“Selamat pagi, Adikku Tersayang. Bagaimana pestamu semalam? Apakah sangat menyenangkan?” sapa Leon menjadi orang pertama yang Regita lihat saat membuka mata.
Regita masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Kepalanya terasa pusing. Dia masih belum ingat sepenuhnya tentang kejadian semalam hingga dirinya berakhir di kamar itu.
“Pesta?” ujar Regita lirih dengan ekspresi kebingungan.
“Ya. Semalam kau menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di club malam. Sayang sekali kalau kau tidak mengingatnya. Semalam kau bahkan diantar pulang oleh seorang pria tampan,” balas Leonardo justru sengaja menggoda.
“Apa?” ujar Regita terkejut saat mendengar pernyataan sang kakak.
“Aku diantar pulang oleh seorang pria?” kata Regita mengulang pernyataan Leon dalam bentuk pertanyaan. Dia ingat bahwa semalam dia memang pergi ke club. Tapi dia tidak sadar siapa yang sudah mengantarnya pulang ke rumah.
“Pasti Joe yang mengantarku ke sini atau mungkin teman-temanku yang lain yang semalam juga ikut ke club,” ucap Regita membuat kesimpulan jawaban sendiri. Namun tentu saja hal itu langsung dibantah oleh Leonardo.
“Teman-temanmu itu sama mabuknya sepertimu. Mereka bahkan pergi dengan kepentingan masing-masing setelah mendapatkan teman kencan. Sementara kamu, untung saja ada pria baik yang menolongmu dan membawamu kemari. Kalau tidak, mungkin kamu sudah jadi santapan pria hidung belang di club malam itu,” kata Leon. Dia menyalahkan Regita karena pergi tanpa berpamitan padanya.
Regita mengakui kesalahannya. Tapi Leon bukan seperti orang tua yang akan mengomel panjang lebar. Dia bisa memahami bahwa Regita melakukan semua itu untuk melampiaskan rasa sakit hati dan kekecewaan atas kegagalan rumah tangganya. Leon tidak melarang Regita untuk berpesta dan bermain-main dengan teman geng motornya. Leon hanya khawatir jika Regita berkeliaran di luar tanpa penjagaan.
“Jadi siapa pria baik yang kau maksud itu?” tanya Regita penasaran.
“Rekan bisnisku yang sempat kau marahi di cafe. Si Marvin.”
“Apa? Itu tidak mungkin,” bantah Regita dengan tawa ringan. Dia pikir kakaknya hanya sedang membuat lelucon.
Awalnya Regita tidak percaya. Namun saat Leon memperlihatkan foto ketika Regita dibopong oleh Marvin dalam keadaan tidak sadar, Regita pun tak bisa mengelak lagi. Perempuan itu hanya bisa menggigit bibir membayangkan kejadian memalukan semalam. Dia mengeluh dalam hati kenapa harus Marvin yang menolongnya.
“Marvin itu pria yang baik. Kau harus meminta maaf sekaligus berterima kasih padanya,” ujar Leonardo. Regita membenarkan saran Leon meskipun dia masih sedikit kesal pada Marvin. Lebih tepatnya dia merasa malu pada laki-laki itu.
“Iya. Permintaan maaf sekaligus ucapan terima kasihnya aku titipkan pada Kak Leon saja ya? Kalian sepertinya cukup akrab sebagai rekan bisnis. Sementara aku tidak akan bertemu lagi dengan pria itu, jadi lebih baik Kak Leon yang menyampaikan padanya,” kata Regita berniat mencari aman. Namun usahanya sia-sia karena kali ini Leon tidak mau berpihak padanya.
“No! Aku tidak mau menerima jasa penitipan. Kau sampaikan sendiri saja pada orangnya. Lagi pula kata siapa kalian tidak akan bertemu lagi? Marvin mengundang kita berdua untuk datang ke pesta ulang tahun anaknya besok lusa. Bicaralah padanya saat acara itu,” kata Leon yang kemudian pamit setelah memberikan informasi yang membuat Regita tidak bisa berkata-kata.
