“Papa mau kalian menikah,” ucap Felix.
Freya dan El yang tertunduk langsung menengadah. Mata mereka membulat sempurna mendengar kalimat dari Papa Felix. Kalimat yang tidak terpikir oleh mereka sama sekali.Untuk sejenak mereka terdiam. Mencerna apa yang diucapkan oleh Papa Felix.“Apa maksud Papa?” Akhirnya suara Freya terdengar setelah sesat dia terdiam.“Apa kamu tidak sadar jika pergi bersama pria berdua itu bahaya. Papa sudah jelaskan berkali-kali jika kalian sudah dewasa. Kalian bukan anak kecil lagi yang bisa berdua tanpa batasan.”“Tapi, kami tidak melakukan apa-apa di sana, Pa.” El yang tersadar pun ikut bicara.“Mana Papa tahu kalian melakukan apa di sana. Buktinya kalian bilang tidak tidur satu kamar, tetapi nyatanya kalian berada dalam satu kamar.”Freya terkejut, memikirkan bagaimana bisa papanya tahu. Padahal dia sudah menyembunyikan itu semua. Dan jauh di sana, mana mungkin papanya mengawasi.“Pa,Mobil sampai di depan butik. El dan Freya turun dari mobil dan menunggu para ibu-ibu yang belum kunjung datang. Entah ke mana perginya para ibu-ibu tadi, hingga belum juga sampai. Dalam hal ini yang paling dihebohkan adalah orang tua mereka. Pertunangan yang akan diadakan dua hari lagi sangat butuh persiapan. Ditambah pernikahan akan terlaksana seminggu lagi, membuat mereka semua turun tangan mengurusi semuanya. Sesaat kemudian, para ibu-ibu datang. Mereka langsung heboh membagi tugas, Shea dan Chika mendampingi Freya, sedangkan Selly mendampingi El. Kebetulan butik bersebelahan. Butik khusus wanita yang menyediakan baju pesta bersebelahan dengan butik khusus pria yang menyediakan jas-jas dan kebutuhan formal lainnya. Shea dan Chika meminta Freya mencoba beberapa gaun yang mereka pilih. Membuat Freya harus bolak balik mencoba karena beberapa tidak cocok. Freya benar-benar kesal, karena harus bolak-balik mencoba. Dari
Dari sejak subuh dua rumah yang bersebelahan itu sudah ramai. Orang-orang dari WO sudah datang dan menyiapkan semuanya. Rencananya, pertunangan akan dilaksanakan di rumah, hanya dihadiri saudara dan teman dekat saja. Beberapa orang dari WO datang untuk mengubah taman. Pertunangan kali ini dengan konsep garden party. Dengan hiasan bunga, taman disulap menjadi sangat indah. Selain tempat yang disiapkan, dua orang yang akan melaksanakan pertunangan pun juga sedang bersiap. Di rumah masing-masing mereka menyiapkan diri. El yang sedang bersiap. Dengan setelah jas yang dibelinya kemarin, dia tampil sempurna. Shea dan Selly yang menemani El, tersenyum melihat putra mereka terlihat begitu tampan. Setelah memastikan putranya siap, Shea dan Selly melanjutkan menyiapkan keperluan yang lain. Ada beberapa yang akan dibawanya untuk Freya. “Wah … Kakak tampan sekali,” puji Ghea yang melihat kakaknya. Dari pantulan cermin El meli
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Pernikahan yang direncanakan kedua belah pihak, akhirnya dilaksanakan hari ini. Dua rumah yang bersebelahan itu sudah ramai. Para anggota keluarga sibuk menyiapkan segala keperluan. Acara yang diadakan di hotel, membuat mereka semua bersiap membawa barang-barang ke hotel tempat mereka bersiap. “Bi, tolong masukkan jas milik Kakakmu ke mobil,” teriak Shea pada Bian. “Ghea, coba kamu cek apakah Kakakmu sudah menyiapkan bajunya yang akan dibawa. Kalau sudah bawa dan masukkan sekalian ke mobil.” Shea terus berteriak menyuruh anak-anaknya untuk membantunya. Ghea dan Bian menuruti perintah mommy-nya. Mereka mengambil apa yang diminta mommy-nya. Shea yang kelimpungan menyiapkan semua, merasa butuh bantuan. Namun, sedari tadi dia tidak melihat suaminya. Shea sudah menebak ke mana perginya suaminya itu. Tak mau kerja sendiri, dia mencari suaminya. Menuju ke kamarnya, dia menebak jika suaminya berada
