“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkata seperti itu di depan semua orang?” ujar Regita setela berhasil menarik Marvin pergi menjauh dari kerumunan. Kini mereka berbicara berdua di tempat yang cukup sepi.
Regita benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan Marvin yang mengaku bahwa mereka telah berselingkuh. Sekarang perempuan itu mondar-mandir tidak jelas karena panik. Masalahnya bukan hanya Raka dan Nadia yang mendengar perkataan Marvin tentang perselingkuhan palsu itu.
“Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Aku sudah membantu agar harga dirimu tidak jatuh di hadapan suamimu dan calon istri barunya itu,” balas Marvin dengan sombongnya.
“Astaga! Kau bilang tindakanmu itu membantu? Justru kau semakin menyulitkan hidupku sekarang. Apa kau tidak bisa berpikir panjang sebelum mengambil tindakan? Apa yang akan dipikirkan orang-orang setelah mendengar pengakuanmu tadi,” keluh Regita sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
“Kenapa terlalu memikirkan tanggapan orang lain? Biarkan saja mereka mau berpikir seperti apa,” ketus Marvin tak peduli.
“Tidak seperti itu. Kau berniat membantuku tapi juga menjatuhkanku di saat yang bersamaan. Nama baikku bisa rusak gara-gara kamu,” protes Regita.
“Memangnya siapa yang peduli jika namamu terkesan baik atau tidak?”
“Kau tidak akan mengerti Pak Marvin. Aku memang memutuskan untuk berpisah dengan suamiku. Tapi kami belum resmi bercerai. Dengan pengakuanmu tadi, dia bisa menjadikan alasan perselingkuhanku sebagai alasan di persidangan. Kau memudahkan jalannya untuk menyudutkanku seolah kami berpisah karena aku yang salah. Aku yang akan terkesan buruk karena berselingkuh dengan pria lain saat status kami masih dalam pernikahan yang sah,” cecar Regita menjelaskan posisinya. Namun Marvin justru menanggapinya dengan senyum miring seolah menyepelekan kecemasan Regita.
“Memangnya kenapa kalau semua orang berpikir bahwa kau yang salah? Apa kau lebih senang orang-orang tahu bahwa kau yang ditinggalkan oleh suamimu? Apa kau lebih suka dianggap sebagai korban dari pada penjahat? Aku rasa penjahat lebih punya harga diri. Apalagi kalian berpisah karena kau berselingkuh dengan pria sepertiku yang memang lebih hebat dari pada suamimu itu. Normal jika seorang perempuan berpaling pada pria yang lebih menarik.”
“Aku rasa otakmu yang tidak normal,” balas Regita ketus kemudian meninggalkan Marvin begitu saja.
Regita mengeluh karena harus berhadapan dengan orang seperti Marvin. Bukannya merasa bersalah karena telah membuat Regita terjebak dalam isu buruk, pria itu justru membanggakan dirinya sendiri dan mengaku lebih hebat dari pada Raka. Sekarang Regita merasa malu untuk kembali ke tengah-tengah acara. Dia tidak punya muka setebal Marvin.
Regita akhirnya bersembunyi di tempat lain. Dia menghubungi Leonardo dan mengajak kakaknya itu untuk segera pulang. Regita sudah tidak bisa berada di sana lebih lama lagi. Regita memilih menunggu Leonardo di parkiran mobil.
Leonardo mengerti alasan apa yang membuat Regita mengajaknya pulang sebelum acara selesai. Dia juga ada di sana dan menyaksikan semua yang terjadi, termasuk pengakuan Marvin yang mengejutkan semua orang. Tapi Leonardo tahu bahwa pengakuan itu tidaklah benar.
“Ayo kita pulang saja. Aku bisa gila jika lebih lama lagi berada di sini,” kata Regita pada sang kakak. Leonardo hanya bisa tersenyum melihat wajah adiknya yang sudah cemberut.
“Jangan marah-marah terus nanti cepat keriput,” ejek Leonardo sengaja mencandai Regita untuk mencairkan suasana.
“Temanmu itu yang bisa bikin orang cepat keriput,” balas Regita yang langsung disambut tawa oleh Leonardo.
“Kenapa? Karena dia membongkar hubungan gelap kalian? Memangnya sejak kapan itu terjadi?”
“Apa? Kau sungguh berpikir aku benar-benar berselingkuh dengan Marvin?” ujar Regita menatap tak percaya pada sang kakak.