Regita mengacak rambutnya sendiri karena frustasi. Dia tidak mengerti mengapa Marvin juga mengundangnya ke acara pesta ulang tahun itu. Seharusnya Marvin hanya mengundang Leon sebagai rekan bisnisnya.
Regita merasa sudah terlanjur malu. Dia berpikir mungkin tidak ada salahnya berdamai dengan Marvin. Lagi pula apa susahnya meminta maaf dan berterima kasih. Dia juga sudah terbiasa meminta maaf tanpa melakukan kesalahan saat ditindas oleh ibu mertuanya. Setelah melewati berbagai pertimbangan, Regita akhirnya membulatkan tekad untuk memberanikan diri datang ke pesta dan meminta maaf secara langsung pada Marvin.
***
Regita tampak sangat cantik mengenakan mini cocktail dress berwarna merah maroon dengan desain punggung terbuka. Dia juga mengenakan clutch hand bag dan stilleto berwarna senada. Rambut panjangnya disanggul hingga leher jenjangnya terekspos menambah kesan seksi. Polesan make up dan hiasan aksesoris juga menambah kesempurnaan penampilannya.
Kecantikan Regita mengundang decak kagum para tamu di pesta itu. Apalagi dia datang bersama Leonardo yang terkenal sebagai pebisnis muda. Leonardo mengenalkan Regita sebagai adiknya pada beberapa rekan yang mereka temui.
Regita juga tak lupa membawakan kado untuk si kecil Nathan yang sedang berulang tahun. Regita memilih untuk memberikan kado itu secara langsung. Sekaligus dia ingin mencari kesempatan meminta maaf dan berterima kasih pada Marvin karena ayah dan anak itu sedang bersama.
Nathan tampak senang karena Regita datang. Padahal Marvin tidak memberitahu hal itu sebelumnya. Kedatangan Regita dianggap sebagai kejutan oleh Nathan. Entah mengapa anak kecil itu tampak sangat antusias pada Regita sejak pertemuan pertama mereka.
“Terima kasih hadiahnya. Tapi bagi Nathan, hadiah terindah di ulang tahun kali ini adalah kedatangan Mommy,” kata Nathan dengan polosnya.
“Mommy?” ujar Regita dengan tatapan mengisyaratkan tanya pada Marvin yang berada di samping Nathan.
“Boy, kamu tidak boleh memanggil sembarang orang dengan sebutan Mommy,” kata Marvin memperingati putranya.
“Tapi Nathan suka memanggil tante ini dengan sebutan Mommy. Apa itu tidak boleh?” ucap Nathan melayangkan protes.
Regita merasa gemas melihat tingkah lucu anak itu. Dia pun duduk berjongkok memposisikan tubuhnya sejajar dengan tinggi badan Nathan.
“Nathan suka memanggil tante dengan sebutan Mommy?” tanya Regita langsung disambut anggukan cepat oleh Nathan.
“Baiklah. Kalau begitu Nathan boleh memanggil tante dengan sebutan Mommy. Apa kau senang sekarang?” ujar Regita membuat Nathan bersorak riang. Nathan mengucapkan terima kasih dan Regita langsung memeluk anak itu dengan penuh sayang.
Pada saat yang bersamaan, ada pasangan tamu yang juga menghampiri Marvin. Laki-laki dan perempuan itu bergandengan mesra tak terpisahkan. Laki-laki itu kemudian mengucapkan selamat atas ulang tahun Nathan dan menjabat tangan Marvin.
Sementara Regita yang mendengar suara familiar itu langsung melepas pelukannya pada Nathan. Pandangannya sontak teralih pada sepasang laki-laki dan perempuan yang berdiri di sampingnya. Tepat saat itu, dunia di sekitarnya seolah berjalan melambat. Pasangan itu adalah Raka yang datang bersama Nadia. Regita benar-benar tidak menyangka akan bertemu mereka di sana.
