Masuk[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataan nyelekit dan sering banget bikin Selin sakit hati. Pintar? Jangan ditanya lagi. Tampan? Ya pasti. Pokoknya Sadena paket complete-nya SMA Athena. Oh ya, berkenalan dengan Selin atau nama lengkapnya Selindya Destira Zaneya. Gadis bawel nan kepo yang tiba-tiba mengacaukan kehidupan Sadena. Berawal dari pertemuan tak terduga mereka di sebuah arena tinju. Selin semakin penasaran siapa sebenarnya cowok itu. —Menyukaimu adalah hal temani yang pernah kulakukan dan melupakanmu adalah hal terburuk yang tak pernah kubayangkan. *** Cerita TERSEDIA LENGKAP plus tambahan Extra Part di KARYAKARSA @xerniy_
Lihat lebih banyak"Bundaaaa, Dasi Dava hilanggg!"
Lengkingan itu berasal dari kamar sebelah, dan tentunya sangat mengganggu konsentrasi seorang cowok tampan yang sedang mencoba memasang dasi di lehernya. Cowok berseragam SMA itu berdecak, muak dengan suasana paginya yang selalu di penuhi teriakan cempreng nan unfaedah milik Sadava, kembarannya.
Sadena menghela napas, ia memilih menarik dasi yang terpasang awut-awutan itu hingga terlepas. Membuat bagian kerah seragamnya tidak terlipat dengan benar.
Kemudian cowok itu berjalan keluar kamar, menuruni tangga lalu sampai di ruang tengah, cowok itu menghampiri bundanya yang tengah memasangkan dasi untuk ayahnya.
"Bun, pasangin dasi." Sadena berucap kalem, datar, dan tanpa ekspresi. Kebiasaan cowok itu jika berbicara kepada siapa saja, termasuk pada orang yang lebih tua.
Mery—wanita yang dipanggil 'Bunda' itu melirik sekilas putranya. "Bentar ya sayang, bunda masangin dasi papa dulu."
"Ya," sahut Sadena singkat. Ia lalu terdiam, memperhatikan langkah demi langkah pergerakan tangan Mery membentuk dasi itu secara sempurna di leher ayahnya. Sudah sering Sadena menurutinya, tapi kenapa hasilnya selalu hancur? Kadang salah lipat sinilah situlah. Sadena pusing.
"Nah sudah selesai." Mery berucap usai dasi berwarna biru itu terpasang sempurna di balik kerah kemeja Dian--suaminya. Aldevan tersenyum. Mery beralih menatap Sadena. "Sini dasi kamu."
Sadena mengangguk. Belum juga mengulurkan dasinya, tiba-tiba Sadava datang dari arah tangga dengan setengah berlari.
"Udah ketemu, Bun. Pasangin hayuk!" pinta Sadava, tanpa tahu kalau ekspresi Sadena telah berubah masam.
Mery yang sadar perubahan raut Sadena seketika dilema, dia mulai bingung pada situasi ini. Dia khawatir jika salah satu di antara mereka nanti saling iri dan menganggapnya pilih kasih. Padahal Mery selalu berusaha memberikan kasih sayang yang sama rata untuk kedua putra kembarnya.
Namun beberapa detik kemudian Sadava menyela, "Dava duluan, Ma. Dava adek, Dena abang, jadi, abang harus ngalah."
"Okedeh, adeknya duluan ya, bang," sahut Mery tersenyum pada Sadena. Cowok itu hanya mengangguk.
Tapi siapa yang tahu, jauh dalam lubuk hatinya Sadena menyimpan rasa sakit yang luar biasa, yaitu selalu dinomorduakan dengan saudara kembarnya.
