Ketika sibuk mengurusi pekerjaan tiba-tiba saja ada seseorang yang menelponku. Dan memintaku untuk menemuinya. Aku telah berusaha menolak. Tapi tetap saja ngotot. Katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan. Terpaksalah Aku menyetujuinya, siapa tahu juga ada yang penting. Pada hari dan waktu yang telah di sepakati Aku menunggunya di tempat yang sudah kita janjikan. Lewat via telepon, dia mengatakan bahwa dia telah dekat. Tidak lupa ku sebutkan nomor mejaku. Tidak lama setelah itu datanglah seorang wanita tinggi semampai menuju ke arah mejaku. Berhijab khas wanita kekinian. Setelah Aku perhatikan, Aku seperti mengenali wanita ini. Tapi siapa ya?. Ooh Aku baru ingat sepertinya dia Vina teman SDku dulu. Teman dekat malah. Eh tapi apa dia benar-benar Vina. Terlihat wanita itu juga sedikit bengong. "Kamu Ferdi y
Aku memiliki seorang istri yang cantik, Vina. Aku menikahinya dengan penuh cinta. Rumah tangga kami bahagia walaupun masih terbilang pas-pasan. Katanya sih begitu. Tapi menurutku Aku telah memberikan yang terbaik untuknya. Lima juta setiap bulan bukanlah jumlah yang kecil. Kukira pas buat mencukupi berbagai kebutuhan. Kredit rumah, cicilan mobil ke mertua, membayar listrik dan lainnya. Tapi masih saja dia seperti kesusahan mengatur keuangan. Sampai-sampai dia bekerja keras untuk buka usaha online. Katanya untuk membantu mencukupi kebutuhan yang semakin mahal. Halaaah itu hanya alasannya saja ingin membantu. Memangnya berapa penghasilannya? Paling-paling cuma pas buat bumbu dapur. Uang dariku sudah cukup. Lama-lama tingkahnya yang sok repot itu mulai membuatku kesal. Mungkin saja dia mau meremehkan Aku. Tuh istri belajar kurang ajar. Apalagi karena kerepotan
Akhirnya akta cerai yang kutunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Dan Alwa pun sekarang masih dalam proses perceraian. Katanya dalam waktu dekat dia juga akan resmi bercerai. Dunia ini memang berpihak padaku. Tidak menunggu waktu lama, impianku akan terwujud tanpa rintangan yang berat. Apalagi Alwa telah menjadi milikku nanti. Maka kebahagiaanku akan bertambah-tambah. Sekarang Aku harus mempersiapkan persiapan untuk pernikahan kami. Tapi tabunganku cuma sedikit. Selama ini Aku lupa untuk lebih banyak menabung untuk mempersunting Alwa pujaanku. Salah Aku sih, kurang berpikir panjang. Coba saja Aku menabung lebih banyak, pasti Aku akan dengan mudah memenuhi keinginan Alwa. Maharnya, mas kawinnya. Aduuh. Tapi tak apalah ku coba untuk membicarakan ini kepada Alwa. Bukankah dia mencintaiku? Jadi dia tidak mungkin akan memberatkan calon suaminya yang gante
"Mas sebelum kita menikah, katanya Mas mau mengurus surat sertifikat rumah menjadi atas namaku, Mas. Kita harus menyiapkan diri jauh-jauh hari lho, Mas. Biar nanti kita tidak kelabakan." "Iya sayang nanti, Mas segerakan kok." "Kalau begitu cepatvya, Mas." "Iya nanti kita suruh pengacara saja yang mengurus. Ayo kita ambil brankas tempat Mas menyimpan sertifikat rumah itu." "Beneran, Mas. Mas nggak bohong kan?" Wajah Alwa terlihat berbunga-bunga. Aku ikut senang melihatnya bahagia. Wajah bahagianya mampu membuatku merasa seperti pahlawan yang mampu membuatnya tersenyum. Ku kecup rambutnya yang semerbak. Entah apa yang
