Bab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit
Bab 8 Titik Balik perasaan Gani Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengam
Bab 9 Titik Balik perasaan Gani 2 Tanpa sadar, Gani berbalik dan mencekal tangan Mahira kemudian menariknya hingga Mahira berbalik dan kepala Mahira menabrak dada Gani."Apa kau tuli, Hah!" Teriak Gani lagi. Rupanya Gani masih kesal karena Mahira menolak handuk yang diberikan.Mahira yang dari tadi akan kehilangan kesadarannya, merasakan kepalanya berdenyut. Saat Gani menarik tangannya dan membentaknya, lamat-lamat, Mahira merasa pangdangannya menggelap dan detik selanjutnya Mahira tak sadarkan diri."Mahira ... Mahira!" Teriak Gani saat Mahira menutup mata. Seketika, rasa marah dan rasa kesal Gani sirna karena melihat wajah Mahira yang pucat. "Tuan, ada apa?" Tanya bi Karti yang menghampiri Gani. "Ya Allah, Mahira!" Teriak bi Karti yang ikut panik saat melihat Mahira tak sadarkan diri."Bi, tolong ambilkan kotak medis di mobil saya!" Teriak Gani sambil memangku Mahira ala brydal style.Bi karti pun mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat. Sedangkan Gani, saat dia sudah meman
Bab 10 mari kita bercerai Mas Mahira membuka matanya, betapa terkejutnya dia, saat dirinya yang terbaring dikamar Gani.Ekor mata Mahira melihat kearah bawah dan yang lebih terkejutnya lagi Mahira terbangun menggunakan kemeja milik Gani. Lagi-lagi Mahira terkejut saat Gani memegang perutnya. Gani pun melihat kearah Mahira. Ia tersentak kaget saat Mahira membuka matanya dan melihatnya. Saat mata mereka saling mengunci, Gani dengan cepat menjauhkan tangannya dari perut Mahira. Walaupun Mahira sudah memutuskan untuk menyerah. Namun, ada setitik rasa kebahagiaan muncul di hati Mahira saat Gani yang masih bersetatus suaminya memegang perutnya untuk yang pertama kali. "Jangan salah paham, tadi kamu tak sadarkan diri. Jadi saya menolong kamu atas dasar kemanusiaan," ucap Gani datar dan dingin. Ia berbicara tanpa melihat kearah Mahira. Seketika rasa bahagia yang sempat memghampiri Mahira sirna. Padahal baru beberapa detik lalu dia merasakan sedikit kebahagiaan. Namun, perkataan Gani me
Bab 11 Mahira tegas Ganti terdiam Saat mendengar ucapan Mahira. Gani bagaikan tersambar petir di siang bolong.Tubunya menegang, lidahnya terasa kelu. Ada getaran aneh di hatinya saat Mahira mengucap kata cerai.Setelah lama terpaku, Gani kembali mendapatkan kesadarannya, dia pun berusaha mengendalikan diri. "Mahira, apa kamu berkata begitu untuk mendapat simpati dari saya?" Tanya Gani dengan menatap tajam Mahira dan sorot mata Gani di penuhi ke angkuhan Sungguh, Mahira merasa jengkel pada Gani. dia sudah berbicara panjang lebar. Namun, jawaban Gani membuatnya mengelus dada. Mahira menguatkan dirinya saat Gani menatap tajam padanya. Mahira pikir, ini saatnya membalas semua ucapan Gani dan membuat Gani berhenti menyudutkannya.Mahira menatap Gani dengan tatapan lembut, dia kembali tersenyum sebelum membalas ucapan Gani."Pak, apakah saya yang menghendaki pernikahan ini terjadi?" Tanya Mahira. Tatapan lembut yang tadi dilihatkan pada Gani berubah menjadi tatapan tajam, sorot mata M
Bab 12 Pov GaniNamaku, Samuel Gani. Pria belasteran turki-Indonesia. Tahun ini aku menginjak umur 33 tahun. Putra tunggal dan kini kedua orang tuaku menetap di Turki.Aku menikah dengan perempuan bernama Rahma. Kami di pertemukan pada saat Kuliah, Kami satu kampus namun berbeda jurusan.Aku adalah orang yang dingin, aku hanya menghabiskan waktuku untuk belajar, belajar dan belajar agar bisa secepatnya mendapat gelar SpOG.Tapi sikap dingin ku runtuh ketika Rahma mulai menyapa. Awalnya, aku menggap Rahma biasa saja. Namun seiring berjalannya waktu nama Rahma mulai mengisi ruang hatiku, dia bisa membuatku selalu memikirnya. Bak gayung bersambut, ternyata Rahma memiliki perasaan yang sama denganku.Kami hanya berpacaran selama satu bulan, aku memutuskan untuk meminangnya walau kami hanya pacaran seumur jagung. Hari-hari setelah kami menikah, kami jalani dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Setelah Rahma menikah, dia memutuskan untuk diam dirumah menjadi ibu rumah tangga, dia menyimpan
Bab 13 Mahira lelah.Aku hanya wanita biasa, hatiku lemah. Aku mencoba bertahan saat badai selalu datang menerjangku. Sering sekali aku mengeluh pada Allah karena merasa hidupku tak adil.9 tahun lalu, ketika usiaku menginjak 15 tahun, aku kehilangan orang tuaku. Mereka meninggal karena kecelakaan. Aku hancur saat kedua orang tuaku pergi, kenapa Allah mengambil mereka secepat ini? mengapa mereka tak mengajakku juga.Dan disinilah penderitaan dimulai. Keluargaku bukan orang berada, mereka merantau untuk berjualan di kota. Saat mereka pergi aku sama sekali tak memegang uang, tak ada yang bisa dijual. Hingga adik tiri Uma mengajakku tinggal bersama.Aku pikir, aku bisa hidup dengan layak karena bibi adalah orang berada, berbeda dengan kami. Tapi, aku salah. Bibi malah memanfaatkan ku. Bibi memecat pembantu karena alasan terlalu boros dan bibi menjadikanku sebagai pembantu dia berdalih agar aku membalas jasa karena dia telah merawat ku.Bertahun-tahun aku menjadi budak dirumah bibi, bukan
Bab 14 Kejahatan Rahma "Pak, saya lelah."DegHati Gani teriris saat melihat Mahira dengan tatapan kosong. Terlihat jelas dimata Gani bahwa Mahira hanya seorang wanita lemah yang di paksa menerima luka dan ditambah lagi terpaksa menerima kebencian dari dirinya.Tanpa pikir panjang, Gani merangkul Mahira dan membawa tubuh Mahira kedalam dekapannya.Gani tak bisa lagi mengelak, dia merasa amat nyaman mendekap Mahira, dia mengelus punggung Mahira bahkan tanpa sadar dia mengecup pucuk kepala Mahira bertubi-tubi. Mungkin setelah egonya hilang, Gani akan merutuki kelakuannya saat ini, entahlah."Tenang, Mahira. Kamu harus tenang. Sa-saya janji saya tidak akan membentak kamu lagi," ucap Gani terbata-bata. Dia terlalu malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalannya.Mahira terdiam, dia masih tak percaya bahwa dia bisa mengamuk pada suaminya dan karena emosinya dia sempat kehilangan kesadaran hingga ia sempat merasa tatapannya kosong tak berarah.Cukup lama mereka dalam berdiri dalam keadaan