Share

8. Orange Ball

Author: odipee
last update Last Updated: 2021-10-08 14:04:16

Sudah dua hari Rose masih mendekam di kamar sakit di salah satu Rumah Sakit yang bisa dibilang paling besar di Indonesia. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga lama pulih dari kondisinya. Namun, dia lega ada Laura yang siap sedia menjaga putri semata wayangnya walaupun diawal sangat sungkan karena pasti merepotkan.

Laura memang sangat dekat dengan Lily, tahu betul apa yang selalu diinginkan dan disukai gadis itu meskipun bukan anaknya sendiri.

Seperti pagi ini, sangat ribut, Lily berkali-kali mengomel kala jam tangan kesayangannya hilang entak kemana, dicuri kucing tetangga mungkin, pikirnya tidak logis.

"Auntie, apa kucing doyan makan jam tangan ya?" tanya Lily polos.

Laura terkekeh. "Auntie tidak yakin kau ini benar-benar cerdas, Lily," jawabnya yang masih sibuk dengan rambut-rambut gandis berpipi gembul itu.

Pagi ini Laura ingin membuat rambut Lily terlihat rapi dengan mengepangnya menjadi dua, hingga langkah terakhir membuat cemolan—so cute.

"Auntie meragukanku ternyata, aku hanya bercanda," jawabnya jujur sok dewasa.

"Nanti Auntie bantu cari deh. Lily sekolah dulu, Auntie pastikan sepulang sekolah jam tangannya sudah ada," janji Laura meyakinkan.

"Tapi, Auntie akan mengantarkanku 'kan?"

"Tentu saja sweety,"  jawab Laura. "Nah selesai, ayo sarapan, pagi ini Auntie membuat menu spesial buat kamu."

***

"Lily beri aku formula gold dong," rengek Sean kala mereka sedang duduk di lantai lapangan basket dengan kaki disilangkan kedepan sembari menunggu Coach basket yang tak kunjung datang.

Disana tidak hanya ada Lily dan Sean saja. Sebagian anak-anak lainnya ada yang sibuk dengan petandingan one-by-one memperebutkan bola orange sebagai pemanasan. Ada juga yang saling mengobrol seperti dua anak kecil berbeda kelamin ini.

"Apa imbalanku?" tanya Lily santai yang masih sibuk dengan ponsel milik Sean, Lily sedang bermain game rupanya.

Secercah harapan berada ditangan Sean, matanya berbinar. "Apapun yang kamu mau." berharap Lily akan terbuai karena tawarannya.

"Kalahkan aku dulu di duel VIP," tantang Lily.

Gadis itu masih sibuk dan berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari benda pipih hasil pinjaman dari Sean. Harapan Sean luntur seketika, gadis seperti Lily tidak bisa diremehkan memang. Sean berdecak sebal, mana bisa Sean mengalahkan Lily yang notabennya adalah peraih peringkat tertinggi di game yang sedang marak di kalangan Dunia itu.

"Apa kamu bercanda?"

"Aku tidak mau cuma-cuma memberi formula gold padamu, kamu sudah mengalahkanku di permainan basket. Kamu juga harus mengalahkanku di permainan ini." tantang Lily dengan menggoyangkan ponsel milik Sean.

Lily pendendam rupanya—menakutkan, Sean bergidik ngeri.

"Kamu ini pelit sekali padaku, aku selalu iri pada papa yang selalu kamu beri dengan cuma-cuma." diakhiri decakan sebal, Sean menaruh bulatan pipinya pada telapak tangan yang bersandar di lutut yang ditekuk.

"Karena John uncle sibuk bekerja, makanya aku dengan suka rela memberikannya, sedangkan kamu mengeluh saja kerjaannya."

Skak mat, matilah kau Sean.

Seorang John Jaeko Aditama memang penggila game, maka dari itu, anaknya yaitu Sean juga kecanduan namun, diantara mereka yang paling jago tetap Lily.

"Oh, jadi selama ini Jaeko bermain curang ya!" intrupsi seorang pria bersuara husky mencondongkan tubuh tingginya dari balik tubuh Lily dan Sean. Layaknya slow motion, kedua bocah berbeda kelamin itu perlahan mendongak untuk mencari tahu siapa pemilik suara.

"Om."

