Alya tidak menyangka, setelah sekian lama tidak melihatnya, kini mereka dipertemukan kembali. Ia mencoba untuk bersikap tenang dan biasa saja, sementara Reyhan merasa heran, kenapa Kania bisa bersama dengan Gibran. Iya, orang yang mereka lihat adalah Gibran, mantan suami Alya.
Reyhan menggenggam tangan Alya, lalu mengajaknya untuk menghampiri Kania. Sorot mata Gibran terus saja melirik ke arah mantan istrinya itu, mungkin ia menyesal karena telah menduakan Alya. Sebisa mungkin Alya bersikap tenang, begitu juga dengan Reyhan, meski dalam pikirannya banyak sekali pertanyaan yang melintas.
"Reyhan, apa kabar," sapa Kania dengan tersenyum.
"Baik." Reyhan pun tersenyum, begitu juga dengan Alya.
Setelah itu kini mereka berempat sudah duduk, di atas meja sudah tersaji makanan dan juga minuman. Reyhan sibuk berbincang dengan Kania, sementara Alya memilih untuk diam. Namun berbeda dengan Gibran, pria itu terus mencuri pandang dengan mantan
Alya masih berdiri menatap wanita yang berdiri di hadapannya itu. Ia tidak menyangka, setelah lama menghilang dan kini dia kembali lagi. Untuk apa dia hadir kembali, Alya takut jika kehadirannya akan membawa petaka dalam rumah tangganya. Sebab wanita itu pernah menjalin hubungan dengan Reyhan."Maaf, cari siapa?" tanya Alya. Ia berusaha untuk bersikap tenang."Reyhan ada," jawabnya."Sayang, siapa yang .... " ucapan Reyhan terhenti saat melihat Andin berdiri di hadapan istrinya. Iya, wanita itu adalah Andin, mantan kekasihnya."Eh, Mas dia nyariin kamu," ucap Alya seraya berjalan menghampiri suaminya, dan berdiri di sebelahnya.Reyhan mengernyitkan keningnya. "Nyariin aku, ada apa kamu ke sini."Andin tersenyum. "Aku ke sini untuk ngasih ini sama kamu. Kemarin kamu buru-buru sih, jadi ketinggalan."Andin menyerahkan amplop berwarna putih, dengan ragu Reyhan menerima amplop tersebut. Berbagai pertanyaan me
Alya menyeka air matanya yang semakin deras mengalir, setelah itu ia bangkit dan beranjak menuju almari. Alya mengambil beberapa pakaiannya, dan memasukannya ke dalam koper yang berukuran kecil. Setelah itu Alya keluar dari kamar.Setibanya di bawah, Widya terkejut saat melihat menantunya berjalan seraya membawa koper. Detik itu juga Widya bangkit dari duduknya, lalu menghampiri menantunya itu."Alya kamu kenapa?" tanya Widya dengan lembut."Alya mau tinggal sama, Mama boleh," jawab Alya, sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak terjatuh.Widya terdiam sejenak. "Memangnya ada apa? Kok tiba-tiba ingin tinggal sama, mama. Apa kamu bertengkar sama Reyhan.""Alya belum bisa cerita sekarang, Ma. Alya pengen nenangin diri dulu," sahut Alya."Ya sudah, tapi kita nunggu Reyhan pulang dulu ya," ujar Widya."Nggak usah, Ma. Alya pengen sekarang saja," sahut Alya."Ya sudah, ayo." Widya me
Setelah kejadian pagi itu, Reyhan memilih untuk menemui Alya terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Semalam tidak tidur bersama, rasanya seperti sudah seminggu. Kangen, mungkin itu lebih tepatnya, rasanya Reyhan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Alya.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, kini mobil Reyhan sudah berhenti di pelataran rumah ibunya. Gegas ia turun dan berjalan masuk ke dalam rumah. Setibanya di dalam, Reyhan berjalan menghampiri ibunya yang saat ini tengah berada di ruang makan."Assalamu'alaikum, Ma." Reyhan mencium punggung tangan ibunya."Wa'alaikumsalam, tumben masih pagi udah ke sini. Pasti semalam nggak bisa tidur iya kan," celetuknya, Widya terkekeh sendiri melihat ekpresi wajah putranya."Mama bisa saja. Alya mana, Ma?" tanya Reyhan."Masih di kamar, sejak bangun muntah-muntah terus. Obat sama vitamin katanya lupa nggak dibawa," jelas Widya."Ya udah, Reyhan ke ka
Alya tidak menyangka jika Gibran bisa senekat itu, bukankah pria itu tengah berada di atas pelaminan. Namun kenapa tiba-tiba Gibran ada di toilet, mungkinkah pria itu mengikuti mantan istrinya. Takut terjadi fitnah, Alya mengibaskan tangan mantan suaminya itu."Sayang, aku .... "Plak, satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Gibran. "Aku nggak suka dengan cara kamu yang seperti ini. Ingat, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Dan satu hal, kamu sudah menikah, bagaimana perasaan Kania, jika melihat suaminya masih saja menggoda mantan istrinya.""Alya, aku tidak rela kamu bahagia dengan pria lain. Aku masih sangat mencintai kamu, tolong kembali lagi padaku. Aku janji akan .... "Plak, Alya kembali menampar pipi mantan suaminya itu. "Hubungan kita sudah berakhir, dan semua ini terjadi juga karena ulah kamu. Aku bahagia menikah dengan mas Reyhan, dia pria baik, tegas, dan punya pendirian."Gibran terdiam mendengar penuturan mantan istri
