Share

**Bab 12: Ujian Kesetiaan**

Author: Aaiyuu_195
last update Last Updated: 2024-08-17 14:50:47

**Bab 12: Ujian Kesetiaan**

Malam itu, Rina tidur lebih nyenyak dari biasanya, seolah-olah beban yang selama ini menghimpitnya mulai terangkat sedikit demi sedikit. Namun, ketika pagi datang dan ia bangun dari tidur, kenyataan bahwa perjuangannya belum selesai kembali menyentuh kesadarannya. Meskipun rasa takut dan cemas masih ada, kini disertai dengan tekad yang semakin kuat.

Saat Rina tiba di sekolah, ia disambut dengan tatapan yang campur aduk. Beberapa siswa tampak penasaran, beberapa lainnya acuh tak acuh, tetapi ada juga yang masih memandangnya dengan sinis. Rina mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan langsung menuju kelas. Di sana, ia bertemu dengan Lani yang seperti biasa menunggunya dengan senyum penuh dukungan.

"Malam tadi gimana, Rin? Tidurmu nyenyak?" tanya Lani sambil membereskan buku-bukunya.

Rina mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya, lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Aku merasa sedikit lebih tenang."

Lani tersenyum lega. "Syukurlah, Rin. Kamu butuh istirahat yang cukup. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi hari ini, tapi yang penting kamu harus tetap kuat."

Ketika bel berbunyi, Pak Budi kembali masuk ke kelas untuk mengawasi ujian tengah semester yang akan berlangsung hari itu. Suasana kelas menjadi lebih serius. Masing-masing siswa sibuk mempersiapkan diri, membuka buku catatan mereka untuk meninjau materi terakhir sebelum ujian dimulai. Rina pun berusaha untuk fokus pada ujiannya, meskipun pikirannya masih terusik oleh banyak hal.

Setelah soal ujian dibagikan, Rina mulai mengerjakan dengan hati-hati. Setiap soal yang ia jawab, setiap paragraf yang ia tulis, ia lakukan dengan penuh konsentrasi. Namun, di sela-sela ujian itu, perasaannya kembali bergemuruh. Ia masih khawatir tentang bagaimana reaksi Siska dan teman-temannya, dan apa yang akan terjadi setelah investigasi sekolah selesai. Namun, Rina berusaha menyingkirkan semua itu dan hanya fokus pada ujiannya.

Waktu terus berjalan, dan akhirnya bel berbunyi menandakan ujian selesai. Rina merasa lega telah menyelesaikan bagian pertama dari ujiannya dengan baik. Ia mengumpulkan kertas ujian dan berjalan keluar kelas bersama Lani.

Di luar kelas, suasana cukup ramai. Siswa-siswa saling membicarakan soal ujian, membandingkan jawaban mereka, dan mengeluhkan kesulitan yang mereka hadapi. Rina dan Lani berusaha menjauh dari keramaian dan menuju ke taman belakang sekolah, tempat favorit mereka.

Sesampainya di sana, mereka duduk di bangku yang sering mereka gunakan. Lani mulai membuka bekalnya, tetapi sebelum ia sempat menawarkan makanannya kepada Rina, sekelompok siswa muncul dari belakang pohon. Itu adalah Siska, Ardi, dan beberapa teman mereka. Wajah mereka penuh dengan ekspresi dingin dan keras.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu, Rina," kata Siska dengan nada yang sangat tenang, tetapi terasa dingin di telinga Rina.

Rina menegakkan punggungnya, mencoba bersiap untuk apa pun yang akan datang. "Apa yang mau kamu bicarakan, Siska?"

Siska mendekat, diikuti oleh Ardi dan teman-teman mereka. "Kamu tahu, Rin, laporanmu itu udah bikin hidup kita semua berantakan. Dan aku nggak bicara cuma soal aku atau Ardi, tapi juga semua yang terlibat."

Rina merasa jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Aku nggak bermaksud bikin hidup siapa pun berantakan, Siska. Aku cuma ngelaporin apa yang aku alami."

Ardi, yang berdiri di sebelah Siska, tampak mulai kehilangan kesabarannya. "Kamu tahu nggak sih, karena laporan kamu itu, kami semua sekarang di bawah pengawasan. Kami dianggap bersalah bahkan sebelum ada keputusan apa pun. Apa kamu ngerti dampaknya?"

Lani, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Ardi, Siska, kalian mungkin merasa nggak adil, tapi coba lihat dari sudut pandang Rina. Dia yang jadi korban di sini. Dia cuma mencari keadilan buat dirinya sendiri."

Siska mendengus. "Keadilan? Kamu pikir itu mudah? Kamu pikir semuanya hitam dan putih? Nyatanya, semua orang punya versi mereka sendiri dari apa yang terjadi."