"Uncle"

"Jadi formula itu di dapatkan secara cuma-cuma ya!" Vee berjalan memutar dan berakhir jongkok dihadapan Lyli dan Sean.

"Yaaah, ketahuan deh," sesal Sean yang selama ini ikut menyembunyikan saat ayahnya selalu pamer pada Vee tentang formula gold dari game yang didapatkannya dari Lily.

Jangan lupakan, Vee Kanesh Bellamy; pria super sibuk dengan pekerjaan itu juga tak mau ketinggalan hal yang berkaitan dengan satu kata, game. Apalagi pria itu sendiri yang menciptakan dan perusahaan-nya lah yang memproduksinya sekaligus.

"Uncle mau juga?" Lily menawarkan.

"Apa-apaan, kamu tidak adil," protes Sean memekik menghadap Lily, otot di perpotongan lehernya pun mencuat akibat teriakannya yang mengerikan.

"Terserah aku lah, aku kan punya stok banyak," jawab Lily tak terima dengan menatap tak suka pada Sean.

"Apa kamu sehebat itu gadis manis?" tanya Vee bersamaan menoel dagu Lily.

"Dia hebat Om," sanggah Sean mengakui yang sebenarnya tidak mau diakuinya, lalu kepalanya menghadap ke arah Lily dan siap menghakimi "Percuma kamu menawari Om Vee. Om Vee pencipta game itu asal kau tau," lanjutnya menginformasi.

"Benarkah?" Seru Lily terkejut. "Tapi Uncle tidak boleh meragukan Lily ya, Lily peringkat teratas asal tau saja." sombongnya dengan jari mengarah keatas, sedangkan Vee hanya tersenyum gemas.

"Uncle peringkat ke dua ngomong-ngomong, itu artinya kita sering bertanding ya, Lily." ungkap Vee polos.

Tidak bisa dibohongi, Vee sempat terkejut juga. Bagaimana mungkin bocah sekecil itu mengalahkannya. Jelas saja dirinya yang menciptakan game itu kan. Rasa penasarannya terjawab sudah, user ID dengan nama—KEMBANG—itu ternyata adalah Lily, seorang anak ingusan yang berhasil menempati posisi teratas mengalahkan sang pencipta.

"Benarkah? Jadi member dengan ID Vante itu adalah uncle?" tanyanya Lily penasaran.

"Kamu tidak percaya? Oke, uncle tunjukkan."

Vee mengeluarkan ponselnya, membuka lock screen yang menampilkan foto Rachel, Lily dengan jelas melihatnya dan tersenyum setelah itu.

"Wah, benar. Uncle hebat," puji Lily mengacungkan kedua jempol jarinya, matanya pun menyipit akibat tersenyum terlalu lebar.

Senyuman itu lagi, sama sepertinya. Batin Vee.

Vee mencoba mengembalikkan otak normalnya, menepis bayangan akibat senyum indah dari ranum berwarna cherry milik Lily.

"Ok, karena ini waktunya latihan basket, kita pemanasan dulu." Vee berdiri setelah mengatakan intruksinya.

"Om yang akan jadi coach basket hari ini?" tanya Sean.

"Sean, apa kau tidak melihat pakaianku yang terlihat keren ini." Pakaian khas pemain basket beserta ikat kepala layaknya anak remaja.

Tua tapi jiwa muda itu Vee memang, tidak kalah jauh dari Jaeko. Mendengar pernyataan Vee barusan, mendadak Sean dan Lily menjadi geli sendiri.

***

"Rachel, dimana Papa? Kenapa pulang dengan Pak Tejo!"

Rachel, gadis kesayangan ayahnya kini pulang dengan lunglai, raut mukanya menggambarkan kesedihan namun lebih kecewa yang dialaminya.

Benar saja, dia harus pulang hanya dengan supir dan meninggalkan ayahnya yang harus menjadi coach basket dadakan, entah apa yang dipikirkan ayahnya sampai tega membiarkan Rachel mengerutkan bibir saking sebalnya.

Rachel sempat merengek, namun tak bisa menghancurkan kekokohan yang di pegang teguh oleh Vee. Pria yang hampir berkepala tiga itu lebih rela meninggalkan putrinya hanya untuk menjadi coach basket atas permintaan temannya John Jaeko si kelinci gila.