“Regita?” ujar Raka menunjukkan laki-laki itu juga sama terkejutnya.
Regita sontak berdiri dari posisinya. Dia tidak tahu harus bersikap apa. Sementara Nadia tampak jumawa semakin erat menggandeng tangan Raka seolah laki-laki itu sudah menjadi miliknya. Hati Regita meradang. Tapi dia sadar diri untuk tidak membuat keributan di pesta orang.
“Kau sedang apa di sini?” tanya Raka dengan sedikit terbata. Dia tidak menyangka akan ada Regita di acara kalangan orang besar seperti itu. Meski sebenarnya yang lebih membuatnya terkejut adalah penampilan Regita yang sangat jauh berbeda.
“Aku datang ke sini karena memang aku diundang oleh orang yang punya acara,” balas Regita menanggapi ucapan yang terdengar meremehkannya.
“Maksud Raka, dia diundang karena Pak Marvin adalah atasannya di kantor. Sementara kamu? Untuk siapa kamu datang ke acara ini? Atau kamu sengaja berbaur dan pura-pura menjadi tamu demi menguntit mantan suamimu?” kata Nadia angkat bicara.
Emosi Regita sungguh sudah mendidih. Dia muak melihat sikap Nadia yang tampak tidak tahu malu. Bisa-bisanya perempuan itu berbangga diri setelah merusak rumah tangga seseorang. Rasanya Regita ingin menjambak rambut perempuan itu untuk memberi pelajaran. Namun sebelum itu terjadi, seseorang sudah lebih dulu turun tangan untuk membuat Raka dan Nadia bungkam.
“Dia datang ke sini untukku,” ucap Marvin yang membuat Regita sangat terkejut karena laki-laki itu tiba-tiba menarik tubuhnya dan merengkuh pingganggnya. Adegan itu tepat terjadi di hadapan Raka. Regita tidak mengerti apa yang terjadi dan hanya bisa melayangkan ekspresi kebingungan pada Marvin.
“Kenapa kau tampak sangat dekat dengan Pak Marvin? Apa kalian punya hubungan?” tanya Raka ditujukan pada Regita dengan tatapan menyelidik.
“Emm...aku...sebenarnya aku adalah...”
“Selingkuhan saya,” potong Marvin seenaknya sontak membuat Regita membulatkan mata dan menatap tak menyangka pada pria itu.
“Iya. Sebenarnya saya dan Regita sudah punya hubungan khusus bahkan semenjak dia masih berstatus sebagai istrimu.”
“Apa?”
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkata seperti itu di depan semua orang?” ujar Regita setela berhasil menarik Marvin pergi menjauh dari kerumunan. Kini mereka berbicara berdua di tempat yang cukup sepi.Regita benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan Marvin yang mengaku bahwa mereka telah berselingkuh. Sekarang perempuan itu mondar-mandir tidak jelas karena panik. Masalahnya bukan hanya Raka dan Nadia yang mendengar perkataan Marvin tentang perselingkuhan palsu itu.“Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Aku sudah membantu agar harga dirimu tidak jatuh di hadapan suamimu dan calon istri barunya itu,” balas Marvin dengan sombongnya.“Astaga! Kau bilang tindakanmu itu membantu? Justru kau semakin menyulitkan hidupku sekarang. Apa kau tidak bisa berpikir panjang sebelum mengambil tindakan? Apa yang akan dipikirkan orang-orang setelah mendengar pengakuanmu tadi,” keluh Regita sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Kenapa terlalu memikirkan tanggapan orang lain? Biar
