Home / Pendekar / Legenda Sang Kultivator Dewa / Monster Jiwa Terkontrak

Share

Monster Jiwa Terkontrak

last update Last Updated: 2023-06-26 17:07:37

“Kenapa tidak membongkar kebusukan Wei Quan?” Terdengar suara asing berseru di balik punggung Luo Tan. 

Bahu Luo Tan menegang. Matanya berubah nyalang ketika berbalik ke belakang. 

WHOOSH!

Tiga bilah jarum perak meluncur cepat dari jari Luo Tan. Tepat menuju asal suara misterius yang telah mengejutkannya. 

TAK! TAK! TAK!

“Ah!” 

Mengikuti suara jarum yang menancap sempurna di tembok kayu ruangan, jeritan anak kecil bisa terdengar.

Luo Tan menatap jarum perak yang tepat mengenai dinding. Bilahnya masih bergetar karena kuatnya gerakan pria tersebut.

Tepat di bawah tiga jarum itu terdapat seekor makhluk berwarna kuning yang seakan berjongkok sembari memerhatikan senjata yang hampir merenggut nyawanya. Makhluk serupa anak ayam itu menggigil ketakutan, bahkan paruhnya pun ikut gemetar. 

Dengan mata yang berair, menunjukkan dirinya berada di ambang tangis, makhluk itu menatap Luo Tan dengan ekspresi memelas. “K-kejam! Manusia kejam!” Dia maju beberapa langkah, menghindari jarum yang berada di atas kepalanya. “A-apa sebenarnya salahku sampai diperlakukan seperti ini!?”

Kaki Luo Tan yang panjang dijulurkan lantas menyenggol makhluk di depannya hingga terjungkal ke belakang. “Salahmu adalah mengagetkanku.”

Makhluk itu menciap-ciap, lalu mengepakkan sayapnya yang kecil. Dia mengerahkan seluruh tenaganya sampai bisa bangkit kembali. 

“Manusia kejam tidak berhati! Tega sekali menyakiti makhluk kecil, tidak berdaya, dan lucu sepertiku!”

‘Lucu?’ Luo Tan mengulangi ucapan makhluk itu dalam hati. ‘Sungguh percaya diri.’ 

Luo Tan duduk berjongkok agar bisa mengamati lawan bicaranya. Didengarkannya anak ayam itu terus mengoceh dan mengomel tanpa henti. 

“Sejak kapan hewan bisa berbicara secerewet dirimu?”

“Luo Tan, lihat perlakuanmu padaku! Selama ini banyak kultivator yang menginginkan kontrak denganku, tetapi kamu malah memperlakukanku seperti hewan biasa.” Sayapnya yang kecil dikepakkan dengan cepat. Sesekali menuding ke arah Luo Tan sambil berteriak, “Dasar manusia tidak tahu diuntung!”

Luo Tan memutar mata mendengar umpatan si ayam kecil. “Berisik.” Dia menambahkan, “Andai kamu tidak muncul tiba-tiba, apa aku akan menyerangmu?”

“Jadi, kamu bilang ini salahku?!” Si ayam kecil kembali berteriak marah. “Kalau bukan karena kamu menyelamatkanku dulu, aku tidak akan ….”

Semua ocehan sang ayam kecil masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan Luo Tan. Dia hanya memerhatikan makhluk kecil itu berciap-ciap tanpa henti selagi mengingat bagaimana dirinya bisa terikat dengan ayam cerewet tersebut.

Luo Tan pertama kali bertemu dengan ayam kecil itu saat dirinya masih berada di Gunung Awan. Pertemuan mereka bisa dikatakan hanya kebetulan, tetapi menghasilkan ikatan yang membuatnya harus terbiasa dengan hewan berisik tersebut.

Luo Tan yang waktu itu baru saja mencapai kultivasi tingkat kedua masih bisa merasakan lapar, jadi dia harus berburu makan malam. Dia sedang merangkak di bawah pohon ketika mendengar suara ciap ayam yang panik ketakutan. 

Luo Tan awalnya ingin mengabaikan jeritan minta tolong itu. Namun, suara yang melengking tinggi menusuk gendang telinganya sehingga dia sulit memusatkan pikiran untuk berburu.

“Ciap! Ciap!” teriak sang ayam kecil dengan wajah ketakutan yang berusaha disembunyikan. “Ciap! Ciap Ciap!!”

Celotehan si ayam kecil membuat Luo Tan yang mengamati dari jauh terdiam, merasa hewan itu sangat menarik. Di hadapan seekor monster jiwa serigala yang mengerikan, ayam kecil itu memang ketakutan, tapi masih bisa dengan cerdas menghindar ke atas pohon dan terus waspada sembari menatap ke bawah.