Waktu terus bergulir, hubungan Alya dan Reyhan semakin hari semakin romantis. Saat ini Reyhan tengah menikmati perannya sebagai seorang suami dan calon ayah butuh ekstra kesabaran dalam menghadapi sikap istrinya yang berubah-ubah. Tak jarang, Reyhan harus mempunyai stok kesabaran yang cukup banyak.Seperti malam ini, saat Reyhan tengah sibuk dengan pekerjaannya. Alya terus saja mengganggunya, entah itu meminta di pijit kakinya, dan masih banyak lagi. Beruntung, Reyhan termasuk orang yang penyabar, tetapi orang juga mempunyai batas kesabaran."Sudah ya, aku selesein kerjaan dulu, biar nanti tinggal nemenin kamu tidur," ujar Reyhan seraya bangkit dari duduknya."Tapi jangan lama-lama," sahut Alya."Iya, nggak lama kok." Reyhan mencolek hidung istrinya. Setelah itu ia beranjak menuju meja kerjanya.Baru saja Reyhan menjatuhkan bobotnya di kursi, tiba-tiba Alya sudah memanggilnya lagi. Reyhan menghela napas, entah apa lagi
Dokter itu terdiam seraya menatap pria yang ada di hadapannya. "Maaf, kami .... "Reyhan semakin merasa panik dan khawatir, saat dokter yang menangani istrinya menggantung ucapannya. Reyhan hanya bisa berdoa semoga istri serta calon anaknya dalam keadaan baik. Meski kemungkinan besar, itu tidak mungkin terjadi."Tolong jelaskan, Dok," ujar Reyhan."Kami harus melakukan tindakan operasi, karena detak jantung bayi yang ada di dalam perut istri, Bapak lemah," jelas Dokter Irma.Bagai disambar petir di siang hari, mendengar hal itu, persendian Reyhan berasa lemas. Haruskah ia kehilangan calon anaknya, haruskah Alya mengalami hal buruk itu untuk kedua kalinya. Reyhan tidak biasa membayangkan jika itu sampai terjadi."Tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan calon anak kami, Dok." Reyhan pasrah, apa pun yang akan terjadi nantinya. Reyhan hanya bisa berdo'a, semoga keajaiban terjadi."Baik, kalau begitu, Bapak ikut
Kania membuka pintu utama rumahnya, dan detik itu juga, matanya membulat sempurna. Saat melihat seorang wanita dan anak kecil sudah berdiri di depan pintu. Ia tidak menyangka jika dia bisa nekat datang ke rumahnya."Kamu, mau ngapain datang ke sini?" tanya Kania. Sorot matanya menunjukkan rasa tak suka pada wanita yang ada di hadapannya itu. Yang tak lain adalah mantan istri Gibran.Safira tersenyum. "Aku ke sini ingin bertemu dengan mas Gibran. Memangnya kenapa.""Sayang, siapa yang datang?" tanya Gibran seraya berjalan menghampiri istrinya.Sontak Gibran terkejut, saat melihat mantan istrinya yang tengah bertamu ke rumahnya. Sebisa mungkin Gibran bersikap seperti biasa, ia masih ingat seperti apa kelakuan Safira yang sesungguhnya. Kebohongan yang sudah diperbuat oleh Safira, masih terus berputar di benaknya."Ada urusan apa kamu ke sini?" tanya Gibran seraya berjalan mendekati Kania istrinya."Aku ke sini cuma
Reyhan terdiam mendengar permintaan Silvi, lagi-lagi ia melirik istrinya. Namun, Alya membalasnya dengan tatapan tajam, melihat tatapan istrinya. Ia sudah paham jika Alya melarang dirinya untuk pergi. Lagi pula, Reyhan juga tidak akan bertindak konyol. Untuk bekerja saja, ia memilih mengalah."Silvi maaf, aku tidak bisa. Kamu lihat sendiri kan, aku rela tidak kerja demi bisa menjaga Alya. Jadi tidak mungkin aku ninggalin istriku ini, kamu kan bisa meminta tolong sama orang lain." Reyhan menolak permintaan Silvi. Jujur, ia merasa kurang suka dengan sikap wanita itu yang terlalu berlebihan."Kamu tega ngomong seperti itu, Rey aku .... ""Silvi, aku sudah membantumu untuk bisa lepas dari Doni, dan mendapatkan hak asuh atas putri kalian. Tapi untuk yang ini, tolong kamu meminta bantuan pada orang lain. Jangan semuanya kamu bergantungkan kepadaku, aku sekarang sudah menikah, aku harus bisa menjaga hati istriku." Reyhan memotong ucapan Silvi. Hal ini benar