“Ya siapa tahu saja itu memang benar,” jawab Leonardo yang langsung dibalas Regita dengan pukulan pada lengannya. Leon pun tak bisa menahan tawa karena tingkah sang adik.
Leonardo tidak menyalahkan tindakan Marvin meskipun membuat pengakuan palsu di hadapan semua orang. Dia justru sangat menikmati wajah kebas Raka saat mendengar pengakuan itu. Bagi Leonardo, laki-laki seperti Raka memang pantas mendapatkan kabar mengejutkan seperti itu setelah menyia-nyiakan cinta adiknya. Leonardo juga tidak rela Regita direndahkan oleh calon istri baru Raka.
Leonardo mengantar Regita pulang ke rumah. Dia mengerti bahwa kejadian tadi cukup mengganggu Regita. Adiknya itu juga diam saja sepanjang perjalanan pulang. Baru setelah tiba di rumah, Regita kembali melayangkan sebuah pertanyaan yang membuat Leonardo harus berkata jujur.
“Tapi ada satu hal yang masih membuatku heran. Dari mana Marvin tahu kalau Raka adalah suamiku? Bahkan dia juga tahu permasalahan rumah tangga yang membuat kami memutuskan untuk berpisah,” ujar Regita.
“Maafkan aku, Gita. Sebenarnya aku yang sudah menceritakan tentangmu pada Marvin,” jawab Leonardo mengakui.
“Apa? Untuk apa kalian mengobrolkan masalah rumah tanggaku?”
“Itu terjadi saat Marvin mengantarmu pulang dalam keadaan mabuk. Aku meminta maaf karena secara tidak sengaja sudah merepotkannya. Akhirnya aku menceritakan masalah rumah tangga yang membuatmu stres hingga berakhir menghibur diri dengan pergi ke club malam,” jelas Leonardo.
“Jadi kau menjual cerita sedihku untuk mendapatkan empati dari pria itu?” balas Regita membuat Leonardo menyeringai datar.
“Tapi Marvin juga baru tahu bahwa Raka adalah karyawannya di kantor,” imbuh Leonardo.
“Aku juga baru tahu kalau Marvin adalah atasan Raka,” timpal Regita membuat Leonardo cukup terkejut.
“Apa? Jadi selama dua tahun menikah, kamu bahkan tidak tahu bos di tempat suamimu bekerja?” tanya Leonardo.
Ekspresi wajah Regita kembali sayu saat mendapatkan pertanyaan seperti itu. Faktanya, selama ini dia memang tidak dilibatkan terlalu jauh dalam kehidupan pekerjaan suaminya. Ibu mertuanya selalu mengatakan agar dirinya tidak ikut campur dalam urusan pekerjaan Raka. Mungkin mereka beranggapan bahwa seorang istri yang menjadi babu di rumah seperti Regita tidak akan mengerti dengan dunia kerja.
Saat mendengar penuturan Regita tentang perlakuan yang ia terima di rumah suaminya, emosi Leonardo kembali membara. Sebenarnya dia tidak terima adiknya direndahkan. Tapi dia juga tidak bisa ikut campur lebih banyak karena semua itu terjadi karena pilihan dari Regita sendiri.
Sebenarnya Leonardo sangat senang saat mendengar kabar bahwa Regita dan Raka akan berpisah. Setelah mendengar kesulitan hidup yang diterima sang adik selama menjadi istri Raka, Leonardo berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan Regita kembali lagi pada mantan suaminya itu. Leonardo tidak mau adiknya terus berkorban atas nama cinta untuk orang yang tidak bisa menghargai pengorbanannya.
Leonardo tidak mau Regita terus bersedih. Dia menyuruh Regita berhenti memikirkan semua itu dan beristirahat saja. Regita menurut dan hendak berlalu menuju kamarnya.
Namun baru beberapa langkah saja, aktivitasnya dihentikan oleh dering ponsel berisi notifikasi dari salah satu media pemberitaan yang menjadi langganannya. Regita begitu terkejut melihat judul berita dan foto yang terpajang di halaman website itu.
“CEO Waymart selingkuh dengan perempuan berstatus istri orang? Apa-apaan ini?”
