Share

Mereka sungguh tak tahu aturan!

"Hey minggir... Aku tidak bisa bernafas!"

"Aku duluan yang datang, tahu!"

"Wah... Cantiknya, aku akan kenalan lebih dulu!"

"Hey! biarkan kami masuk!"

"Dasar mereka itu curang!"

Kelas kini begitu berisik dan ramai. Diamond high School yang terkenal sebagai sekolah elite bergengsi, dengan murid yang anggun dan elegan. Kini mereka ricuh bak pedagang di pasar, saat kelas mereka kedatangan berlima gadis itu.

Bahkan anak-anak dari kelas lain pun ikut mengerubungi kelas mereka, walau hanya dapat mengintip dari luar jendela karna anak kelas menutup akses, masuk mereka.

"Apa kau murid pindahan? kenapa kami tak melihatmu saat orientasi!"

"Apa kau sudah punya pacar?"

"kulitmu halus sekali, perawatan kulit apa yang kau pakai?"

"Apa kau mau pergi bersama kami, setelah sepulang sekolah?"

Begitulah kira-kira beberapa dari beribu pertanyaan yang dilontarkan pada mereka berlima. Semua orang berebut bertanya seolah takut mereka akan segera kehilangan suaranya kalau mereka terlambat sedikit saja.

Liza merasa risih dengan memasang tampang jutek nya, tapi justru anak-anak malah tambah senang dan semakin mengerubunginya, karna menganggapnya keren.

"Kya... Sangat keren!"

Suzy hanya bisa tersenyum. Bella hanya mengangguk, sembari sesekali menggunakan kekuatannya membuat benda yang ada di kelas jatuh, bermaksud mengalihkan perhatian anak-anak itu darinya. Tapi mau seberapa banyak benda yang di jatuhkan pun, tak dapat mengalihkan pandangan anak-anak itu darinya. Mereka hanya menengok sejenak, kemudian kembali saling mengoceh sibuk memberikan pertanyaan padanya.

Luna hanya acuh sembari menatap ke arah kolam di luar jendela. Sembari diam-diam membuat sihir jarak jauh, membuat air di kolam itu melayang dan membentuk Love, Teddy bear, dan beberapa hewan lucu seperti Panda kesukaan Luna. “Hihi...” tawa kecil Luna tidak menghiraukan semua orang.

Sementara Yoona sibuk menyemproti tanaman kemangi yang ia taruh di dalam pot, tanpa memedulikan anak-anak yang sibuk memberikan pertanyaan bertubi padanya. Salah satu dari mereka tidak sengaja merontokkan sehelai daun kemangi Yoona, membuat ia langsung menatap garang ke arah mereka.

Dok.... Dok...

Braak... Braak...

Kelas yang semula begitu ricuh seketika terdiam, saat terdengar suara gedoran dari arah luar pintu. Anak-anak yang tadi berkerubung di luar pun kini sudah menghilang, sama sekali tidak mendengar teriakan mereka lagi. Salah seorang anak berjalan mengintip dari balik gorden, setelahnya dia langsung berkeringat dingin memberikan kode silang tanda bahaya pada teman-temannya. Rupanya di luar Pak Arnold yang ingin masuk untuk mengajar, tapi ternyata kelasnya di kunci oleh mereka.

"Hey, dasar anak-anak nakal! cepat buka pintunya, akan ku pukul bokong kalian satu persatu saat aku berhasil masuk, nanti!"

Seketika para murid langsung diam mengingat betapa killer nya Pak Arnold. Semua saling menunjuk untuk membuka pintu, dan saling menyalahkan karna tadi telah mengunci pintu.

"CEPAT BUKA... Jika pintu ini sampai rusak karena ku, aku akan meminta kalian semua, yang menggantinya."

"Glup!"

Semua orang menelan Saliva nya dengan susah payah, semuanya hening tak bersuara. Seolah kelas ini memang kosong tanpa seorang pun di dalamnya.

Kelas kini semakin tegang saat Pak Arnold semakin marah, dan menggedor pintu kelas dengan penggaris kayu yang dibawanya. Guru kuno itu pasti sudah menyiapkan banyak hukuman saat dia masuk nanti. Satu hal yang ada di pikiran mereka saat ini, yang membuka pintu pasti mati!

Semuanya hanya diam tak bergerak dari tempatnya. Tidak ada yang berani membuka pintu sampai Suzy akhirnya berjalan dan membukakan pintu untuk Pak Arnold.

Cklek...

Suara pintu dibuka.

Pak Arnold yang kesal dari balik pintu sudah berdiri dengan penggaris kayu ditangannya, siap memukul siapa pun yang muncul dari balik pintu nantinya.

Suzy muncul dari balik pintu dan tersenyum ke arah Pak Arnold, yang saat ini sedang dalam posisi mengangkat penggaris kayunya tinggi-tinggi.

Namun ketika ia hendak melayangkan penggaris kayunya, ia langsung tertegun kemudian menjatuhkan penggaris yang dipegangnya. Matanya membulat, dan mulutnya terbuka lebar karena terpana melihat pancaran aura malaikat Suzy yang terasa begitu menyilaukan, yang seketika memadamkan semua emosi Pak Arnold yang sebentar lagi meledak.

