Tidak jauh berbeda dengan Hu Lei yang sangat kebingungan, kening Lin Hua yang mulus juga berkerut karena jawaban yang terdengar aneh baginya. Seingatnya, dulu bocah itu tidak terlalu menyukai Wei Quan, bahkan sering menghindari kontak dengannya.
Dagunya terangkat agak tinggi untuk mengamati Luo Tan. Gerakannya agak canggung karena selama ini Lin Hua lebih sering menunduk saat berbicara dengan muridnya itu sebelum berkultivasi.
“Chen Yi,” panggilnya lembut. “Kalau kamu ingin meminta didampingi murid lain, katakan saja padaku. Aku akan segera menggantinya dengan murid yang lebih kamu sukai.”
Mata hitam Luo Tan membalas tatapan Lin Hua dengan ketegasan yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini. Membuat hati Lin Hua bergetar karena tajamnya pandangan Luo Tan.
“Tidak perlu Guru Lin. Aku sudah cukup puas dengan Kakak Senior Wei.” Luo Tan menjura hormat pada Lin Hua untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam.
Lin Hua mendesah dalam hati. Meski Luo Tan sudah berulang kali menyatakan bahwa inilah yang dia inginkan, Lin Hua masih sedikit tidak tenang.
Tidak hanya itu, usaha Lin Hua untuk membantu Chen Yi seringkali disalahartikan oleh murid-murid lainnya sebagai pilih kasih. Padahal, perhatian yang dia berikan untuk setiap murid sama saja, bergantung dari keperluan mereka.
“Chen Yi, Guru tidak mengerti.” Lin Hua memutuskan untuk mengungkapkan rasa heran yang sejak tadi memberati hatinya. “Apa kamu tidak takut Wei Quan bersikap kasar padamu?”
Sebelum Lin Hua pergi setahun lalu, dia seringkali melihat Chen Yi ditegur oleh Wei Quan dengan cukup kasar. Terkadang, Lin Hua bahkan mengira Wei Quan akan memukul Chen Yi untuk melampiaskan kekesalannya.
“Apa seseorang memaksamu memilih Wei Quan?” tanya Lin Hua lagi.
Sesungguhnya, saat keluar dari meditasi dan mendengar apa yang terjadi kepada Chen Yi, Lin Hua memiliki kecurigaan bahwa itu semua bukan kecelakaan, melainkan kesengajaan. Itulah kenapa Lin Hua menekankan pada Chen Yi untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun, sampai akhir Chen Yi tidak mengatakan apa pun mengenai Wei Quan dan malah meminta pemuda itu untuk menjadi kakak senior pendampingnya!
“Guru Lin, Kakak Senior Wei memang emosional, tapi dia tidak memiliki niat buruk,” ucap Luo Tan membuat alis Lin Hua tertaut. “Selama Guru pergi, Kakak Senior Wei sering diam-diam membantu mengarahkan kultivasiku.”
Mata Lin Hua terbelalak.
Apa mereka masih membicarakan Wei Quan? Muridnya yang arogan dan mementingkan dirinya sendiri itu?
“Sungguh?” tanyanya resah.
Terus ditekan dengan pertanyaan, Luo Tan merasa sedikit kesal dengan sikap Lin Hua. Ini merupakan salah satu alasan kenapa Chen Yi tidak bisa melindungi dirinya sendiri, terlalu dimanja dan terbiasa dilindungi. Kalaupun niat Lin hua baik, tapi kelembutan wanita itu berubah menjadi palu kematian Chen Yi di akhir.
Dalam hati, Luo Tan menghela napas. Walaupun berpikiran demikian, tapi dia tidak tega mengeluarkan isi hatinya. Wanita dengan kulit seputih salju dan pinggang ramping itu terlihat begitu rapuh. Kalau tahu apa yang sesungguhnya terjadi kepada Chen Yi, Luo Tan yakin Lin Hua akan sangat menyalahkan dirinya.
Sekilas pandang, Lin Hua tidak lebih dari gadis muda yang rawan terluka. Namun, saat Lin Hua memeriksa kultivasinya tadi, Luo Tan juga telah memeriksa kultivasi wanita itu dan tahu bahwa guru Chen Yi itu telah mencapai level kultivator menengah tingkat akhir, level yang cukup tinggi–walau tidak sebanding dengan level Luo Tan di tubuh lamanya.
Luo Tan menarik napas panjang dalam upayanya menekan rasa kesal. Bagaimanapun juga Lin Hua adalah guru yang berhati tulus. Semua dilakukannya untuk melindungi Chen Yi, pemilik tubuh asli yang sekarang dihuni Luo Tan.
Kelopak matanya berkedip saat Luo Tan menundukkan kepala. “Murid mengerti apa yang Guru khawatirkan, tapi Murid merasa Kakak Senior Wei merupakan pendamping yang baik. Sikapnya yang berangasan tentu memiliki niat untuk membimbing Murid agar lebih baik.”
