Share

13. Sambutan Hangat

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-22 11:27:24

Setelah menyusui Elhan di kamar yang disediakan, Mariana akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap bayi kecil itu yang kembali tertidur pulas dalam dekapannya. Kehangatan yang menyelimuti kamar ini memberikan sedikit ketenangan bagi pikirannya yang masih kacau.

Namun, ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Mariana menoleh, lalu bangkit perlahan dan membuka pintu.

Seorang ART muda berdiri di ambang pintu dengan senyum lembut. “Bu, orang tua Tuan Nate baru saja tiba. Mereka ingin bertemu dengan Anda.”

Mariana menegang sejenak. Ia tahu tentang orang tua Nate, dan selama bersahabat dengan Bella, ia beberapa kali bertemu mereka di acara keluarga. Kedua orang tua pria itu adalah sosok yang ramah dan menyenangkan, tetapi kali ini situasinya berbeda.

Mengambil napas dalam, Mariana mengangguk. “Aku akan segera keluar.”

ART muda itu tersenyum dan beranjak pergi, sementara Mariana mengalihkan pandangannya ke Elhan yang masih terlelap. Ia meletakkan bayi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   14. Hinaan dari Keluarga Mantan Suami

    Suara alarm berbunyi memecah keheningan pagi. Mariana mengerjapkan mata, butuh beberapa detik untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang masuk melalui celah tirai. Hal pertama yang menyambutnya adalah pemandangan Elhan yang tertidur pulas di sampingnya.Senyum lembut terbit di wajah Mariana. Tangannya terulur membelai pipi Elhan dengan hati-hati. Mariana takut mengganggu tidur bayi kecil itu dan berakhir membangungkannya.“Kamu tidur nyenyak sekali, ya?” bisiknya pelan seraya tersenyum lembut.Mariana ingin berlama-lama memandangi bayi lucu itu. Namun ia sadar pagi telah menunggunya, jadi dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia turun dari ranjang agar tidak membangunkan Elhan.Setelah menyelimuti bayi kecil itu dengan lebih rapat, Mariana melangkah menuju kamar mandi. Air hangat yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan yang begitu nyaman, membantunya mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata.Tak lama, ia keluar dengan pakaian sederhana—blus berwarna senada

    Last Updated : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   15. Bianca Hamil

    Begitu memasuki gedung spa, aroma lembut lavender dan melati langsung menyambut indra penciuman Mariana. Cahaya temaram serta alunan musik instrumental yang menenangkan seharusnya bisa membuat siapa pun merasa lebih rileks, tapi Mariana masih merasakan ketegangan dalam tubuhnya. Pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata pedas dari ibu Bara.Arsita—ibu Nate—yang sejak tadi memperhatikannya, segera menggenggam tangan Mariana dengan lembut. “Sayang, kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.Mariana tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegundahannya. “Aku nggak apa-apa, Tante.”Namun, Arsita sama sekali tidak percaya. Kegundahan Mariana tercetak jelas di wajah cantiknya, untuk itu ia menepuk punggung tangan Mariana dengan lembut dan berkata,“Tante tahu pertemuan tadi pasti tidak menyenangkan untukmu. Tante juga tahu kamu wanita yang kuat, tapi tidak apa-apa kalau sesekali merasa terluka. Jangan dipendam sendiri.”Mariana terdiam sejenak. Ia bisa merasakan ketulusan dalam nada suar

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   16. Meminta Restu Mariana

