Setiap hal memiliki misteri tersembunyi, dan mereka hadir juga karna tujuan tersendiri. ... Suasana kota yang ramai, sudah menjadi hal yang sangat biasa. Sampai deras hujan jatuh, dan membuat orang-orang berhambur mencari tempat berteduh, karna takut baju mereka basah terkena air hujan. "Untung saja kita punya Lune. Sehingga kita jadi tidak perlu takut kehujanan!" salah seorang dari mereka mengoceh sembari melompat-lompat kecil dengan riangnya, menyenggol teman mereka yang tadi dipanggilnya Lune. "Jangan kekanakan!" Omel yang lainnya karna air di sekeliling mereka jadi berguncang, karna Lune juga hampir tersungkur saat di senggol Bella, tadi. "Hmp...!" "Kalian tenang saja. Selama ada aku, air hujan tak kan berani menyentuh kalian!" gadis yang tadi di panggil Lune tersenyum sembari menyeimbangkan tubuhnya. Asyik memainkan jarinya memberi sihir pada air hujan, agar berbalik dan tak membasahi mereka. Berlima gadis dengan
Pagi ini awan cukup mendung. Ditambah hutan lebat yang menutupi kastil tempat tinggal mereka, membuat suasana di sana makin kian mencekam.Mereka berlima keluar dari hutan itu dengan mengendarai mobil mewah. Mobil keluaran terbaru yang bahkan langsung di beli Suzy sesaat setelah mereka selesai melakukan launcing, dia memang sangat tertarik dengan berbagai macam barang elektronik terkhusus mobil. Mereka sudah terbiasa dengan keadaan hutan, walaupun sudah cukup lama tinggal di dunia manusia dan berbaur dengan mereka, mereka berlima tetaplah mahkluk asing dari dunia yang berbeda dan harus menyembunyikan jati diri mereka.Hutan ini adalah tempat yang teraman bagi mereka. Hutan ini dipenuh dengan kekuatan ajaib. Tidak ada manusia ataupun monster yang bisa memasuki hutan, dengan sembarangan.Mereka juga telah memasang banyak bidang-bidang sihir di seluruh penjuru hutan kabut, terutama di sekitar area kastil tempat mereka saat ini tinggal. Yang mereka tinggali adalah hutan kabut, sementara
"Hey minggir... Aku tidak bisa bernafas!" "Aku duluan yang datang, tahu!" "Wah... Cantiknya, aku akan kenalan lebih dulu!" "Hey! biarkan kami masuk!" "Dasar mereka itu curang!" Kelas kini begitu berisik dan ramai. Diamond high School yang terkenal sebagai sekolah elite bergengsi, dengan murid yang anggun dan elegan. Kini mereka ricuh bak pedagang di pasar, saat kelas mereka kedatangan berlima gadis itu. Bahkan anak-anak dari kelas lain pun ikut mengerubungi kelas mereka, walau hanya dapat mengintip dari luar jendela karna anak kelas menutup akses, masuk mereka. "Apa kau murid pindahan? kenapa kami tak melihatmu saat orientasi!" "Apa kau sudah punya pacar?" "kulitmu halus sekali, perawatan kulit apa yang kau pakai?" "Apa kau mau pergi bersama kami, setelah sepulang sekolah?" Begitulah kira-kira beberapa dari beribu pertanyaan yang dilontarkan pada mereka berlima. Semua orang berebut bertanya seolah takut mereka akan segera kehilangan suaranya kalau mereka terlambat sedikit sa
Mata semua murid kini terbelalak, para murid yang sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing seketika terdiam dan menjatuhkan semua benda yang tadi, di pegangnya.Para murid yang sedang asyik bermain kartu, menjatuhkan kartu mereka, dan anak-anak yang sedang memakan camilan, mematung kemudian menjatuhkan camilan yang ada di mulut mereka."Eh... Bukankah pak Arnold sudah pingsan lalu kita antar ke UKS, tadi?" tanya lirih salah satu siswa yang ada di sana pada teman-teman kelasnya.Para siswa yang sedang asyik menonton film, seketika tertegun saat mendengar suara ketukan dari pintu. Proyektor dimatikan, Kelas yang semula ricuh kini berubah menjadi hening seketika.Semuanya saling menatap tegang dengan tatapan penuh tanya, berpikir apakah Pak Arnold kini sudah kembali tersadar dan sekarang kembali datang untuk menghukum mereka semua? Gusar mereka dalam hati.Oh tidak, mungkin mereka harus membolos dengan melewati jendela, sekarang. Guru gendut