“Marvin Marcellino, CEO Waymart berselingkuh dengan perempuan berinisial RA yang merupakan istri dari karyawannya sendiri.”Regita memijat pelipisnya yang terasa pusing karena tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Pemberitaan tentang dirinya dan Marvin semakin ramai saja. Entah sudah ada berapa artikel dan akun gosip dengan berbagai tagline. Regita juga mengeluhkan kepandaian para wartawan yang berhasil mengambil potret saat Marvin merengkuh pinggang Regita hingga posisi mereka tampak begitu mesra. Sekarang foto itu sudah menyebar ke mana-mana.Semua terjadi akibat pengakuan Marvin di pesta ulang tahun Nathan. Marvin bukan orang biasa sehingga setiap apa yang terjadi dalam kehidupannya akan menjadi daya tarik bagi orang lain termasuk media massa. Acara ulang tahun Nathan sebagai putra seorang pengusaha sukses juga tak luput dari rekaman awak media. Itu sebabnya berita tentang pengakuan perselingkuhan Marvin bisa menyebar dengan cepatnya.Regita gelisah memikirkan pemberitaan yang se
“Anda tidak bisa terus mengabaikan isu perselingkuhan anda yang semakin beredar tidak jelas di media sosial. Anda harus segera mencari jalan keluar untuk menjaga opini publik,” kata Andri, asisten Marvin di kantor.“Kau tahu kan bahwa aku tidak pernah peduli dengan opini orang lain tentang diriku,” bantah Marvin.“Iya saya mengerti. Tapi sekarang masalah ini sudah berdampak pada harga saham perusahaan kita. Saya harus sampaikan kabar ini walau anda tidak akan senang mendengarnya. Beberapa klien juga sudah membatalkan kerja samanya dengan kita akibat gosip itu,” tutur Andri.“Dasar orang-orang aneh. Kenapa mereka bisa begitu terpengaruh dengan gosip murahan dan menjadikannya sebagai alasan untuk memutuskan sebuah kerja sama bisnis,” kata Marvin.“Memang begitulah adanya, Pak. Sekarang apa yang beredar di media sosial termasuk gosip memang sangat mempengaruhi preferensi konsumen. Mereka mengatakan tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh pria perebut istri orang.”“Si
“Sudahlah, Sayang. Kita tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan kita di hadapan Raka.”“Apa? Sayang?” ujar Regita merasa heran dengan panggilan yang diberikan Marvin pada dirinya.“Iya. Syukurlah kalau sekarang dia sudah tahu segalanya. Kita tidak perlu repot-repot lagi mencari kesempatan untuk bermesraan secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak sabar menantikan kalian segera resmi bercerai,” kata Marvin yang diikuti tindakan mengejutkan.Marvin merengkuh tubuh Regita hingga posisi mereka sangat dekat. Regita yang masih kebingungan kalah cepat dengan ulah Marvin yang tiba-tiba mengecup singkat bibir gadis itu. Regita terbelalak tak percaya dengan apa yang pria itu lakukan.Bukan hanya Regita, Raka juga terkejut menyaksikan adegan yang terjadi di hadapannya. Marvin sangat berani mencumbu Regita tepat di depan matanya. Raka semakin terbakar emosi karena hal itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Regita lirih. Dia masih tak mengerti dengan sikap aneh Marvin.“Aku merindukanmu, Sayang” jawab Marv
“Pria kurang ajar! Sudah berani menyentuhku sembarangan tapi malah memarahiku seperti itu. Dia tidak terima saat aku menyebutnya gila perempuan. Memang tidak sadar diri. Aku berharap tidak perlu berurusan dengannya lagi,” keluh Regita sembari menyetir mobil.Perempuan itu baru terlibat pertengkaran dengan Marvin. Setelah kejadian Marvin menciumnya di depan Raka, Regita langsung menyusul ke ruang kerjanya dan melayangkan protes. Tapi Marvin justru memarahi dan membentak Regita dengan kasar.Regita pikir harusnya dia yang marah karena Marvin sudah menyentuhnya tanpa izin. Tapi sebaliknya malah pria itu yang berkata kasar saat Regita membahas tentang mantan istrinya.“Kalau aku punya suami yang gila perempuan seperti Marvin itu, aku pasti juga akan meminta pisah darinya. Aku tidak kuat kalau harus makan hati setiap hari melihat kelakuannya bersama perempuan lain,” ujar Regita membiarkan imajinasinya melayang jauh tentang watak pria kaya seperti Marvin. Padahal dia tidak mengenal dengan p