Rina merasa kata-kata Siska itu menusuk hatinya. Ia tahu bahwa Siska sedang mencoba untuk membelokkan fakta dan mengalihkan kesalahan. Tetapi sebelum ia sempat merespons, Mira tiba-tiba muncul dari arah lain.

"Sudah cukup, Siska," kata Mira dengan tegas. "Rina punya hak untuk membela dirinya. Dan kalau kalian masih berpikir untuk mengintimidasi dia, kalian salah besar."

Siska menatap Mira dengan tajam. "Kamu nggak ada hubungannya dengan ini, Mira. Ini masalah kita."

Mira berdiri di samping Rina dan Lani, dengan sikap yang sangat tenang namun penuh dengan keyakinan. "Aku nggak bisa diam aja ngelihat kalian terus-terusan menyerang Rina. Sudah saatnya kita berhenti saling menyalahkan dan mulai mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin."

Suasana menjadi semakin tegang. Siska dan Ardi terlihat bingung, mungkin tidak menyangka bahwa Mira akan membela Rina di depan mereka. Akhirnya, Siska menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Oke, kalau itu maumu, Mira. Tapi jangan kira ini sudah selesai."

Setelah mengatakan itu, Siska dan teman-temannya pergi, meninggalkan Rina, Lani, dan Mira di taman belakang. Rina merasakan jantungnya perlahan kembali ke ritme normal. Ia sangat berterima kasih pada Mira yang telah muncul pada saat yang tepat.

"Terima kasih, Mira," kata Rina dengan suara serak. "Aku nggak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu nggak muncul tadi."

Mira tersenyum dan menggelengkan kepala. "Kamu nggak perlu berterima kasih, Rina. Aku cuma melakukan apa yang benar. Aku tahu ini nggak mudah buat kamu, tapi kamu nggak sendirian."

Lani menambahkan, "Kita semua di sini buat kamu, Rin. Kita nggak akan biarkan kamu sendirian menghadapi semua ini."

Rina merasa matanya mulai berair, tetapi kali ini bukan karena takut atau cemas, melainkan karena rasa syukur yang mendalam. Ia menyadari bahwa, meskipun banyak yang melawan, masih ada orang-orang yang peduli padanya dan bersedia berdiri di sisinya.

Hari itu, Rina belajar bahwa meskipun situasi di sekolah semakin rumit, ia tidak akan menyerah. Ia tahu bahwa ujian kesetiaannya kepada dirinya sendiri dan kepada kebenaran akan terus berlanjut, tetapi dengan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, ia merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Malam itu, sebelum tidur, Rina menulis di jurnalnya, merangkum apa yang ia alami hari itu. Ia menulis tentang keberanian yang ia temukan dalam dirinya, tentang bagaimana dukungan dari Lani, Mira, dan orang-orang lainnya membuatnya merasa lebih kuat. Rina tahu bahwa perjuangan ini belum berakhir, tetapi ia merasa lebih siap untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

Dengan hati yang lebih ringan dan keyakinan yang semakin kuat, Rina tertidur, mempersiapkan diri untuk hari esok yang penuh dengan tantangan baru, tetapi juga penuh dengan harapan.

---

Jika Anda ingin melanjutkan ke **Bab 13**, saya siap untuk melanjutkannya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"    **Bab 32: Awal yang Baru**

    ---**Bab 32: Awal yang Baru**Setelah setahun penuh tantangan dan pencapaian, Rina menikmati sejenak kehidupan yang lebih tenang. Kariernya telah mapan, dan ia merasa nyaman dengan perannya di perusahaan. Namun, di tengah rasa puas dan nyaman ini, ada dorongan baru yang tumbuh di dalam dirinya—dorongan untuk memberikan dampak yang lebih besar, melampaui batasan pekerjaannya di perusahaan multinasional tersebut.Rina mulai merenungkan bagaimana ia bisa menggabungkan passion-nya dalam komunikasi dengan keinginannya untuk berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat. Ia teringat akan teman-teman lamanya yang telah memilih jalan karier berbeda, ada yang menjadi dokter, pengacara, pengusaha, dan bahkan aktivis. Mereka semua memiliki cara masing-masing untuk memberikan dampak positif, dan Rina mulai berpikir bahwa ia juga bisa melakukan lebih dari sekadar menjalankan peran profesionalnya.Suatu hari, saat sedang menghadiri sebuah acara sosial, Rina bertemu dengan seorang wanita muda bernam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**

    **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**Setahun berlalu sejak Rina kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai Manajer Komunikasi Strategis di perusahaan multinasional tersebut. Sepanjang tahun ini, Rina telah menorehkan banyak prestasi, memimpin berbagai kampanye yang berhasil dan memenangkan beberapa penghargaan di industri komunikasi. Namun, bagi Rina, penghargaan terbesar adalah melihat dampak positif dari kerja kerasnya terhadap masyarakat.Dalam perjalanan kariernya, Rina menemukan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian profesional, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa membawa perubahan yang berarti bagi orang lain. Ia terlibat dalam berbagai inisiatif sosial, menggunakan keahlian komunikasinya untuk mendukung program-program pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Rina percaya bahwa pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki bisa menjadi alat untuk memperbaiki kehidupan banyak orang.Di t

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**

    **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**Waktu berlalu dengan cepat setelah Rina menyelesaikan sidang tesisnya. Hari-harinya kini dipenuhi dengan persiapan untuk kembali ke Indonesia. Meski masih ada beberapa minggu tersisa sebelum kepulangan, Rina mulai merasa nostalgik terhadap negara yang telah menjadi rumah keduanya selama dua tahun ini. Ia memiliki kenangan manis dari perjalanan akademis dan kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan namun juga penuh kebahagiaan.Sebelum meninggalkan kampus, Rina memutuskan untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki arti khusus baginya. Ia berjalan menyusuri taman kampus, di mana ia sering duduk dan merenung tentang masa depannya. Ia juga mengunjungi perpustakaan besar tempat ia menghabiskan begitu banyak waktu, tenggelam dalam lautan buku dan jurnal. Di sana, ia bertemu dengan beberapa teman sekelas yang juga sedang bersiap-siap untuk pulang ke negara asal mereka. Percakapan penuh kehangatan dan ucapan selamat pun mengalir,

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**

    **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**Tahun kedua program pascasarjana Rina dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Jika tahun pertama adalah tentang adaptasi dan pembelajaran dasar, tahun kedua ini menuntut lebih banyak dedikasi, kerja keras, dan fokus yang mendalam. Mata kuliah yang diambil Rina semakin spesifik, menantang pemikirannya dengan teori-teori yang kompleks dan studi kasus yang rumit.Sejak awal semester, Rina dihadapkan pada tugas akhir besar yang akan menjadi puncak dari seluruh perjalanan akademisnya: tesis. Tesis ini bukan hanya sekadar tugas penulisan, tetapi juga sebuah penelitian mendalam yang harus memberikan kontribusi baru bagi bidang komunikasi strategis. Rina menyadari betapa pentingnya tugas ini, dan ia ingin memastikan bahwa hasil akhirnya tidak hanya memenuhi persyaratan akademis, tetapi juga menjadi karya yang bisa dibanggakan.Rina memilih topik yang sangat relevan dengan dunia modern: "Strategi Komunikasi dalam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**

    **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**Setelah keputusan besar untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, Rina mulai bersiap-siap menghadapi tantangan yang menantinya. Keberangkatan ke negara asing untuk melanjutkan studi bukanlah hal yang mudah, tetapi Rina merasa antusias dengan kesempatan ini. Selain karena ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh, ia juga melihat ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan.Hari keberangkatan tiba lebih cepat dari yang ia bayangkan. Bandara dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman yang datang untuk mengantarnya. Ibunya, dengan mata berkaca-kaca, memeluk Rina erat sebelum ia melangkah ke ruang tunggu. “Jaga diri baik-baik di sana, ya, Nak. Kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu,” kata ibunya dengan suara bergetar. Rina mengangguk, menahan air mata yang mulai membasahi pipinya. Ini adalah perpisahan yang berat, tetapi juga penuh harapan akan masa depan yang cerah.Setibanya di negara tujua

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**

    **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**Setelah kelulusan, Rina memasuki babak baru dalam hidupnya dengan perasaan campur aduk antara antusiasme dan ketidakpastian. Dunia kerja yang selama ini hanya ia bayangkan, kini menjadi kenyataan yang harus dihadapinya setiap hari. Dengan menerima tawaran pekerjaan di perusahaan tempat ia magang sebelumnya, Rina resmi memasuki dunia profesional.Hari pertama Rina sebagai karyawan penuh waktu dimulai dengan kehangatan. Tim yang dulu hanya menjadi rekan magang, kini menyambutnya sebagai bagian tetap dari keluarga besar perusahaan. Perasaan nyaman langsung menyelimuti Rina, tetapi ia tahu bahwa ekspektasi terhadapnya kini lebih besar. Tanggung jawab sebagai asisten manajer proyek bukanlah hal yang mudah, dan Rina menyadari bahwa ia harus membuktikan dirinya.Proyek pertama yang ditangani Rina adalah kampanye komunikasi besar untuk sebuah klien perusahaan multinasional. Proyek ini melibatkan banyak pihak dan membutuhkan koordin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status