"M-malaikat!" ucapnya sebelum akhirnya jatuh pingsan di lantai.

Bruukk..

Pak Arnold jatuh ke lantai dengan keadaan bibir yang tersenyum bahagia Tak tahan dengan sihir pesona Suzy yang ia terima melampaui batas, karna semakin besar emosi seseorang, semakin banyak juga ia terkena pancaran pesona Suzy. Jadilah Pak Arnold mimisan, kemudian jatuh pingsan dengan gurat senyum di wajahnya.

"Hei, pak guru pingsan!" Panik Suzy pada teman-teman sekelasnya. Maksudnya agar ada anak-anak yang segera datang ke sana, dan membantu Pak Arnold.

Namun mereka semua malah diam.

Kemudian bersorak gembira, hari ini mereka jadi bebas dari neraka hukuman Pak Arnold. Suzy dan empat gadis lainnya seketika ternganga melihat dan mendengar sorakan kegembiraan mereka semua.

"Ayo cepat... Cepat....'' Semua anak kini sibuk mengerubungi Pak Arnold yang terkapar pingsan di lantai. Kemudian dengan cepat salah seorang anak membawa brangkar dan membantu mengangkat pak Arnold, jarang sekali mereka bisa bebas dari kelas neraka guru killer satu ini, mereka tidak ingin menyiakan kesempatan yang hanya datang satu kali ini.

"Duh... berat sekali!" enam orang anak laki-laki dengan sekuat tenaga mengangkat pak Arnold dan menaruhnya di atas brangkar.

"1... 2... 3... Angkat!" teriak mereka mengangkat pak Arnold dengan sekuat tenaga.

"Uhkk!"

"Brukk..."

"Pyuh...." keenam anak laki-laki itu menghela nafas mengipasi diri mereka berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

"Ayo, sudah waktunya...." Mata semua orang kini membulat dengan tak sabar.

"Ayo do... Rong!"

"Do... Rong!"

"1... 2... 3.... " teriak bersamaan seluruh anak yang ada di kelas saat anak laki-laki menaruh pak Arnold ke atas Brankar, kemudian anak laki-laki lainnya mendorongnya dengan sekuat tenaga.

Karna tubuh Pak Arnold yang memang cukup gempal hingga membutuhkan enam orang anak laki-laki untuk menaikkan dan lima orang yang mendorong Pak Arnold sampai ke ujung lorong. Dan memang kebetulan UKS berada tepat, di ujung lorong kelas mereka.

"Yeah... Akhirnya kita bebas!" teriak mereka bersorak gembira

"Wuah... Prok... Prok... Prok...." Kelas lain yang memang belajar dengan kelas tertutup, tak menyadari apa yang telah terjadi di luar kelas sebelah mereka, guru sejarah yang sedang mengajar, sempat menengok karna sekilas seperti melihat ada sebuah balon yang melintas cepat, dari balik kaca jendela kelas.

Kelima gadis itu masih tertegun dengan apa yang dilakukan anak-anak di kelas mereka. Mereka berlima saling menatap sampai beberapa saat kemudian saling mengangkat bahu, kembali ke kegiatan mereka masing-masing. Mereka tidak mau ikut campur dengan urusan anak-anak yang tidak tahu aturan ini.

...

Bu Rebecca sedang sibuk membereskan alat-alat yang ada di UKS. Sampai kemudian ia mendengar suara benda berat jatuh, yang membuatnya berlari ke luar pintu untuk mengecek apa yang sedang terjadi disana.

"Astaga, Pak Arnold!" Kaget Bu Rebecca saat melihat pak Arnold, yang ternyata sudah jatuh dari Brankar dan masuk ke tempat sampah yang berada di depan pintu UKS.

Sementara itu..

Para murid kini sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. Karna Pak Arnold tidak jadi masuk kelas untuk mengajar, mereka jadi bisa santai di kelas. Ada yang bermain game, menonton film, memakan camilan, bahkan sampai menggosipkan Pak Arnold di belakang.

Berlima gadis itu sekarang sudah bisa lebih tenang, karna mereka sudah diam-diam menghipnotis seluruh anak kelas agar tidak terlalu memperhatikan keberadaan mereka.

"Wah, ternyata sekolah ini lebih mengejutkan daripada dugaan." Ungkap Bella bertopang dagu sembari memperhatikan kegiatan seluruh anak-anak di kelas. Memang benar kata orang, masa SMA memanglah masa yang paling, menyenangkan.

"Yah, aku bahkan tidak menyangka akan se-mengejutkan ini!" tambah Suzy yang jadi tak habis pikir. Bisa-bisanya para murid menyabotase proyektor kelas, dan mengubahnya menjadi bioskop dadakan di kelas.

Setiap ruang kelas di sekolah ini kedap suara, jadi takkan ada guru yang datang untuk menegur, walau mereka semua membuat keributan.

Tok.. Tok..

Terdengar suara pintu kembali diketuk, dari luar.

"Eh... Bukankah...." Semua orang menengok dengan tegang sembari saling menatap, saat mendengar seseorang mengetuk pintu dari luar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status