Selin mengunyah dengan lahap sosis bakar di mulutnya hingga pipi perempuan itu membulat, ia menyengir menatap Sadena, pria itu terkekeh geli menatap wajahnya.Sadena membelikan banyak sekali makanan, bukan hanya sosis bakar, tapi juga es krim serta permen manis. Dan yang Selin tak habis pikir, sosis bakar, es krim dan permen manis tersebut masih sama merknya seperti yang pernah Sadena belikan dulu untuknya saat mereka SMA. Pedagang sosis bakar tersebut bahkan masih mengingat Sadena saking seringnya dulu mereka datang ke taman ini lalu jajan sosis bakar beliau.Jika saja Sadena tidak melanjutkan studinya ke Amerika, mungkin di masa kuliah, mereka akan menambah kenangan di sini.Melihat Sadena tidak makan, hanya duduk di samping sembari mengusap-ngusap kepalanya, Selin pun menawarkan sosis bakarnya pada pria itu."Dena mau?" kebiasaan Selin, apa pun yang dimakan selalu di tawarkan padanya. Apalagi, Selin termasuk perempuan yang tidak
Pagi menyapa seperti biasa, bedanya hari ini hari libur, jadi Sadena berencana mengajak Selin jalan-jalan. Bukan cuma Selin, ia juga berniat mengajak Mou. Kasihan Sadena melihat bocah itu beberapa minggu ini hanya berdiam diri di rumah. Mery dan Aldevan sibuk, mungkin karena itu mereka tidak punya waktu mengajak Mou jalan-jalan, begitu pula dengan Ken.Mou bilang Ken sering curhat dia bosan berada di rumah. Oleh karenanya, Sadena juga mengajak Ken agar Mou punya teman bermain.Mou mengenakan sweater berwarna pink dan rok selutut, gadis kecil itu tampak sangat gemas mengenakan pakaian seperti itu. Ah, dia salah, ada lagi yang lebih menggemaskan, yaitu istrinya yang baru saja selesai bersiap lalu keluar dari kamar. Selin, memakai warna sweater yang sama dengan Mou. Mereka sangat kompak."Apa gue harus pakai yang pink-pink juga nih?" batin Sadena tertawa. Ia duduk di sofa menunggu kedua bidadarinya selesai bersiap.Mou turun dari tang
Selin mengeluari kamar kecil dengan perasaan lega. Sebab ia baru saja berhasil lancar buang air besar setelah berhari-hari mengalami sembelit. Perempuan itu lantas menjatuhkan dirinya di atas kasur sembari mengelus-ngelus perutnya yang rata.Entah kenapa tingkah Selin itu menarik perhatian Sadena yang tadinya asik berkutat di depan laptop mengerjakan tugas kantor, sekarang malah tersenyum menatap Selin lalu mengusap rambut istrinya."Habis boker?" tanya Sadena. Selin menyengir malu-malu."Hehe, iya. Dari kemarin aku sembelit makanya tadi pas keluarnya lancar aku lega bangett," jawabnya. Sadena mengacak gemas rambut Selin. Ya, setelah menikah, istrinya itu semakin terlihat menggemaskan."Udah minum susu?" Sadena bertanya lagi, membuat Selin menepuk jidatnya."Oh iya lupa, aku bikin dulu ya." Selin sudah hendak turun dari kasur, namun Sadena menahan pergelangannya."Enggak usah kamu diisi aja, biar aku yang
Sadava menyantap dengan lahap hidangan makan siang yang dibawakan oleh Marsha, bahkan sudut bibir laki-laki itu jadi belepotan.Marsha lantas dibuat gemas melihat tingkah calon suaminya itu, dia pun mengambil selehai tisu basah dan menyeka sudut bibir Sadava yang comot oleh sambal. Empunya langsung tergelak, Sadava menyengir lebar menampilkan gigi putihnya yang terdapat sisa cabai, alhasil tawa Marsha meledak memenuhi ruangan."Ih Dava lucu banget sih, di gigi kamu ada cabai tau!" ledek Marsha, Sadava hanya terkekeh ringan tanpa dosa.Sudah berapa tahun dia menjalin hubungan bersama perempuan itu, jadi untuk apa malu? Justru Sadava pikir hal ini bagus karena dia bisa membuat Marsha tertawa. Kalau bisa, ia akan setiap hari bertingkah konyol agar Calon istrinya itu selalu tersenyum."Masakanmu enak banget, By. Besok bawain yang ini lagi yaa," pinta Sadava sembari mencomot sisa-sisa sambal di jarinya seperti anak kecil.M
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ulasan-ulasan