Sambil mendengarkan Zhu Xiehun berbicara, Luo Yi mengaktifkan Jurus Langkah Tenang Menghanyutkan. Setelah jurus itu aktif, dan waktu itu adalah saat di mana pria berjubah merah itu belum menyelesaikan ucapannya, Luo Yi dengan tenang melangkahkan kakinya.Dalam sekejap, ia telah berpindah di hadapan Zhu Xiehun dengan Pedang Qingling dalam genggaman tangan kanannya kini telah berada di dekat leher pria itu.Zhu Xiehun tersentak. Keringat dingin seketika mengalir deras dari pelipisnya, dan jantungnya berpacu dengan cepat.“Cepat sekali! Lebih cepat dari sang Legenda yang pernah kuhadapi sebelumnya. Aku bahkan tidak merasakan apa pun saat orang ini mengaktifkan Jurus Teleportasi. Aku harus berhati-hati dengan orang ini!” batinnya.“Si ... siapa kau sebenarnya?” Zhu Xiehun bertanya dengan suara bergetar dan sedikit terbata.Luo Yi menjawab dengan tenang. “Aku hanya seorang pendekar yang ingin menghentikan kegaduhan yang disebabkan oleh orang-orang sepertimu.”“Kegaduahan? Apa maksudmu?” ta
Luo Yi menoleh ke arah ayahnya. Ia tersenyum tipis sebelum menjawab, “Jalan yang kutapaki adalah jalan sunyi. Dengan kata lain, aku memilih jalan yang membawaku pada ketenangan dan kedamaian. Jika aku melihat seseorang membuat kegaduhan, maka aku akan menghentikan kegaduhan itu dan menuntun orang itu ke jalan kedamaian.”Luo Yang tersentuh. Baginya, jawaban yang dilontarkannya putranya itu adalah kata-kata yang penuh makna mendalam. Ia tak tahu harus berkata apa selain merespon dengan kata, “Kau benar-benar sudah berubah, Yi'er.”Luo Yi hanya tersenyum tipis sebagai respon. Setelah percakapan itu, ia dan ketiga anggota keluarganya kemudian kembali masuk ke dalam kediaman setelah menutup kembali pintu gerbang halaman.***Malam harinya, dirasa semua orang dalam kediaman telah tertidur lelap, di kamarnya Luo Yi mengeluarkan Pedang Qingling dari cincin penyimpanannya.Saat bertarung melawan Luo Mian di Gerbang Selatan, ia sempat menghisap energi Qi merah ketika Pedang Qingling-nya itu be
Setelah hening beberapa saat, Luo Yin membuka suara. “Kenapa kau tidak ingin menemui Dewan Agung, Yi'er?” tanyanya, ada garis kerutan di dahinya. “Ibu yakin beliau pasti akan memberikan penghargaan yang sangat besar padamu. Bukankah dulu tujuanmu menjadi kuat karena menginginkan itu agar semua orang mengakuimu?”Luo Yi menatap ibunya yang tampak penasaran terhadap alasan di balik keputusannya. “Apakah Ibu lupa? Kemarin aku sudah mengatakan pada Ibu dan Bibi Qin di Danau Wuyao, bahwa tujuanku menjadi kuat adalah untuk mengubah dunia persilatan yang penuh dengan kegaduhan ini menjadi tenang dan damai,” katanya tenang. “Tujuanku sudah berubah sejak aku bertemu dengan guruku.”Setelahnya, Luo Yi bangkit dari duduknya, berniat untuk keluar dan menemui Yu Xuan. Namun, baru saja selangkah ia menapakkan kaki, ia mendengar ibunya kembali berkata, “Tapi kau berhak untuk bahagia, Yi'er. Kau berhak mendapatkan penghargaan, dan untuk mendapatkan itu, kau harus menjelaskannya pada Dewan Agung.”
Luo Mian menatap gerbang besar yang kini telah roboh sebelum menjawab, “Dia adalah pemuda yang sangat tenang, bahkan saat di bawah tekanan aura Ranah Ksatria sekali pun.”Mendengar ayahnya mengatakan 'sangat tenang', Luo Lian dapat menebak, “Apakah itu Luo Yi?” Luo Mian mengangguk. “Semua kerusakan di Gerbang Selatan ini adalah ulah ayah, tapi pemuda itu menghentikan ayah dengan ketenangannya. Ayah tak merasakan aura ranah kultivasi sedikit pun dalam dirinya. Tapi bagi ayah, dia seperti Kultivator Ranah Legenda.”Luo Lian menundukkan kepalanya dengan wajah murung. Ia sadar, bahwa Luo Yi yang dikiranya tak memiliki dantian, ternyata menyimpan kekuatan sebesar itu. “Aku kemarin juga bertarung dengannya, Ayah,” ucapnya lirih, tetapi masih dapat didengar oleh ayahnya.Luo Mian terkekeh sebelum berkata, “Ayah yakin kau pasti kalah.”Luo Lian mengerucutkan bibirnya sebelum berkata, “Awalnya aku merasa telah membunuhnya, tapi—”“Mungkin kau terkena ilusi,” potong Luo Mian. Luo Lian menger
Dengan kedua pedangnya, Luo Lian langsung menahan tubuhnya yang nyaris jatuh. Pria berjubah hitam itu berhasil kabur, dan ayahnya tiba-tiba dihisap oleh portal merah. Kini ... rasa putus asa menguasai dirinya. Ia menjatuhkan kedua lututnya dengan pasrah. Pandangannya kosong. Beberapa saat setelahnya, air matanya menetes, berjatuhan membasahi tanah gosong. “Kenapa ... kenapa ini terjadi pada keluargaku?” Luo Lian menjerit, suaranya lantang. Ia menangis dengan histeris. Ia merasa dirinya telah hancur. Dari belakang, Luo Lin merangkulnya, mencoba menenangkan kakaknya. “Tenangkan dirimu, Kak. Kita tidak boleh rapuh. Kita harus jadi kuat agar bisa membalas dendam!” katanya seraya menyandarkan kepalanya pada bahu kakaknya. Luo Lian memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dari keterpurukan. Dalam pikirannya ia berusaha mencari cara untuk menjadi kuat. Setelah berpikir beberapa saat, ia pun teringat bahwasanya ibunya pernah bercerita padanya, kalau ibunya itu dulu pernah menj
“Tapi ibu ....” Luo Lin tak sanggup melanjutkan ucapannya begitu melihat tubuh ibunya yang tergeletak mengenaskan dan tak bernyawa lagi.Sementara itu, Luo Lian langsung mengalihkan pandangannya ke arah di mana tadi ayahnya bertarung. Matanya menajam ketika melihat sosok pria berjubah hitam itu melayang turun untuk mengambil Tongkat Bambu Emas-nya yang menancap di tanah gosong.Naga es ayahnya kini telah kembali ke wujud tombak biru tanpa adanya cahaya energi Qi yang tadi menyelimutinya. Di saat ia melihat ayahnya yang kini sedang berjuang keras untuk kembali berdiri dengan kedua tangan bergetar memegang tombak, ia meletakkan tubuh adiknya di sisi ibunya.“Tunggulah di sini, Lin'er. Aku harus menolong Ayah,” ujarnya, lalu segera menoleh ke arah pria berjubah hitam yang kini telah kembali menggenggam Tongkat Bambu Emas-nya.Luo Lin langsung menggenggam tangan kakaknya itu dengan tangannya yang lemas. “Aku sudah kehilangan ibu ... aku tidak ingin kehilangan Kakak dan Ayah!” ucapnya li