"Apa mungkin setelah datang ke dunia manusia, selera makanan kalian jadi aneh?" Heran Aldric dengan polos, tanpa sadar seketika telah membuat kelima gadis itu menengok ke arahnya, dengan tatapan tajam."Apa maksudmu!”...Saat ini mereka berenam sedang berada di sebuah restoran. Aldric menggaruk tengkuk nya dengan canggung, saat mendapat tatapan tajam dari kelima gadis cantik itu. Lelaki itu duduk bersila di atas karpet lembut di batasi oleh meja yang tidak tinggi dengan dekorasi kuno yang unik, dalam ruangan yang tertutup."Sebenarnya siapa dirimu?""Dan apa yang kau ketahui tentang kami berlima!" tanya Suzy dengan serius, begitu pun dengan keempat temannya yang menatap Aldric dengan tatapan tajam dan penuh selidik. Mereka semua tak bisa merasakan hawa makhluk apa pun pada Aldric. Hanya ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, Aldric ini memang hanya seorang manusia, atau memang dia sangat pintar menyem
...Konon katanya Vampire itu terlahir dengan sebuah kutukan yang mengelilinginya. Kutukan itu menjadi sangat erat dan tak bisa di cegahnya, kutukan untuk hidup abadi dan insting tergiur akan darah.Huweek...."Kau muntah lagi? Sudah ku bilang jangan di paksakan bukan, kenapa kau memakan semua bawang putih yang di berikan anak-anak itu? Harusnya kau tau, kalau itu bisa mengganggu kesehatanmu!" dua gadis di kamar mandi perempuan memisahkan diri dari banyak orang, satu temannya membantu temannya yang lain mengeluarkan semua bawang putih yang di telannya."Kau tau Ellie, terkadang aku lelah harus hidup sembunyi-sembunyi begini!" gadis yang muntah tadi teruduk lemas sembari bersender ke dinding kamar mandi dengan lelah."Kau harus bertahan Serena, kau tau kan kita yatim piatu tanpa keluarga satupun. kita tidak tau kemana harus pergi, jadi sebisa mungkin kita harus bisa bertahan, disini!" gadis yang di panggil Ellie ikut sedih, merek berdua memanglah Vampire yang terbuang, berhasil hidup se
"Lalu, bagaimana akhirnya?" saat ini di taman belakang kastil tua, burung gagak bertengger di atas pagar besi yang sudah sedikit berkarat dengan di tumbuhi tumbuhan menjalar, kemudian dia terbang pergi dengan cepat, saat melihat seekor tikus tanah yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Rantai makanan yang terus berputar di hutan rimba."Jadi kau menghabisi mereka berdua?" saat ini mereka berlima sedang duduk berkumpul di meja taman, dengan secangkir teh hangat, duduk berunding membicarakan dua Vampire yang bertengkar dengan Yoona, kemarin."Aku belum sempat!" ucap Yoona menyeruput secangkir tehnya kemudian kembali meletakkannya di atas meja, membuat mereka berempat menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Yoona menghela nafas, menghirup udara hutan di pagi hari, di lihatnya monyet-monyet yang bergelantungan di atas pohon, kemudian mulai menceritakan kejadian kemarin mulai dari awal.Kemarin, Di sekolah."Di mana Yoona, aku tidak bisa menemukannya di mana pun?" berempat gadis be
...Ketiga gadis itu menengok bersamaan, melihat gadis berambut hitam sebahu berdiri di ambang pintu dengan raut wajah ketakutan, gadis itu menggigit bibir bawahnya melihat darah yang berceceran di lantai, kemudian segera mengambil ponsel yang ikut dia jatuhkannya tadi dengan gugup."M-maaf, aku tidak sengaja datang, anggap saja kalian tidak melihatku!" gadis itu terburu berlari dengan ceroboh terpeleset hingga lututnya berdarah. "Ukh, sakit sekali!" pedihnya memegangi lututnya, kakinya terlalu sakit untuk berdiri."Aroma darah yang pekat...." ketiga Vampire itu secara tidak sadar mendapat kembali insting alaminya. naluri alamiah yang di miliki Vampire setiap kali mencium, bau darah. Kepala Yoona mendadak sakit, dadanya bergejolak, padahal dia selalu bisa menahan diri selama ini, darah gadis itu spesial, darah yang bisa membangkitkan rasa haus Vampir yang sudah lama tertidur sekalipun, rasanya pasti amat sangat lezat, tapi Yoona membuang semua pikiran itu jauh-jauh, dia tidak boleh m