Terus ku susul Alwa ke rumahnya? Aku takut dia benar-benar kecewa padaku. Aku masih akan tetap berusaha untukmu Alwa. Aku sudah terlanjur mencintaimu. Aku meminta sopir untuk mempercepat laju mobil. Tidak sabar rasanya ingin melihat keadaan Alwa. Mungkin saja dia shock dengan kenyataan ini. Sesampainya di sana Aku langsung masuk. Tiba-tiba Alwa melempar semua barang milikku keluar. Hampir saja mengenai wajahku. Apa-apaan ini? Kenapa semua barang-baranku di lempar keluar? Yang benar saja ini Alwa."Ada apa ini, sayang. Mengapa semua kau buang? Apakah kamu mengusirku?"Iya benar Aku mengusirmu. Aku tidak sudi menampungmu lagi!" "Jangan begitu Alwa. Semua ada jalan keluarnya." "Tidak ada lagi jalan keluarnya sel
Taksi berhenti di depan sebuah kos-kosan kecil. Disinilah Aku menilih untuk berhenti. Mobilpun menepi. Ku sodorkan beberapa lembar uang puluhan kepada pengemudi. Dengan cepat Aku menanyakan niatku untuk mengontrak untuk sementara waktu. Iyalah, tidak mungkin selamanya juga kan? Pedih juga hatiku melihat kenyataan itu. Vina adalah biang keladinya masalah ini. Bagaimana bisa dia menjual rumah itu tanpa izin padaku. Padahal sertifikatnya atas namaku. Mungkin saja dia memalsukannya? Aku harus mengambil perhitungan dengannya. Ku hubungi nomornya, tapi sialnya kontak itu tidak bisa di hubungi lagi. Apa yang harus Aku lakukan? Mengapa nasibku begitu sial kali ini. Dia pasti dirumah ibunya. Atau dia memberi uang hasil dia menjual rumahku pada oran
Beberapa waktu telah berlalu. Aku sudah tidak sabar untu bisa bertemu Vina. Tapi untuk bertemu dengannya di depan orangtuanya, Aku agak takut. Jangan-jangan Vina masih menyimpan video mesumku bersama Alwa waktu itu? Kalau iya, apa jadinya kalau dia memperlihatkan video memalukan itu pada mantan mertuaku. Bisa-bisa mampuslah sandiwaraku kemarin. Aju harus mencari cara agar Vina mau menghapus semua foto dan video tidak senonohku itu. Perempuan itu memang licik. Entah dari mana dia bisa mendapatkan semua itu. Kalau orang tuanya Vina tahu perselingkuhanku, sudah pasti mereka tidak akan mau memberi bagianku dari hasil jual rumah kami. Aku benar-benar kalut. Sudah beberapa hari ini Aku izin tidak masuk kerja. Ku buat saja alasanku sedang sakit. Bagaimana bisa fokus kerja kalau banyak
Hari ini Aku akan menemuimu, Vina. Kau tidak bisa lagi melarikan diri dariku. Akan ku perhitungkan perbuatanmu.sudah cukup kau merusak kebahagiaanku. Andai saja bukan karena ulahmu, sudah pasti sekarang Aku sudah bahagia bersama Alwa. Dengan semangat 45, Aku dengan taksi online menuju alamat yang telah dikirimkannya padaku. Memang taksi onlinelah yang menjadi kendaraan andalanku saat ini. Tanpa harus melakukan pencarian berarti, cukup dengan kecemerlangan akalku, kau sendiri yang mengirimkan alamatmu padaku. Bodohmu kelihatan, Vna. Jauh juga rupanya tempat kau tinggal sekarang. Mahal juga nih harus membayar jasa driver. Rugi juga sebenarnya Aku. Serasa tubuhku capek, pegal. Di tambah pikiranku yang gelisah. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, sampailah kami di seb