Marvin terus merasa gelisah setelah pembicaraannya dengan Andri. Dia sibuk mempertanyakan perasaannya sendiri. Bahkan saat mengemudi dalam perjalanan pulang dari kantor, pria itu sempat teringat kembali adegan yang terjadi antara dirinya dan Regita.“Benar kata Andri. Bagaimana bisa aku mencium perempuan itu bahkan tanpa izinnya?” ujar Marvin bermonolog sembari mengusap bibirnya. Dia mulai meragukan diri sendiri.“Tidak! Aku tidak mungkin benar-benar tertarik pada Regita. Mungkin aku hanya terbawa suasana dan tertantang untuk memancing emosi Raka. Itu sebabnya aku berani menyentuh Regita. Tidak ada perasaan apa pun dan aku hanya bermain-main untuk membalas mantan suaminya,” imbuh Marvin.Pria itu menjadi gusar. Dia takut jika hatinya benar-benar mempunyai ketertarikan pada Regita. Padahal dia sudah bertekad akan tetap menyimpan nama Lista sebagai satu-satunya perempuan yang dia cintai dalam hidupnya. Dia tidak ingin posisi Lista tergantikan oleh siapa pun.Marvin takut perasaannya ber
“Aku memang janda tapi aku tidak akan menjual bebas diriku pada duda kaya sepertimu. Aku bukan perempuan murahan yang bisa menghangatkan ranjangmu saat kau butuhkan. Jika kau menginginkan mainan untuk malam ini, kau bisa membayar jalang tapi jangan memintaku untuk datang,” ujar Regita dengan ketus tanpa mendengarkan penjelasan Marvin lebih dulu. Regita masih kesal dengan perbuatan Marvin padanya saat di kantor.“Siapa yang memintamu datang untuk menghangatkan ranjangku? Aku tidak terlalu kesepian sampai harus membayar seorang jalang. Aku memintamu datang bukan untukku tapi untuk Nathan. Dia sedang sakit dan terus memanggilmu sejak tadi. Aku juga tidak mengerti kenapa putraku bisa merasa terikat padamu,” balas Marvin mengurai kesalah pahaman Regita.Sesaat setelah itu, panggilan terputus. Regita menyetujui untuk datang karena alasan Nathan yang sakit. Akhirnya Regita pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Marvin.“Dasar pria besar kepala! Tadi siang marah-marah padaku. Sekarang tanpa me
“Sebenarnya ke mana pria itu pergi dan belum kembali tengah malam seperti ini. Anaknya sedang sakit bukannya dijaga malah keluyuran tidak jelas. Kalau begini caranya aku tidak bisa pulang. Aku tidak bisa membiarkan Nathan sendirian tanpa ada yang menjaga,” keluh Regita.Perempuan itu sedang mondar-mandir tidak jelas di ruang tamu rumah Marvin yang sepi. Beberapa kali dia melihat jam di ponselnya dan sudah menunjukkan tengah malam. Seharusnya dia sudah pulang ke rumah. Tapi dia tidak bisa pergi begitu saja jika Marvin belum kembali.Regita khawatir meninggalkan Nathan sendirian. Kondisinya yang sedang tidak sehat bisa membuat anak itu terbangun kapan saja. Regita memikirkan bagaimana jika nantinya Nathan tiba-tiba terbangun dan tidak mendapati siapa pun yang menjaganya. Itu sebabnya dia tidak bisa langsung pergi dari sana.Beberapa kali Regita telah mencoba menghubungi Marvin via telepon. Namun tetap saja tak ada respon. Dia hanya bisa menunggu dengan gelisah tanpa tahu ke mana sebenar