"Kenapa mukanya ditekuk?" Zara, wanita berparas cantik itu bertanya lalu melepas tas ransel milik putrinya.

"Papa melatih basket disekolah," jawabnya sedikit acuh, lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan tetap mengerutkan bibirnya kedepan.

"Benarkah? Princess marah? Pasti sebentar lagi Papa pulang, Papa hanya membantu Om Jaeko, jangan marah, bisa Rachel?" sekuat tenaga Zara mencoba meredam amarah Rachel yang menggebu, tahu betul putrinya yang paling cantik itu sangat merasa kecewa.

Tidak sekali saja Rachel begini. Masih sangat ingat kejadian lampau saat ayahnya menghabiskan waktu liburan hanya bermain basket bersama Jaeko. Alih-alih mengajak liburan Rachel ataupun sekedar jalan-jalan, pria pemilik senyum kotak itu lebih mementingkan si bundar orange—bola basket.

Namun jangan salah paham, hanya situasi tertentu mana kala Vee merasa stress; dia pasti akan menghabiskan seluruh tenaganya hanya untuk menghilangkan penat dalam otak.

"Mama, kenapa Papa sangat menyukai bermain basket?" tanya Rachel dengan manik mata yang sudah bisa dibuat untuk bercermin—berkaca-kaca.

"Basket adalah hobby Papa, Rachel. Seperti Rachel yang menyukai lukisan, Rachel akan menghabiskan waktu seharian hanya untuk melukis. Iya 'kan?" dengan telaten Zara menjelaskan dan sedikit memberi pengertian agar putrinya mengerti dengan situasi seperti ini.

Perlahan Rachel berpindah ke pangkuan Zara, mendekap ibu yang menurutnya paling cantik sedunia. "Rachel mengerti Mama," jawabnya final, sedangkan Zara luar biasa lega.

Zara lega, tapi tetap tak bisa bahagia mengenai fakta jika Vee memang tidak sebegitu perhatian dengan keluarga kecil mereka.

Kalaupun ada.

Hanya dengan Rachel, tidak dengannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
amaranisaa
Lily anak ajaib sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Katakan Saja Ini Takdir   90. Menikah

    Semua orang pernah melakukan keselahan, tak terkecuali Vee Kanesh Bellamy. Satu kesalahan terbesarnya adalah prasangka, yang total merubah hidupnya.Rose Alyne Everleight, korban dari prasangka Vee.Dan buah dari kebodohan yang menumpuk itu adalah, Vee tidak bisa menyaksikan bagaimana buah hati kembarnya lahir di dunia sampai beranjak hingga sepintar itu.Leon dan Lily, siapa yang tidak kenal dengan duo bocah itu, author yakin, para readers banyak yang ngefans kan?Tentu dong.Vee sebagai daddy-nya saja tergila-gila. Untung saja Tuhan masih sayang dengan pria itu, atau authornya yang baik hati sampai bisa Vee berakhir sebahagia ini.Buktinya, yang dipandang Vee di depan kaca saat ini adalah tubuh yang terbalut setelan jas mewah, pakaian yang akan ia gunakan untuk mengucap sumpah sehidup semati bersama Rose beberapa jam lagi.Jika ditanya tentang masa lalu, apakah Vee menyesal? Haduh, tidak perlu dipertanyakan lagi, tentu Vee sangat menyesal.Tapi, Rose berkali-kali meyakinkan jika buk

  • Katakan Saja Ini Takdir   89. Hamil

    Pagi itu begitu tenang, Rose berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan sepatu pantofel hingga menimbulkan bunyi yang menggema, wanita itu tersenyum, teringat kembali bagaimana Vee melamarnya dengan sangat tidak romantis, namun alih-alih merajuk, Rose memilih untuk menerima, karena disaat kondisi seperti itu, sesuatu hal apa lagi yang lebih membahagiakan? Rasanya tidak ada.Pernikahan impian yang Rose inginkan segera terwujud, kurang lebih satu bulan lagi, sesuai permintaan Rose dua minggu yang lalu.“Rose, ada ra…”Shane terpaksa Rose tinggalkan, wanita itu melambaikan tangan sebelum Shane mampu menuntaskan perkataannya, karena apa yang bergelut di dalam perut Rose butuh untuk dimuntahkan dengan segera.Rose memasuki ruangannya, yang berada di lantai paling atas, memasuki kamar mandi, membuka kloset dan memfokuskan diri untuk mengeluarkan isi perutnya.Keadaan ini sangat tidak wajar, sudah lebih dari tiga hari. Rose tidak mencurigai banyak hal, namun satu yang membuat Rose berpiki

  • Katakan Saja Ini Takdir   88. Menikahlah denganku

    Lampu dinyalakan dalam keadaan terang benderang. Vee membawa Rose pergi saat itu juga, sesuai apa yang pria itu katakan, suite hotel vvip, Diamond hotel, dasar Vee, tidak takut ketahuan Dera apa bagaimana menggunakan salah satu hotel kepemilikan Bellamy. Entahlah, rindu yang pria itu tahan selama delapan bulan tidak bisa dibendung lagi.“Daddy silahkan bawa mommy, hari ini daddy milik mommy, tapi besok daddy milik Lily.” Desakan Lily putrinya begitu menggemaskan, padahal Vee niatnya ingin menghabiskan rindu bersama keluarga kecilnya, entah apa yang dipikirkan Lily sampai gadis kecil itu memberi petuah sedemikian rupa.Leon:Daddy, welcome to home. Sesuai janji Leon waktu itu, Leon akan ja

  • Katakan Saja Ini Takdir   87. Vee Kembali

    Lily dan Leon sudah sarapan, sudah mandi dan wangi juga. Rencananya hari ini Lily akan ikut Rose pergi ke cafe, entah apa yang akan dilakukan anak gadis Rose itu, sedangkan untuk Leon, lihat saja, mana sempat ia pergi untuk bermain, daripada waktunya terbuang sia-sia, lebih baik Leon pergi ke kantor saja, kantor ayahnya, Vante Company."Kak Leon nggak capek? Hari minggu istirahat lah, main bareng Lily dan Sean di cafe mommy."Leon memincingkan mata, "No!! Bermain hanya untuk anak kecil.""Jika kak Leon lupa, umur kita hanya berjarak lima menit saja, nggak usah songong."Leon mengabaikan protes yang Lily berikan, ia sibuk menyiapkan laptop dan alat-alat lainnya sebelum Yogi datang menjemputnya.Lily menunggui ibunya sembari bersandar diri di sofa. Ia melihat ke keliling rumah, dan ia baru ingat dengan kucing yang belum disiapkan makanan, singkat cerita, dua bulan yang lalu James m

  • Katakan Saja Ini Takdir   86. Tidak Sama

    Definisi bahagia itu apa sih?Leon tidak tahu. Tapi yang paling jelas dalam ingatannya, ia tidak pernah merasa hidupnya berantakan seperti sekarang, jauh dari kata bahagia, tapi bukan berarti ia tidak mensyukurinya.Haduh. Leon bocah piyik kok bisa berbicara sedramatis itu. Jangan salah. Meskipun masih kecil, Leon punya pemikiran lebih dewasa daripada yang lainnya. Bukankah sudah dijelaskan jika Leon hidupnya berantakan sejak awal.Memiliki kecerdasan di atas rata-rata, mengetahui banyak hal dan melihat langsung bagaimana hancurnya sebuah keluarga, ya, keluarganya sendiri yang penuh dr

  • Katakan Saja Ini Takdir   85. Vee harus pergi

    Dari perhitungan skala kebahagiaan yang tak terhingga, Rose kira ia adalah wanita yang sudah memperoleh perasaan itu disaat Vee berjanji tidak akan pernah meninggalkannya, bahkan kata-kata itu baru saja disampaikan oleh Vee beberapa hari yang lalu, tapi, nyatanya apa yang terjadi hari ini?Rose merasa bahagia mendengar nama mafia Folltress yang terlibat kejahatan sedang dibongkar boroknya dan terpampang di berita televisi disaat ia duduk di sofa bersama Lala di Ruang keluarga.Rose juga merasa bahagia saat Lala tiba-tiba mengajak keluar dan tahu-tahu berita Folltress juga berada di billboard jalanan, membuat gempar oenjuri Indonesia.Rose sekali lagi bahagia saat tahu-tahu Folltress sebentar lagi pasti akan mendekam di penjara beserta orang-orang yang terlibat kerja sama dengannya.Artinya, Leon aman. Ya, Folltress hilang, Rose menduga jika anaknya yang selama ini disembun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status