“Marvin Marcellino, CEO Waymart berselingkuh dengan perempuan berinisial RA yang merupakan istri dari karyawannya sendiri.”Regita memijat pelipisnya yang terasa pusing karena tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Pemberitaan tentang dirinya dan Marvin semakin ramai saja. Entah sudah ada berapa artikel dan akun gosip dengan berbagai tagline. Regita juga mengeluhkan kepandaian para wartawan yang berhasil mengambil potret saat Marvin merengkuh pinggang Regita hingga posisi mereka tampak begitu mesra. Sekarang foto itu sudah menyebar ke mana-mana.Semua terjadi akibat pengakuan Marvin di pesta ulang tahun Nathan. Marvin bukan orang biasa sehingga setiap apa yang terjadi dalam kehidupannya akan menjadi daya tarik bagi orang lain termasuk media massa. Acara ulang tahun Nathan sebagai putra seorang pengusaha sukses juga tak luput dari rekaman awak media. Itu sebabnya berita tentang pengakuan perselingkuhan Marvin bisa menyebar dengan cepatnya.Regita gelisah memikirkan pemberitaan yang se
“Anda tidak bisa terus mengabaikan isu perselingkuhan anda yang semakin beredar tidak jelas di media sosial. Anda harus segera mencari jalan keluar untuk menjaga opini publik,” kata Andri, asisten Marvin di kantor.“Kau tahu kan bahwa aku tidak pernah peduli dengan opini orang lain tentang diriku,” bantah Marvin.“Iya saya mengerti. Tapi sekarang masalah ini sudah berdampak pada harga saham perusahaan kita. Saya harus sampaikan kabar ini walau anda tidak akan senang mendengarnya. Beberapa klien juga sudah membatalkan kerja samanya dengan kita akibat gosip itu,” tutur Andri.“Dasar orang-orang aneh. Kenapa mereka bisa begitu terpengaruh dengan gosip murahan dan menjadikannya sebagai alasan untuk memutuskan sebuah kerja sama bisnis,” kata Marvin.“Memang begitulah adanya, Pak. Sekarang apa yang beredar di media sosial termasuk gosip memang sangat mempengaruhi preferensi konsumen. Mereka mengatakan tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh pria perebut istri orang.”“Si
“Sudahlah, Sayang. Kita tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan kita di hadapan Raka.”“Apa? Sayang?” ujar Regita merasa heran dengan panggilan yang diberikan Marvin pada dirinya.“Iya. Syukurlah kalau sekarang dia sudah tahu segalanya. Kita tidak perlu repot-repot lagi mencari kesempatan untuk bermesraan secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak sabar menantikan kalian segera resmi bercerai,” kata Marvin yang diikuti tindakan mengejutkan.Marvin merengkuh tubuh Regita hingga posisi mereka sangat dekat. Regita yang masih kebingungan kalah cepat dengan ulah Marvin yang tiba-tiba mengecup singkat bibir gadis itu. Regita terbelalak tak percaya dengan apa yang pria itu lakukan.Bukan hanya Regita, Raka juga terkejut menyaksikan adegan yang terjadi di hadapannya. Marvin sangat berani mencumbu Regita tepat di depan matanya. Raka semakin terbakar emosi karena hal itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Regita lirih. Dia masih tak mengerti dengan sikap aneh Marvin.“Aku merindukanmu, Sayang” jawab Marv
“Pria kurang ajar! Sudah berani menyentuhku sembarangan tapi malah memarahiku seperti itu. Dia tidak terima saat aku menyebutnya gila perempuan. Memang tidak sadar diri. Aku berharap tidak perlu berurusan dengannya lagi,” keluh Regita sembari menyetir mobil.Perempuan itu baru terlibat pertengkaran dengan Marvin. Setelah kejadian Marvin menciumnya di depan Raka, Regita langsung menyusul ke ruang kerjanya dan melayangkan protes. Tapi Marvin justru memarahi dan membentak Regita dengan kasar.Regita pikir harusnya dia yang marah karena Marvin sudah menyentuhnya tanpa izin. Tapi sebaliknya malah pria itu yang berkata kasar saat Regita membahas tentang mantan istrinya.“Kalau aku punya suami yang gila perempuan seperti Marvin itu, aku pasti juga akan meminta pisah darinya. Aku tidak kuat kalau harus makan hati setiap hari melihat kelakuannya bersama perempuan lain,” ujar Regita membiarkan imajinasinya melayang jauh tentang watak pria kaya seperti Marvin. Padahal dia tidak mengenal dengan p
