..."Aria, pemilihan putri berbakat akan segera diadakan, ibu tidak sabar melihatmu berkompetisi." Ibunya terlihat antusias berjalan melewati taman bersama dirinya, berbeda dengan Luna yang memasang tampang murung karna tidak bisa berbuat sesuai kehendaknya. Akankah harus kucoba sekali lagi? Luna terlihat bimbang kemudian mulai bicara dengan ibunya."Bisakah aku tidak ikut dan temani ibu saja di rumah?" Luna mengulang pertanyaan lagi, tapi sesuai dugaannya jawabannya tetap sama seperti sebelumnya."Kau ini bicara apa! ini kan acara yang sangat penting, kau harus datang dan tidak boleh melewatkannya." Luna kini meneteskan air matanya, kejadian ini telah berulang sebanyak sepuluh kali, apapun tidak bisa dia ubah, setelah kompetisi dia akan kembali terbangun di tempat yang sama. kejadian itu terus berulang hingga membuatnya muak."Aria, kau mau pergi ke mana?" Luna tak mengindahkan panggilan ibunya terus berlari menjauhi semuanya. pada akhirnya terus berakhir sama, kali ini dia memutuska
Hueekk...."Rasanya aku seperti habis menaiki kapal yang segera karam, jiwaku terguncang sampai rasanya ingin pingsan!" ujar Luna berbicara di dalam ember air yang merendam setengah kepalanya.Yoona merebahkan tubuh sembari termangu dengan mulut yang tak henti mengunyah daun kemangi yang ada di tangannya.semua terkapar lesu, masih sangat lemas sehabis menembus mimpi. Semua berkumpul di sofa berbulu, dan menggunakan cara sendiri untuk meredakan mual, tidak ada yang protes seputar kejadian tadi, nampaknya mereka semua sudah bisa merelakan kejadian di masa lalu.Bella duduk jauh dari mereka dan memilih menyendiri, entah apa yang terjadi dia sangat begitu kesal sejak bangun tadi."Ini untukmu!" Suzy menghampiri memberikan sekotak cabai merah segar pada Bella, namun gadis itu tampak tak nafsu dan malah memandanginya dengan sengit."Eh?" terlihat gurat bingung dari wajah Suzy apalagi saat Bella langsung beranjak dan pergi dari sana."Apa yang terjadi?" Liza dan Luna muncul dari balik bahu
Bumi ini Berlapis dengan pembatas gerbang yang tidak bisa sembarangan di tembus, masih ada lautan di bawah daratan, dan masih ada daratan di bawah lautan, ada tempat yang mirip tapi sejujurnya sangat berbeda. ruang bumi yang di tempati makhluk hidup, tanpa tahu bahwa di ruang lain ada kehidupan yang sama dengan mereka. semua itu seolah hanya menjadi mitos, dan cerita seru di perbincangan, orang-orang menyebut ruang itu sebagai dimensi.Banyak yang berpikir untuk menciptakan mesin waktu, karna ada cerita orang yang berhasil pergi ke masa lalu ataupun masa depan. pada akhirnya, orang yang mengaku itu hilang tanpa kejelasan. orang-orang percaya, bahwa dia telah melakukan perjalanan lagi untuk melintasi waktu.Orang-orang yang entah merasa beruntung atau tidak, di beri kesempatan oleh tuhan untuk melakukan perjalanan di luar nalar, tapi mereka tidak tahu, bahwa mereka sama sekali tidak pergi ke masa depan ataupun masa lalu, mereka telah masuk ke dimensi yang berbeda. mereka sibuk mencari o
Di atas sofa lebar berbulu lembut, Yoona tertidur pulas meluruskan badannya. entah mengapa matanya tiba-tiba berat dan dia minta izin untuk tidur sejenak. Sraakk..."Sst... Jangan berisik, aku mendengar suara dari semak-semak!" dua anak mengendap mendekati belukar itu secara perlahan sembari mengangkat tangan siap menyergap."Tangkap itu Elea!" "Hap!" seekor induk kelinci tertangkap karna tak sempat melarikan diri. dan dua anak itu tertawa puas membawa kelinci pulang sudah membayangkan betapa enaknya jika di jadikan daging panggang.Ini negri Estoria, negri di mana semua makhluk hidup tinggal dengan damai, sampai dua anak itu telah tumbuh remaja. Mereka tetep selalu pergi ke hutan untuk berburu, Elea dan Ester."Hari ini kita berpencar saja, siapa tahu bisa dapat hewan buruan lebih banyak." Ester mengangguk menyetujui, kemudian mereka berpisah pergi ke arah yang berlawanan.Hiat..."Jangan kau kira aku akan mengalah!""Banyak bicara!"Elea berjalan mendekat karna mendengar suara keri
