedikitpun ingin menerima uluran tangan Christian. Dengan bersusah payah Alexandra berusaha membangunkan diri.“Sandra!”“Aahhh!” Nyeri di perut Alexandra semakin menjadi.“Sandra! Maafkan aku! Sandra!” Christian meminta maaf seraya membantu Alexandra untuk bangun.“Lepaskan, Christian! Tinggalkan aku, biarkan aku mati seperti keinginanmu!” racau Alexandra.“Tidak, Sandra. Jangan berkata seperti itu. Maafkan aku, maafkan aku!” Christian meraih tubuh istrinya.Tangis Alexandra semakin menjadi, dia terus meronta ingin melepaskan diri dari pelukan Christian.“Kamu jahat, Christian. Kamu jahat. Lepaskan aku! Huhuhu.” Maki Alexandra seraya menahan rasa sakit di perut bagian bawahnya.“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu. Aku mencintaimu, Alexandra Davendra. Aku mencintaimu, untuk selamanya.” Ungkapan hati Christian begitu memabukkan untuk orang normal yang tergila-gila pada pria itu. Tapi, keadaan itu kini berbeda, Alexandra rasanya ingin mat
Dua pria tampan itu kembali saling menyerang tanpa ampun. Hingga sebuah suara menginterupsi keduanya.“Hentikan!” Terlihat Dave sedang berdiri dengan kedua tangan di pinggang seperti seorang ibu yang akan mengomeli anaknya yang sedang bertengkar.“Apa yang kalian lakukan? Bagaimana kalau Nona Alexandra tahu kalian bertengkar seperti ini?” Ujar Dave. Dave memberi perintah pada anak buahnya untuk segera memisahkan kedua orang yang masih diliputi emosi itu agar tak lagi saling menyerang.“Aahh, kalian membuatku sakit kepala!” keluh Dave, seraya memijat pelipisnya.Bohong kalau Dave tidak tahu duduk perkara dua pria itu bertengkar. Harta, tahta, wanita sering kali menimbulkan pertengkaran dan itu sering terjadi.Lalu, mengapa David begitu emosional jika itu menyangkut Alexandra?Sebab, David memang lebih dulu tertarik pada Alexandra sebagai wanita. David memang lebih dulu berinteraksi dengan Alexandra. Bukan saat David membawa paksa Alexandra tapi jauh dari itu. Semua berawal dari Davi