Marvin terus merasa gelisah setelah pembicaraannya dengan Andri. Dia sibuk mempertanyakan perasaannya sendiri. Bahkan saat mengemudi dalam perjalanan pulang dari kantor, pria itu sempat teringat kembali adegan yang terjadi antara dirinya dan Regita.“Benar kata Andri. Bagaimana bisa aku mencium perempuan itu bahkan tanpa izinnya?” ujar Marvin bermonolog sembari mengusap bibirnya. Dia mulai meragukan diri sendiri.“Tidak! Aku tidak mungkin benar-benar tertarik pada Regita. Mungkin aku hanya terbawa suasana dan tertantang untuk memancing emosi Raka. Itu sebabnya aku berani menyentuh Regita. Tidak ada perasaan apa pun dan aku hanya bermain-main untuk membalas mantan suaminya,” imbuh Marvin.Pria itu menjadi gusar. Dia takut jika hatinya benar-benar mempunyai ketertarikan pada Regita. Padahal dia sudah bertekad akan tetap menyimpan nama Lista sebagai satu-satunya perempuan yang dia cintai dalam hidupnya. Dia tidak ingin posisi Lista tergantikan oleh siapa pun.Marvin takut perasaannya ber
“Aku memang janda tapi aku tidak akan menjual bebas diriku pada duda kaya sepertimu. Aku bukan perempuan murahan yang bisa menghangatkan ranjangmu saat kau butuhkan. Jika kau menginginkan mainan untuk malam ini, kau bisa membayar jalang tapi jangan memintaku untuk datang,” ujar Regita dengan ketus tanpa mendengarkan penjelasan Marvin lebih dulu. Regita masih kesal dengan perbuatan Marvin padanya saat di kantor.“Siapa yang memintamu datang untuk menghangatkan ranjangku? Aku tidak terlalu kesepian sampai harus membayar seorang jalang. Aku memintamu datang bukan untukku tapi untuk Nathan. Dia sedang sakit dan terus memanggilmu sejak tadi. Aku juga tidak mengerti kenapa putraku bisa merasa terikat padamu,” balas Marvin mengurai kesalah pahaman Regita.Sesaat setelah itu, panggilan terputus. Regita menyetujui untuk datang karena alasan Nathan yang sakit. Akhirnya Regita pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Marvin.“Dasar pria besar kepala! Tadi siang marah-marah padaku. Sekarang tanpa me
“Sebenarnya ke mana pria itu pergi dan belum kembali tengah malam seperti ini. Anaknya sedang sakit bukannya dijaga malah keluyuran tidak jelas. Kalau begini caranya aku tidak bisa pulang. Aku tidak bisa membiarkan Nathan sendirian tanpa ada yang menjaga,” keluh Regita.Perempuan itu sedang mondar-mandir tidak jelas di ruang tamu rumah Marvin yang sepi. Beberapa kali dia melihat jam di ponselnya dan sudah menunjukkan tengah malam. Seharusnya dia sudah pulang ke rumah. Tapi dia tidak bisa pergi begitu saja jika Marvin belum kembali.Regita khawatir meninggalkan Nathan sendirian. Kondisinya yang sedang tidak sehat bisa membuat anak itu terbangun kapan saja. Regita memikirkan bagaimana jika nantinya Nathan tiba-tiba terbangun dan tidak mendapati siapa pun yang menjaganya. Itu sebabnya dia tidak bisa langsung pergi dari sana.Beberapa kali Regita telah mencoba menghubungi Marvin via telepon. Namun tetap saja tak ada respon. Dia hanya bisa menunggu dengan gelisah tanpa tahu ke mana sebenar
“Aku tidak benar-benar ingat apa yang sudah aku lakukan semalam. Tidak mungkin juga aku menghubungi Regita dan bertanya langsung padanya,” ujar Marvin merasa gusar di kamarnya.Pagi itu Marvin menjadi tidak tenang karena memikirkan kejadian semalam. Dia memutar-mutar ponselnya karena merasa bimbang. Dia hendak menghubungi Regita namun ia urungkan. Rasanya tidak enak jika dia bertanya langsung pada perempuan itu.“Bagaimana jika aku benar-benar meniduri Regita semalam?” kata Marvin sembari mengusap wajahnya dengan kasar.Tak bisa menghubungi Regita, Marvin akhirnya menghubungi Andri. Dia hanya ingat bahwa semalam dirinya pergi ke bar bersama asistennya itu. Andri pun membenarkan pertemuan mereka di bar. Tapi Andri mengatakan bahwa dia pulang lebih dulu karena urusan keluarga yang mendesak dan terpaksa meninggalkan Marvin sendirian.“Apa semalam aku banyak minum hingga mabuk?” tanya Marvin.“Iya, Pak. Semalam kondisi anda sangat kacau. Saya sudah melarang tapi anda tetap meminum minuman