Kini mereka tiba-tiba sudah berada di atas kapal, dengan barang-barang mereka yang sudah lengkap terangkut dalam kapal."Hanya seperti ini?" Mereka menggerutu, kapal kecil yang terlihat seram, dan sekeliling yang gelap, tampak sangat berbahaya.Sebuah sorot cahaya terpantul dan mucul gambar peri kecil itu yang tersenyum. "Maaf ya tidak bisa antar, aku peri cahaya, aku akan sakit bila berada di tempat gelap!" dia tertawa dengan senyumnya yang lebar."Bukankah setidaknya kau siapkan kapal yang lebih bagus, dan lagi kami tidak tahu jalan, apalagi di tempat yang gelap begini!" peri kecil seketika merengut menampilkan wajah yang masam."Jangan tidak tahu diri, sudah di bantu malah cerewet!" decaknya sebal melipat tangan sembari membuang muka."Bukannya kami dari tadi sudah menemanimu bermain? kau bilang akan ada hadiah, tapi mana?" Peri kecil itu seketika kembali tertawa."Hihi... aku lupa maaf ya, sebagai gantinya kalian bisa minta apapun suatu saat padaku, hanya satu permintaan ya, aku bi
Udara di sekeliling kapal semakin dingin, mulai muncul kabut putih tipis yang menutupi sekeliling mereka."Rasanya mau mati, kenapa semakin dingin saja di sini, sebenarnya kapan kita akan sampai?" Liza menggerutu sebal, sekarang mereka semua sudah terbalut selimut tebal, bagaimanapun mereka semua adalah makhluk hidup juga, mereka tidak terbiasa dengan udara dingin, dari mereka semua tidak ada satupun yang berasal dari wilayah dingin seperti selatan.Kapal terasa berjalan lambat, mereka semua merapat mendekatkan diri dengan lampu lentera agar sedikit lebih hangat, tanpa sadar karna lelah dan udara yang dingin mereka semua kini telah jatuh tertidur.Kapal sudah terasa lebih hangat, cahaya silau dari luar pun mulai masuk dan membangunkan satu-persatu dari mereka.Mereka mulai membuka mata dan melongo keluar, terkesima saat ini sedang berada di atas danau berwarna biru bersih dengan tanaman rambat dan banyak bunga liar yang tumbuh di sekelilingnya, satu persatu keluar dan memerhatikan kea
Srak...Ziing..."Dia tiba-tiba berlatih keras begitu, sebenarnya ada apa sih!" Liza saat ini berdiri tak jauh memperhatikan Yoona yang sibuk mengayunkan pedangnya, belakangan ini gadis itu menjadi aneh. Liza mengeluarkan pedangnya, berjalan dengan pedang menggores rumput ditanah, gadis itu segera mengangkat pedangnya dan dengan angkuh mengarahkannya ke arah Yoona."Bukannya membosankan berlatih sendiri, jika berdua akan lebih seru, bukan!" Yoona tak banyak omong, dengan segera melakukan serangan, Liza dengan santai menghindari semua serangan Yoona, bibirnya menarik senyum, saat di kemiliteran neraka permainan pedang bukanlah sesuatu yang sulit baginya. dia hanya ingin memancing, membiarkan gadis itu untuk segera menceritakan masalahnya."Ada apa? sikapmu jadi aneh setelah sampai tempat ini. tidak, bahkan sebelum ini pun sudah aneh!" Yoona bernafas terengah, tak mau menjawab hanya terus melakukan serangan. Liza merasa semua ini tidak akan berhasil, segera mengakhiri pertarungan, menang
Tap... tap..."Pelan pelan... Tidak ada yang boleh melihat aku melewati garis perbatasan." Saat ini seorang gadis membawa dua ekor kelinci segar berjalan melewati sinar biru yang memisahkan antara dua hutan."Chester... Leon... aku datang...." Gadis itu dengan wajah gembiranya berlari menghampiri dua lelaki yang sedang berdiri tak jauh darinya, mereka serempak menengok kemudian tersenyum hangat, membuka tangan lebar memeluk gadis bertubuh mungil itu."Elea...." sahut mereka bersamaan dengan senang menyambut gadis itu. gadis cantik dengan rambut coklat berkilau, warna matanya yang senada dengan rambutnya, kulit putih seperti salju, dan pipi merah seperti tomat yang sudah masak. mereka sudah menjalin pertemanan sejak hari itu, hari dimana Elea kembali masuk ke hutan buangan.Tiga tahun lalu, seorang gadis dengan takut kembali masuk ke dalam hutan yang gelap untuk mencari gelang rantainya yang hilang, ia sudah mencari ke seluruh desa, juga pergi ke hutan desa dan perkebunan, tapi sama sek