Dengan balutan gaun pengantin, Freya tampil begitu cantik. Tangannya menggandeng papanya yang mengantarkannya ke pelaminan. Melewati beberapa pasang mata yang menatapnya dengan kekaguman, Freya terus saja mengayunkan langkahnya. Pelaminan dengan dekor warna white and gold, begitu sangat indah, sesuai dengan permintaan Freya. Lampu-lampu kristal yang menghiasi, menambah keindahan dari dekorasi pernikahan. Langkah Freya semakin berat seiring langkahnya hampir sampai di pelaminan. Cengkraman tangannya di lengan sang papanya, menandakan jika dia begitu berdebar-debar menuju tempat pelaminan. Felix tahu pasti jika anaknya begitu takut. Belaian lembut tangannya, memberikan ketenangan untuk putrinya.Mendapati dukungan dari papanya, Freya kembali tersenyum. Menetralkan degup jantungnya yang begitu tidak beraturan. Di depan pelaminan sudah ada El yang sedang menanti bersama dengan penghulu yang akan
Al melihat El dan Freya melihat di pelaminan. Ada perasaan sakit ketika melihat pasangan pengantin baru itu. Melihat Freya yang tersenyum membuatnya yakin jika Freya bahagia. Sebuah belaian lembut di punggung Al, membuat Al menoleh. Senyum manis dari wajah yang sudah mulai menua dari Mommy Shea begitu masih cantik. “Terkadang Tuhan menitipkan kebahagiaan orang lain pada kita. Melalui tangan kita, dia biasa mendapatkan kebahagiaan.” “Apa maksud Mommy kebahagiaan itu adalah kebahagiaan milik El.” “Mungkin seperti itu.” “Keputusan apa pun yang sudah kamu buat. Sudah membuat orang lain bahagia, jadi jangan disesali.” Al mengembuskan napasnya. Mencoba melegakan perasaannya sendiri. Sejujurnya ada sedikit penyesalan di hatinya. Penyesalan tentang suatu hal yang belum dia selesaikan. “Pulanglah lebih dulu, sepertinya kamu butuh waktu untuk beristirahat,” ucap Shea pada Al.
Selimut yang tersingkap, membuat El merasakan dinginnya pendingin ruangan. Perlahan matanya terbuka. Mencari selimut untuk menghalau dinginnya ruangan. Sayangnya, selimut itu dipakai Freya sendiri. Wanita yang sekarang menjadi istrinya itu, menggulung tubuhnya ke dalam selimut. El yang merasa dingin, mau tidak menarik selimut. Namun, Freya justru semakin mengeratkan selimut yang ada. Karena merasa sangat dingin, El memilih memeluk Freya. Paling tidak itu dapat menghangatkannya. Tubuhnya terlalu malas jika harus mengambil remote pendingin ruangan. Freya yang merasakan tangan kokoh melingkar di tubuhnya, mengerjap. Matanya yang tadinya mengantuk, tiba-tiba langsung terbuka lebar ketika melihat tangan yang dia yakin tangan El-melingkar di tubuhnya. “El,” ucapnya seraya menyingkirkan tangan El. “Kenapa?” tanya El polos.“Kenapa kamu memelukku?” Freya menatap kesal pada El.
“Permisi, Pak, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap sekretaris Al sesaat setelah mengetuk pintu. Al melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Jarum jam mengarah ke angka sembilan yang artinya masih pagi untuk dia menerima tamu. Terlalu pagi untuk datang ke kantornya. “Siapa?” tanya El yang penasaran itu siapa. “Ibu Shera, Pak.” “Ternyata dia,” gumam Al, “suruh masuk,” ucapnya pada sekretarisnya. Sekretaris Al keluar dan mempersilakan Shera untuk masuk. Shera dengan tenangnya masuk ke dalam. Shera masuk ke ruangan El. Saat pintu dibuka, dia melihat wajah Al. Dengan rahang tegas dan mata birunya. Sejenak Shera mengingat cerita dari papanya jika pria yang ditemuinya adalah sepupu El. Jadi pastinya wajah Al-wajah bule. Hanya yang membedakan El lebih terlihat blasteran, sedangkan pria di depannya full made in luar negeri.“Hai, maaf aku mengganggu,” ucap Shera.
“Siapa dia yang bisa seenaknya saja padaku?” Saat masuk ke mobil, Freya menggerutu. Meluapkan rasa kesalnya. Sopir taksi yang melihat Freya dari pantulan cermin merasa heran, karena Freya berbicara sendiri. “Maaf, Nona. Ke mana tujuan kita?” tanyanya yang belum tahu ke mana harus melajukan mobilnya. Freya bingung ke mana dia harus pergi, mengingat dia sangat kesal. Di rumah, dia akan sangat bosan. Jika ke rumah mamanya, pasti mamanya akan curiga. Dalam kebingungannya, satu tempat menjadi pilihannya. “Kantor Adion Company,” ucap Freya. Tempat itu menjadi tujuannya. Entah apa yang akan dilakukan di sana, dia juga tidak tahu. Yang terpenting, sekarang dia butuh tempat. Taksi sampai di kantor Adion. Freya langsung menuju lantai kantor El. Kantor El hanya menggunakan satu lantai dari kantor Adion, jadi dia tidak akan kesulitan mencari kantor El. “Bu Freya,” ucap Ana melihat Freya yang