“Hu Lei lebih pengertian dibanding Wei Quan. Tingkatan kultivasinya juga lebih tinggi,” ucap Lin Hua.
“Murid memiliki perhitungan sendiri, Guru,” balas Luo Tan, ingin menekankan bahwa dirinya bukan orang sembrono yang mengambil keputusan penting tanpa berpikir panjang.
Di luar pengetahuan Lin Hua, sebenarnya salah satu alasan utama Luo Tan meminta Wei Quan menjadi kakak pembimbingnya adalah untuk mengamankan dirinya sendiri!
Dengan tanggung jawab sebagai seorang kakak senior pendamping, Wei Quan tidak akan bisa menyentuh Luo Tan. Sebaliknya, pria itu memiliki kewajiban untuk memastikan tidak ada orang lain yang mengganggu Luo Tan!
Itu adalah alasan utama Wei Quan sangat marah saat menerima perintah Lin Hua!
Jika dulu Wei Quan bisa memperlakukannya seperti sampah, kini Wei Quan harus memastikan adik seperguruannya tidak tergores sedikit pun.
Di sisi lain, berada di bawah bimbingan Hu Lei adalah ancaman bagi Luo Tan.
Murid tertua Lin Hua itu memiliki sikap waspada, kentara dari pertemuan pertamanya dengan Luo Tan di Gunung Awan, Hu Lei adalah orang pertama yang dengan kritis menyatakan perbedaan Luo Tan dan Chen Yi.
Kepekaannya itu yang ingin dihindari Luo Tan. Dia tidak akan bebas berkultivasi jika ada di bawah pengawasan Hu Lei yang jeli.
“Perhitungan?” Mata Lin Hua sedikit menyipit karena ingin menggali jawaban lebih banyak dari Luo Tan.
Chen Yi begitu berubah, dan hal itu cukup membuat Lin Hua curiga. Kalau bukan karena luka dan energi dalam Chen Yi yang Lin Hua kenali, maka mungkin wanita itu akan yakin bahwa Chen Yi adalah orang lain!
Chen Yi yang dulu memang penakut dan pemalu, tapi di depan Lin Hua dia sangat ceria dan banyak bicara. Sebaliknya, Chen Yi yang di depannya ini pendiam, tenang, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu dipertimbangkan lebih baik, seakan merupakan bagian dari rencana besar yang menakutkan.
Luo Tan tersenyum tipis. “Pukulan diperlukan untuk menempa besi, Guru,” ujarnya singkat, membuat Lin Hua tersentak. “Kalau Guru terus memanjakanku, kapan aku bisa menjadi lebih kuat?”
Kepala Luo Tan kemudian tertunduk, ekspresinya terlihat sendu.
“Selain itu, aku tidak ingin menarik perhatian murid lain,” imbuh Luo Tan setelah berdiam diri beberapa saat.
“Apa maksudmu?” tanya Lin Hua tajam. Dia tidak mengerti bahkan sedikit terkejut mendengar pernyataan Luo Tan.
“Kakak Senior Hu Lei harusnya membimbing murid yang ada di tingkatan ke tujuh, bukannya repot mengurusku yang masih di tingkat pertama.” Luo Tan menjelaskan. “Izinkan aku berjuang bersama murid yang lain untuk membuktikan bahwa kemampuanku sama baiknya dengan mereka.”
Kata-kata yang dipilih Luo Tan dengan hati-hati membuat Lin Hua tercenung beberapa saat. Dia tidak menyangka bahwa Chen Yi sungguh sudah dewasa … muridnya yang lemah kini berupaya untuk bangkit dengan tangannya sendiri.
“Aku juga ingin membuktikan pada murid lain bahwa pilihan Guru Lin untuk menyelamatkanku waktu itu adalah pilihan yang tepat.”
Mendengar hal itu, Lin Hua menutup mata dan tersenyum, merasa bangga pada muridnya yang sungguh sudah dewasa.
“Aku mengerti.” Ditepuknya bahu Luo Tan dengan hangat. “Karena dirimu sudah mengambil keputusan, Guru tidak akan mengganggu lagi.” Wanita itu berjalan ke arah pintu keluar seraya berkata, “Istirahatlah, tiga hari lagi kamu akan mulai berlatih bersama Wei Quan.”
Lin Hua meninggalkan kamar dengan langkah anggun dan ringan, meninggalkan aroma bunga yang tercium samar meski dia telah menjauh.
Senyuman di bibir Luo Tan tidak bertahan lama. Wajahnya kembali datar begitu suara langkah Lin Hua tidak lagi terdengar.
“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan.
Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang keti ka berbalik ke belakang.
“Siapa di sana?!”
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam
‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern