Home / Thriller / MY SECRET WIFE / 11. Kisah Amanda (1)

Share

11. Kisah Amanda (1)

Author: Emma Deef
last update Last Updated: 2021-03-22 08:02:44

Matahari sudah tinggi ketika Amanda Harper perlahan membuka sepasang mata almondnya. Sejenak mengedipkan mata beberapa kali, karena cahaya dari jendela di samping ranjang yang menembus lembut dari tirai yang dimainkan angin--sedikit menyilaukan matanya.

Dia memindai seisi ruangan berdinding kayu, Hanya ada satu ranjang, satu meja dan satu kursi. Sebuah lemari pendek dan gantungan baju di sebelahnya. Ini sebuah rumah pedesaan. Terakhir diingatnya dia baru melangkah keluar dari ruangan Andrew Chayton dan kemudian kegelapan melingkupinya. Sempat dirasakannya aroma nyaman sebuah dada bidang, tempat kepalanya disandarkan.

Amanda berusaha duduk, dan dia mendapati sebuah infus tergantung di sebelahnya. Isinya tinggal separuh. Dia merasa badannya sedikit segar, namun masih lemah. Lukanya terasa menegang, tapi tak lagi perih.

Ada suara orang berbincang di luar sana. Setelah itu terdengar pintu terbuka. Lalu suara mobil menjauh. Amanda berusaha bersikap waspada, tapi percuma saja. Siapapun yang membawanya ke sini, telah merawatnya. Bukan mencelakainya. Perlahan dijuntaikannya kedua kakinya, lalu memindai dirinya sendiri. Bajunya sudah ganti. Dia mengenakan T-Shirt putih lengan pendek dan celana hitam selutut. 

“Kau sudah bangun.”

Amanda menoleh ke arah pintu dan mendapati seraut wajah tampan berambut ikal berdiri menyandarkan bahunya di daun pintu. Dia melipat tangan santai, dan wajahnya menunjukkan kelegaan. Devin Chayton. Apa dia yang mengurus dirinya, mengganti semua bajunya dan membawanya ke sini?

Devin mengerti apa yang berkecamuk di kepala seorang gadis berbulu mata lentik itu. Dia tampak bingung dan berkali-kali menunduk melihat bajunya.

“Baru saja dokter yang merawatmu pergi. Dia meninggalkan obat di laci meja, minumlah sesuai petunjuk. Bila kau sudah mulai banyak makan, infus itu bisa aku lepas.”

Amanda hanya diam. Demikian pula Devin. Entah kenapa suasananya menjadi begitu canggung saat ini. Melihat Amanda tampak lebih segar, sekelebatan bayangannya saat dalam bopongannya tanpa selimut mulai menggodanya. Dan dia nyaris yakin, kalau Amanda menyadari hal yang sama. Gadis itu antara sadar dan tidak saat dibopongnya ke rumah persembunyiannya ini.

Devin mendehem, mengambil kursi lalu duduk agak jauh dari Amanda.

“Aku di mana?” tanya Amanda beberapa saat setelah kecanggungan mulai mencair.

“Rumahku.”

“Rumahmu? Lalu Mansion Batista?” Sepasang mata almond dan bulu lentik Amanda berkedip. Dan Devin memaki dirinya, ketika dalam hatinya menggumam bahwa wanita yang sedang duduk di ranjangnya itu cantik. Membuat ada sesuatu yang terasa hangat mengalir pelan di dadanya.

“Itu milik ayahku.”

Amanda terdiam. Nama Andrew Chayton bukanlah nama yang setiap orang mendengarnya akan mengernyit karena tidak mengenal. Semua orang di kota ini sangat mengenal duda dermawan itu. Kegiatan amalnya tidak bisa dihitung dengan jemari sebelah tangan.  Namun baru kali ini Amanda tahu bahwa duda milyuner itu mempunyai seorang anak lelaki tampan. Bahkan sangat tampan di mata Amanda, karena dia hanya bersedekap dan menatapnya dari jauh, seolah menjaga kehormatan dan wibawa ayahnya. 

Sepasang mata tajam lelaki itu  tidak liar memindai dirinya.

Mengingat hal itu, membuatnya tertunduk dalam. Kejadian demi kejadian  yang berujung luka di tangannya adalah karena mata liar para lelaki.

“Siapa namamu?” tanya Devin, suaranya terdengar dalam.

“Aku? Amanda Harper,” sahut Amanda sembari mengernyit heran. Apakah lelaki ini mudah melupakan sebuah nama?

“Kau yakin?”

Amanda meraba kepalanya, lalu mengelus sendiri rambut coklat pekat sebahunya. Dia menyadari kalau ada yang sudah menyisir rambutnya.  “Kurasa aku tidak amnesia. Aku masih ingat kejadiannya.”

“Kalau begitu ceritakan semua padaku.”

“Haruskah? Semuanya?”

Devin mendengus pelan, kembali melipat tangan dan menyandarkan punggung di sandaran kursi kayu. Kursi itu berderak pelan. Kenapa anak pemilik dua perusahaan raksasa, hanya memiliki rumah kayu dengan perabot layaknya masyarakat kelas bawah? Ini semua mulai terasa aneh baginya. Dan Amanda berbisik dalam hati, bahwa dia tidak seharunya mempercayai siapapun, meski orang itu telah menyelamatkannya.

Penembakan itu sudah membuktikan, bahwa penegak hukumpun bisa berhati serigala.

“Kau meminta pertolongan padaku, memohon perlindungan. Aku, tidak ada kepentingan apapun denganmu. Jadi, bisa saja aku menyerahkanmu pada Komisaris Hoggart. Dia mencarimu ke Mansion Batista.”

Amanda memejam mata. Komisaris Hoggart. Nama yang sangat dihapalnya.

“David Hoggart.”

“Aku yakin kau mengenalnya?”

Amanda mengangguk pelan. “Aku akan menceritakan semuanya, tapi maukah kau berjanji?”

Devin mengendik bahu. “Tergantung. Aku orang bisnis. Aku tidak akan mengambil apapun yang akan merugikanku.”

Setelah meluncurkan kalimat itu, entah kenapa Devin merasa menyesal. Dia selalu ramah pada wanita, terutama yang dikenalnya. Pada Amanda Harper, dia harus menjaga sikap, meski setiap gerakan tubuh gadis itu, membuat desiran hangat di dadanya mengalir tanpa perintah. Membuatnya ingin menjauh dari gadis itu, tapi juga memaksa kakinya untuk mendekat.

Amanda menghela napas panjang. “Baiklah, toh tidak ada yang bisa menjamin keselamatanku. Meski seorang Chayton.”

Devin terdiam, merasa tersindir. Chayton memang dikenal dermawan dan suka membantu siapapun yang meminta bantuan. Andai orang-orang tahu apa pekerjaan kecil Devin, mereka pasti akan melempari Mansion Batista dengan batu. 

Tapi Devin tidak sembarangan bekerja sama dengan The Vow. Organisasi bawah tanah itu hanya menarget kriminal yang tak tersentuh hukum. Menghakimi mereka yang kebal dengan keputusan hakim di pengadilan. 

Untuk itu, setiap pekerjaan kecil adalah rahasia besar bagi pekerja kecil dan The Vow. Mereka menyebutnya sebagai pekerjaan kecil, untuk membuat psikologi para pekerja alias Vower melakukan tugasnya tanpa memikirkan yang lain. Seperti melempar botol bekas minuman ke tempat sampah, tepat sasaran dan setelah itu melupakan.

Apabila setiap tindakan pekerja menyebabkan terjerat hukum, maka tidak ada satupun yang bisa mengaitkannya dengan The Vow. 

“Chayton bukan polisi.” Devin menepis ingatannya akan pekerjaan kecil terakhirnya yang gagal.

“Kalian pelindung rakyat kecil, semua orang tahu itu.”

“Karena itu kamu menuju Mansion Batista?” selidik Devin.

Amanda menggeleng. “Aku tidak tahu kalau itu Mansion Batista. Aku hanya berlari hingga ada orang yang bisa kumintai pertolongan.”

Devin membuang muka ke arah tirai jendela yang dipermainkan angin. Cahaya terang dari luar sana, menerpa raut Amanda Harper, membuat wajahnya kelihatan semakin cerah. Sepertinya dia akan sembuh lebih cepat.

“Baiklah, kalau begitu ceritakan kejadiannya.”

Amanda menatap Devin yang juga sedang menatapnya. Dua pasang mata yang saling menyimpan rahasia. Baik Amanda maupun Devin merasakan aromanya di udara. Bahwa mereka harus saling percaya, dengan tetap menjaga rahasia. Meski itu artinya sama saja dengan tidak saling memercayai.

“Malam itu, aku sedang dikawal menuju tempat perlindungan saksi, atas jaminan Komisaris Hoggart. Tiga mobil, berangkat dari kantor David Hoggart, hendak menuju tempat perlindungan saksi yang aku tidak tahu di mana. Aku berada di mobil kedua. Mobil pertama dan ketiga adalah mobil polisi. Maksudku, aku yakin mereka polisi.”

“Lalu apa yang terjadi?”

Amanda menggeleng pelan. “Aku tidak tahu. Tiba-tiba ban mobil yang kutumpangi meletus. Setelah itu, tembakan-tembakan serasa memenuhi langit.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MY SECRET WIFE   84. Ulah Dua Anak

    "Bukankah aku sudah transfer kemarin?" bantah Levin di sambungan telepon."Itu untuk penyelidikan dalam kota Tuan Chayton. Dan kami menemukan petunjuk bahwa Bella Artwater pergi ke luar negeri."Levin terdiam. Ke luar negeri pasti membutuhkan lebih banyak lagi dana. Tidak hanya untuk melacak, tapi juga untuk membawa Bella pulang. Sedangkan dia tidak punya lagi uang simpanan. Beberapa orang yang dikerahkannya selalu meminta uang tambahan bila penyelidikan semakin berlanjut karena menemukan bukti baru.Levin tak ingin melibatkan polisi. Melaporkan istrinya telah menghilang di kantor polisi hanya akan mempermalukannya karena status mereka belum tercatat resmi di negara. Apalagi Cleve tak lagi menghendaki Bella bersama Levin. Hanya karena kesalahan yang menurutnya sangat sepele. Toh dia biasa meladeni wanita-wanita peng

  • MY SECRET WIFE   83. Sudah Menikah

    “Kau adalah satu-satunya orang yang tahu kalau aku sudah menikah.”Bella tercekat. Menatap Devin yang juga menatapnya dengan wajah berseri-seri dan pipi bersemu merah. Kepuasan dan kebahagian terpancar jelas di wajahnya. Mereka duduk berhadapan, di sebuah cafe dengan pemandangan menara Eiffel yang berselimut senja. Devin memintanya menunggu di sini, dan baru muncul dua jam kemudian.Pasti Devin masih menyelesaikan permainannya yang terhenti karena kedatangan Bella. Sementara Bella menanti di cafe, setelah mendapat pesan dari Devin untuk menunggunya di sana. Pesan yang dikirimkannya satu menit setelah lelaki itu menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Bella berdiri di seberang rumahnya seperti perempuan bodoh.“Siapa dia?”“Istr

  • MY SECRET WIFE   82. Patah Hati

    “Anda tidak akan percaya, Devin Chayton ada di Paris.” Bella tercekat, ludahnya terasa tertahan di kerongkongannya. Bagaimana mungkin Devin bisa ada di kota romantis itu? Kota idamannya yang akan dikunjunginya dengan lelaki pujaannya, Devin. “Bagaimana kau bisa menemukannya?” tanya Bella di sambungan telepon. Tangannya terasa gemetar dan dadanya serasa meledak, ketika mendengar kabar dari Detektif yang disewanya. Untuk mendapatkan Devin kembali, dia nekad melakukan apa saja, bahkan mengeluarkan uang tabungannya. Dia harus mendapatkan cinta Devin karena pada Levin dia tak lagi punya harapan. Meski sudah menyerahkan jiwa raganya pada bungsu Chayton, lelaki itu itu masih saja haus dan mereguknya dari wanita lain. Seolah Bella tak pernah bisa memuaskannya. Padahal setiap malam Bella selalu

  • MY SECRET WIFE   81. Maaf Yang Terlambat

    Untuk pertama kali dalam hidupnya, Andrew merasa hidup seorang diri. Makan malamnya sejak kepergian Devin, hanya ditemani Marcus. Dia meminta Marcus duduk di sebelahnya, bukan untuk melayaninya makan, tapi untuk makam malam bersamanya.“Sebentar lagi Tuan Levin pasti datang,” hibur Marcus, melihat gurat kecewa di wajah majikannya. Sudah hampir tengah malam, Levin belum juga memberi kabar apakah akan pulang ke Batista atau tidak. Sejak kepergok Marcus di cafe milik Bella, Marcus belum melihat Levin memasuki Batista hampir dua hari. Lelaki itu pasti disibukkan dengan memohon maaf pada Bella Artwater.Dan Andrew tak pernah menyebut nama Levin semenjak surat dari Devin datang. Lelaki sebaya Marcus itu diliputi kerinduan pada anak sulungnya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Kadang tanpa sadar dia menanyakan pada Marcus apakah Devin sudah pula

  • MY SECRET WIFE   80. Dua Chayton Berbeda

    Andrew meremas surat di tangannya. Dadanya terasa berat, sepertinya sesak napasnya akan kambuh. Marcus yang berada di sebelahnya, sudah melihat gelagat majikannya. Napas Andrew mulai pendek dan berat.“Saya ambilkan obat, Tuan?”Andrew menggeleng. Dia lalu melemparkan surat yang sudah diremasnya ke lantai. Marcus hanya melirik gumpalan kertas itu jatuh tak berdaya. Masih bagus Andrew tidak merobeknya, jadi dia bisa menyimpan surat itu nanti. Biasanya Andrew akan mencari surat itu lagi bila hati dan kepalanya sudah dingin.“Mana Levin?”Marcus menelan ludah. Pertanyaan tentang Levin adalah soal yang paling sulit untuk dijawab. Marcus tidak ingin anak itu menjadi sasaran kemarahan ayahnya lagi. Lagipula dengan dimarahi, tidak akan membuat Levin menj

  • MY SECRET WIFE   79. Polisi dan Pembunuh Bayaran

    Devin tak melepas sedetik pun tangan istrinya. Meski Beverly berjanji untuk tidak melepaskan diri, namun kini Devin bukan lagi orang yang sama dengan dua puluh empat jam sebelumnya. Kini mereka sama-sama tahu bahwa pasangan mereka adalah orang yang diberi tugas untuk membunuh pasangannya.Bukan hal yang mudah bagi keduanya kini untuk membangun rasa saling percaya, meski setelah semua rahasia itu terbongkar, napas dan kulit mereka menyatu berbalur peluh. Baik Devin maupun Beverly tak hendak menanyakan apakah masih ada cinta di dada mereka masing-masing setelah apa yang terjadi. Bahwa mereka telah saling mengejar untuk saling membunuh–demi sebuah tugas dari organisasi tempat mereka bernaung.Kapal yang ditumpangi keduanya sudah memasuki perairan lepas dan mereka kini bebas hendak pergi ke manapun. Meski yakin para polisi pasti akan memburu bahkan mungkin me

  • MY SECRET WIFE   78. Devin dan Pelayannya

    Wajah Andrew mengerut, menampakkan usianya yang semakin renta. Ditambah dengan kemarahan yang tampak berusaha ditahannya. Napasnya tak lagi sesak, tapi semua orang bisa melihat lelaki yang masih tampak gagah di usianya itu, mengepal kedua tangan hingga gemetar. Marcus menarik lengan Levin, menyuruhnya menyingkir, masuk ke dalam kamar. Semula Levin menolak. Dia ingin menikmati momen di mana akhirnya Devin berhasil membuat Andrew Chayton murka. Selama ini, hanya Levin yang selalu berulah, membuat Mansion Batista berkali-kali heboh, kisruh dan pusing tujuh keliling. Kini giliran Devin, begitu mudahnya terkuak di depan semua orang. Dan tanpa ada yang bersangkutan hadir untuk membela diri. “Sejak kapan kau tahu, Irene? Apa yang sudah mereka lakukan?” tanya Andrew, sembari melangkah mendekati Irene, mengesampingk

  • MY SECRET WIFE   77. Rahasia Devin

    Mansion Batista bangun sebelum waktunya. Para pelayan dikumpulkan di halaman oleh polisi, dan Irene menjadi orang yang paling sibuk. Semua pelayan diinterogasi, membuat suasana dini hari menjadi sangat kacau, karena mereka terpaksa dibangunkan oleh suara tembakan.Andrew berada di ruang kerjanya, mengenakan piyama. Duduk di kursi dengan kening berkerut. Polisi telah mengganggu istirahatnya, dan itu artinya harus ada harga yang harus dibayar. Mereka telah masuk dengan paksa dan membuat Andrew benar-benar marah.Komisaris berdiri di hadapannya dengan beberapa anak buahnya.“Kalian telah mengusik mansionku, tanpa seijinku!” sergah Andrew dengan nada meninggi, dan Marcus terpaksa menyentuh bahu majikannya, berusaha agar Andrew lebih tenang. Bagaimana tidak, Komisaris baru pengganti Komisaris Ho

  • MY SECRET WIFE   76. Kau Milikku

    “Berapa orang yang diperlukan untuk menangkap Devin Chayton?” gumam Devin, sembari merunduk di balik sebongkah batu. Cahaya senter tak satupun mengenainya. Para pengejar telah melewatinya, membuat Devin bisa beristirahat sejenak. Namun tak lama kemudian, terdengar langkah mendekat. Devin mengintip dari balik batu, dan dia mengenali gestur dalam kegelapan–yang rupanya ketinggalan jauh dari teman-temannya. Saat gestur itu mendekat, Devin langsung melompat dan menyergapnya. Mereka berdua jatuh terguling-guling, dan semakin terguling-guling karena ternyata berada di lereng bahu sungai. Seingat Devin, sungai ini sudah lama kering karena hulunya sudah dibuntu. Orang yang berhasil ditangkapnya, hanya mengerang kesakitan dalam pelukannya saat mereka akhirnya terbanting dan sama-sama terkapar di dasar sungai yang dipenuhi daun kering.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status