Kalau bukan karena Luo Tan tidak merasakan adanya energi Qi di tubuh ayam kecil itu, dia pasti akan curiga ayam kecil tersebut merupakan seekor monster jiwa.

Luo Tan mengalihkan pandangan kepada monster jiwa dalam bentuk serigala yang tengah berusaha memanjat pohon untuk menangkap ayam kecil itu. Kuku-kuku tajamnya mencakar-cakar pohon, seakan tengah membuat landasan untuk pijakannya. Kalau terus seperti itu, cepat atau lambat ayam kecil yang tidak bisa terbang itu pasti akan tertangkap.

Yang lemah jadi makanan yang kuat, itu adalah aturan rimba. Luo Tan menghormati hal tersebut dan tidak berniat untuk menyelamatkan ayam kecil tersebut. Namun, situasinya adalah … jika Luo Tan mengabaikan serigala tersebut dan lanjut berburu, monster jiwa serigala itu pasti akan mengetahui keberadaannya dan berakhir menyerangnya. 

Dia akan kesulitan jika itu yang terjadi. Karena bisa saja monster jiwa serigala memanggil kawanannya untuk memangsa Luo Tan. 

‘Lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang kemudian,’ pikir Luo Tan seraya mengambil batu berukuran segenggaman tangan di sebelah kaki kirinya. Meski kekuatan Luo Tan belum cukup tetapi dia yakin bisa membidik monster jiwa ganas itu tepat di dahinya. 

Dengan hati-hati, Luo Tan membidik monster jiwa itu, lalu tangannya pun mengayun kencang untuk melesatkan batu di tangan.

WHOOSH! BUK! 

Lemparan Luo Tan langsung mengenai sasarannya. Monster jiwa serigala tidak sempat menghindar, dia pun langsung roboh ke tanah dengan kaki berkelojotan. Tidak lama kemudian gerakan serigala itu pun berhenti sama sekali. 

Karena tugasnya selesai, Luo Tan pun langsung melesat untuk melanjutkan perburuannya. Ayam kecil itu bukan targetnya karena dengan ukuran tubuhnya, Luo Tan tidak akan kenyang sedikit pun!

Namun, baru saja mengambil beberapa langkah untuk pergi, Luo Tan terpaksa menghentikan langkahnya secara mendadak karena pandangannya mendadak gelap.

“Manusia! Manusia! Kamu menyelamatkanku!” teriakan itu mengejutkan Luo Tan, membuatnya langsung mencengkeram erat sesuatu yang tiba-tiba mendarat tepat di wajahnya untuk kemudian dijauhkan agar dirinya bisa kembali melihat.

Tidak Luo Tan duga, dia malah melihat ayam kecil yang terselamatkan itu. Ayam kecil itu mengepakkan sayapnya dan kembali memeluk wajah Luo Tan dengan erat, membuatnya tidak bisa bernapas.

“Tuanku, tuanku! Nyawaku milikmu!”

Bisa mendengar hewan itu berbicara membuat Luo Tan terpaksa menerima suatu kesimpulan. Ayam kecil itu ternyata adalah seekor monster jiwa!

Dengan satu tangan menarik lepas si ayam kecil, Luo Tan mengernyitkan dahi. “Aku menyelamatkan diriku sendiri,” jawabnya ketus seraya melepaskan si ayam sehingga monster jiwa tingkat rendah itu mendarat di tanah.

“Tidak peduli niatmu bagaimana, kamu menyelamatkanku! Oleh karena itu, aku bersedia menjadi monster jiwa terkontrakmu!” Sayapnya yang kecil terus mengepak-ngepak seiringan dengan kalimatnya. 

Luo Tan menatap dingin si ayam kecil. “Tidak perlu.” Lalu, dia pun berjalan pergi. “Jangan ganggu aku dan pergilah.”

Namun, sekali lagi, langkah Luo Tan terpaksa terhenti karena ayam kecil itu. “Akan tetapi, kamu tidak punya pilihan.” Ayam kecil itu tersenyum lebar. “Lagi pula, kamu sudah terkontrak denganku!”

Kepala Luo Tan langsung menoleh cepat dan wajahnya terlihat kaget. “Apa kamu bilang?”

Tepat saat Luo Tan bertanya, dahinya mengeluarkan sinar terang berbentuk api berwarna kuning keemasan bercampur merah. 

Dengan wajah bangga penuh kemenangan, si ayam kecil pun berkata, “Lihat! Kamu sudah terkontrak denganku!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Luo Tan Tertangkap Basah

    Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Zha Ji Mengawasi Lin Hua

    Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Lin Hua Diracun?

    “Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Yun Xiang Mulai Curiga

    Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Kamu Bukan Chen Yi

    “Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Wei Quan Linglung?

    ‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status