Share

Bab 5

Keluarga Xavier adalah pemimpin Empat Keluarga Besar di Cansington.

Hari itu adalah hari perayaan bagi mereka. Grup Megatron, salah satu cabang dari bisnis mereka yang banyak, telah menandatangani perjanjian dengan Grup Celestial, dan mereka sekarang menjadi mitra bisnis terbaik. Dengan kata lain, pengaruh keluarga Xavier akan semakin meluas berkat kesepakatan ini.

Dan hari itu kepala keluarga, Warren Xavier, berulang tahun yang ke delapan puluh.

Di luar vila keluarga Xavier, armada mobil mewah berkumpul. Semua selebritas di Cansington ada di sana untuk perayaan ganda tersebut.

“Ini adalah sebotol anggur Retrouve senilai delapan juta dolar, hadiah dari Keluarga Frasier. Mereka berharap Tuan Warren Xavier mendapat banyak kebahagiaan!”

"Keluarga Wilson mempersembahkan sebuah lukisan, Duri Hitam karya Jacqui en Blanc, senilai dua belas juta dolar, dan mereka mendoakan kemakmuran keluarga Xavier."

"Keluarga Zimmerman telah memberi Tuan Xavier sebuah jam tangan Froit Mi senilai delapan koma delapan juta dolar..."

Di pintu masuk utama, seorang wanita memegang mikrofon di tangannya. Dia dengan antusias mengumumkan hadiah yang dibawa para tamu untuk didengar seluruh ruangan.

Di serambi, Warren mengenakan setelan jas biru. Meskipun berusia 80 tahun, dia terlihat segar bugar dan waspada. Mendengar semua hadiah yang dia dapatkan, dia tampak sangat bahagia.

Perjamuan itu penuh dengan orang-orang dari keluarga penting di Cansington.

Bahkan keluarga kelas menengah seperti Callahan berhasil hadir. Dalam upaya untuk menjilat keluarga Xavier, Lex Callahan telah melakukan berbagai usaha dan menghabiskan sejumlah uang untuk mendapatkan sebuah dompet Monique sebagai hadiah untuk Warren.

Semua orang sibuk mencoba membuat koneksi dan memperluas jaringan mereka.

Di luar vila, seorang pria yang mengenakan mantel cokelat dan topeng di wajahnya mendekat, membawa sebuah peti mati.

Peti mati itu memiliki berat setidaknya 100 kilogram, tetapi pria itu hanya menopangnya dengan satu tangan, membawanya dengan mudah.

Pria itu adalah James.

Kepulangannya ke Cansington didorong oleh dua tujuan. Untuk membalas budi Thea, dan untuk membalaskan dendam keluarganya.

Karena sekarang dia sudah menjadi suami Thea, wajahnya mungkin dikenali orang. Karena dia tidak ingin Thea terkena masalah, dia mengenakan topeng hitam untuk menyembunyikan identitasnya.

Braaak!

Saat mencapai pintu masuk, dia melemparkan peti mati dengan sekuat tenaga. Peti itu menghancurkan pintu keluarga Xavier dan mendarat di serambi vila keluarga Xavier.

Semua orang terkejut dengan suara dentuman yang tiba-tiba.

Suara bising di perayaan berhenti tiba-tiba. Suasana menjadi sangat sunyi sehingga orang bisa mendengar suara sekecil apa pun.

Apa yang terjadi?

Hari itu adalah hari ulang tahun Warren Xaiver yang ke-80. Siapa yang begitu berani datang ke perayaan itu sambil membawa peti mati?

Warren sedang mengobrol dengan kepala keluarga lainnya ketika dia melihat peti mati itu. Ekspresinya menjadi gelap dan berteriak, “Apa ini? Di mana penjaga keamanan? Apa yang mereka lakukan? Siapa yang mengirim ini? Bawa keluar sekarang.”

“Warren Xavier, aku persembahkan peti mati ini sebagai hadiah ulang tahunmu. Hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke delapan puluh, tapi tahun depan akan menjadi peringatan hari kematianmu.”

Sebuah suara terdengar dari luar pintu. Seorang pria dengan mantel coklat dan topeng hantu kemudian melenggang masuk.

"Siapa... Siapa kamu?" Warren menatap James. Ini adalah rumah keluarga Xavier, dan dia adalah kepala keluarga ini, orang yang sangat penting di Cansington. Siapa yang berani datang dan membuat onar di rumahnya?

"Aku adalah orang yang menginginkan nyawamu."

Suara dingin terdengar di ruangan itu. Dengan topeng hantu hitam di wajahnya, James berjalan ke arah Warren.

"Kamu tidak akan mendapatkannya hari ini." Seorang pria berusia dua puluhan berjalan mendekat dan menunjuk James. “Aku tidak peduli siapa kamu. Tapi jika ada yang mengacau di kediaman Xavier, kamu akan berurusan dengan kami.”

Itu adalah William Xavier. Masih menudingkan jarinya ke arah James, William berusaha untuk melepas topeng James. Dengan dingin, dia berkata, “Kamu pengecut karena bersembunyi di balik topeng. Mari kita lihat siapa dirimu.”

James menyerang. Dia meraih lengan William dan mengangkatnya dari lantai sebelum memutarnya.

Krak!

Lengan William terkoyak dari tubuhnya. Darah berceceran di mana-mana.

"Ah…"

William melolong kesakitan.

Semua tamu terkejut. Karena mereka adalah orang-orang yang berstatus sosial tinggi dan selalu hidup dalam damai, mereka tidak pernah melihat kekerasan dan darah seperti ini sebelumnya. Banyak dari mereka mundur dari kerumunan, khawatir akan menjadi target berikutnya.

Terlihat bagikan Dewa Ares masa kini, tanpa peduli James membuang potongan lengan itu. Dia memancarkan aura percaya diri dan agresif dari dalam dirinya. Ditambah dengan demonstrasi kekuatannya sebelumnya, para anggota keluarga Xavier sangat takut sehingga mereka gemetaran, sebisa mungkin mundur menjauh dari James.

Bahkan Warren juga sedikit menjauh, tangannya terulur ke belakang, waspada seandainya pada saat itu juga ia harus mengambil senjata dan membunuh tamu tak diundang itu.

James bergerak perlahan ke arah Warren.

Erangan kesakitan William bergema di serambi.

Setelah beberapa saat, dia jatuh pingsan, tidak mampu menahan rasa sakit lagi. Suasana di serambi mendadak sunyi. Hanya suara langkah kaki James yang bergema, terdengar seperti pertanda malapetaka.

"Berlutut."

Perintah James terdengar keras, senyaring lonceng.

James terlihat sangat mengesankan. Hal ini merupakan gabungan pengalaman dari seorang prajurit dan jenderal yang akan membunuh musuhnya tanpa ragu-ragu. Di bawah tatapannya yang menakutkan, semua orang benar-benar ketakutan. Apalagi dengan betapa mudahnya dia merobek lengan William, tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun setelah itu.

Bahkan Warren terpengaruh akan kejadian itu, dan dia sempat kebingungan untuk sesaat.

Pada saat itu, dia lupa untuk melakukan perlawanan dan lututnya lemas. Dia jatuh ke tanah, berlutut.

Duk.

Setelah melihat ini, para selebritas tercengang.

Warren Xavier, kepala keluarga Xavier, pemimpin dari Empat Keluarga Besar di Cansington, berlutut di lantai.

James memegang kawat di tangannya. Itu adalah jenis kawat yang aneh dengan beberapa sambungan. Jika dilihat lebih dekat, orang bisa melihat bahwa itu terbuat dari jarum yang tak terhitung jumlahnya.

“Warren Xavier, apakah kamu mau mengakui dosamu?”

Saat itu, Warren menyadari bahwa dia sedang berlutut, meskipun dia tidak tahu mengapa. Keringat bercucuran di punggungnya.

Dia ingin berdiri, tetapi dia tidak punya kekuatan lagi.

"Nak, apa kamu tahu dengan siapa kamu berbicara?" Meski tak sanggup berdiri, Warren tetap terlihat tegar. Lengannya masih berada di belakang punggungnya, bersiap menyerang dengan senjata sewaktu-waktu.

Keluarga Xavier yang lain bahkan tidak berusaha melindungi Warren, khawatir mereka akan terluka juga.

“Akan lebih baik jika aku memberitahumu alasannya. Sepuluh tahun yang lalu, sebuah kebakaran melanda Flora Lakeside. Kebakaran itu berlangsung sepanjang hari. Tiga puluh delapan nyawa hilang saat itu, dan sekarang, kamu akan membayarnya dengan darahmu.”

Suaranya yang dingin dan tanpa ampun terdengar di serambi.

James bergerak. Dalam sekejap, dia muncul di belakang Warren. Dia melilitkan kawat jarum perak di leher Warren dan menariknya.

Darah menyembur, dan kepala Warren jatuh berdebam ke lantai.

"Ah!"

Orang-orang ternama dari Cansington menjerit dan jatuh ke tanah, semuanya gemetar ketakutan. Setelah kematian Warren, para anggota keluarga Xavier tidak tahu harus berbuat apa, mereka membeku di tempat.

James mengeluarkan tas hitam. Dia memasukkan kepala Warren ke dalamnya dan berbalik untuk pergi.

Lama setelah dia pergi, vila keluarga Xavier tetap sunyi senyap. Semua orang berjongkok di lantai, memegangi kepala dengan tangan mereka masing-masing. Mayat tanpa kepala Warren tetap tidak bergerak di lobi.

***

Di pemakaman keluarga Caden, makam Thomas Caden.

James menyandarkan tas hitam itu ke batu nisan.

Dia mengambil termos dan meneguk sekali minuman itu. Dia menuangkan sisanya di depan kuburan.

“Kakek, jangan khawatir. Aku akan memastikan bahwa seluruh keluarga kita beristirahat dengan tenang di alam baka. Aku juga akan mendapatkan kembali lukisan Bunga Purnama di Tepi Jurang.”

Setelah itu, dia bangkit dan pergi.

Ketika kembali ke Rumah Bangsawan, dia lalu pergi mandi.

Di vila keluarga Xavier.

Selebritas yang ada di perayaan telah pergi.

Di serambi terdapat sebuah peti mati. Mayat Warren tergeletak di tanah.

William yang kehilangan sebelah lengannya telah diangkut ke rumah sakit.

Semua anggota keluarga Xavier berlutut di depan mayat Warren.

Di depan gerombolan itu ada seorang wanita cantik yang mengenakan sebuah gaun. Dia adalah putri bungsu Warren, Rowena.

Rowena yang sama dengan yang menghancurkan seluruh keluarga Caden.

Dia sedang dalam suasana hati yang buruk.

"Apa sudah ada yang menelepon Trent?"

Raungannya bergema melalui serambi yang sepi.

“Y-ya. Kami telah menghubunginya.”

“Biarkan semuanya seperti apa adanya. Kita akan menunggu sampai Trent kembali.”

***

Malam itu adalah malam yang tenang. Di wilayah militer Cansington, beberapa helikopter yang dicat dengan kata-kata "Perbatasan Barat" mendarat.

Seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam militer dan berekspresi dingin muncul dari dalam helikopter.

Di luar, deretan tentara bersenjata lengkap berdiri dalam barisan. Mereka memberi hormat kepada pria itu.

Sebuah jip muncul dan pria itu masuk ke dalamnya. Jip itu langsung menuju ke vila Xavier.

Setibanya di sana, dia menilai situasi di vila dan melihat mayat Warren yang tergeletak tanpa kepala. Dia melepas topinya dan berlutut.

“Ayah, maaf aku terlambat. Aku bersumpah akan mengadili pelakunya tidak peduli dia siapa.”

Suaranya, penuh amarah, bergema di seluruh rumah.

“Trent.” Rowena muncul tiba-tiba.

Pria itu adalah putra keempat Warren, Trent.

Wajah Trent gelap tanpa ekspresi. "Aku butuh video pengawasan perjamuan."

"Aku akan segera memintanya." Rowena mengangguk dan meminta seseorang untuk mengambilnya.

Trent berdiri dan memeriksa luka Warren sebelum menonton video itu. Dia melihat seluruh proses James membunuh Warren.

Dengan dingin, dia bertanya, "Apa yang dia katakan sebelum membunuh Ayah?"

Rowena berkata, “Sepuluh tahun yang lalu, api meruntuhkan Flora Lakeside. Kebakaran itu berlangsung sepanjang hari. Tiga puluh delapan nyawa hilang saat itu, dan sekarang, kamu akan membayarnya dengan darahmu.”

Trent mengepalkan tinjunya setelah mendengar ini dan ekspresinya menjadi gelap. "Apa dia seorang Caden yang selamat dari kebakaran itu?"

“Bisa jadi.”

Trent menangkupkan telapak tangannya ke wajahnya dan melambaikan sebelah tangan pada Rowena. “Kubur ayah. Lakukan dengan sederhana. Aku akan melakukan perjalanan ke Ibukota dan bertanya kepada petinggi di sana tentang kemungkinan adanya seorang Caden yang selamat dari kebakaran itu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status