    Mariana melangkah masuk ke rumah orang tuanya dengan perasaan berat. Udara di dalam rumah terasa dingin. Hatinya sudah cukup terluka sejak mengetahui Bianca hamil, tapi kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang mungkin lebih menyakitkan.Di ruang tengah, ibunya duduk di sofa dengan mata sembab, sementara ayahnya hanya diam dengan ekspresi datar. Mariana menelan ludah, menyadari bahwa kedatangannya pasti bukan tanpa alasan serius.“Duduklah, Mariana,” suara ibunya terdengar serak, seperti habis menangis cukup lama.Mariana menuruti, ia duduk di ujung sofa dengan tubuh tegang. Ia menunggu, tapi tidak ada yang langsung berbicara. Hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka beberapa saat.Akhirnya, ibunya menghela napas panjang sebelum berkata, “Kami ingin meminta izinmu untuk menikahkan Bianca dengan Bara.”Mariana merasa seperti dihantam sesuatu di dadanya. Napasnya tercekat, tubuhnya mendadak dingin, dan dunia di sekelilingnya terasa berputar lebih cepat. Ia sudah menduga sesuatu ya

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   17. Harga Sebuah Pengkhianatan

    Mariana masih menggendong Elhan ketika Nadia berdiri dari kursinya. “Saya akan meminta Bi Imah menyiapkan minuman hangat untuk Anda, Bu. Mau teh atau cokelat panas?”Mariana menggeleng. “Tidak perlu repot-repot, Nadia. Terima kasih atas perhatianmu.”Nadia tersenyum kecil. “Bukan repot. Anda kelihatan lelah, Bu.”Mariana hanya diam. Ia tidak bisa membantah, meskipun rasa lelah yang ia rasakan bukan sekadar di fisiknya. Saat Nadia melangkah pergi ke dapur, Mariana menunduk menatap wajah tenang Elhan yang terlelap dalam pelukannya.Kehangatan tubuh bayi itu sedikit meredakan gejolak dalam hatinya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kenyataan pahit yang baru saja ia terima.Ia harus menerima bahwa keluarganya memilih Bianca. Bahwa mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaannya selama masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan.Mariana menghela napas panjang, mencoba menekan emosi yang masih berkecamuk di dadanya.Ia ingin pergi. Ia ingin melepaskan semuanya. Tapi ia tahu itu tidak m

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   18. Stress and Nightmare

    Mariana baru saja kembali ke kediaman Nate. Begitu melewati ambang pintu, langkahnya tertatih dan wajahnya pucat pasi. Tanpa suara, ia masuk ke kamarnya, menutup pintu perlahan lalu merosot ke ranjang.Tubuhnya terasa menggigil. Mariana meraih selimut lalu menutupi hampir seluruh tubuhnya. Namun, rasa dingin itu tidak juga pergi.Ketika waktu makan malam tiba, Mariana tidak juga keluar dari kamarnya.Nate yang sedang menikmati makan malamnya, melirik ke arah kursi yang kosong. Dahi pria itu berkerut. “Bi Imah, Mariana belum turun?” tanyanya.Bi Imah yang baru saja meletakkan mangkuk sup di hadapan Nate segera menoleh. “Sepertinya belum, Tuan.”Rasa tidak nyaman menyelinap dalam benak Nate. “Tolong periksa keadaannya.”Tanpa membuang waktu, Bi Imah segera menuju kamar Mariana. Ia mengetuk pintu dengan pelan.“Bu Mariana?”Tidak ada jawaban. Setelah menunggu beberapa saat, ia mendorong pintu yang ternyata tidak dikunci.Begitu masuk, Bi Imah menemukan Mariana meringkuk di ranjang, wajah

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   19. Sidang Perceraian: Pertama

    Suasana ruang sidang terasa tegang. Mariana duduk dengan tenang, sementara di seberangnya, Bara terlihat gelisah meski berusaha bersikap arogan. Ratna—ibu Mariana—hadir sebagai saksi dan duduk di sisi Mariana.Hakim mengetukkan palu pertama. “Sidang perceraian antara Saudara Bara Mahesa dan Saudari Mariana Cempaka dimulai. Berdasarkan berkas yang diajukan, pemohon, yaitu Saudari Mariana Cempaka, mengajukan gugatan cerai setelah tergugat menjatuhkan talak tiga. Apakah ini benar?”Mariana mengangguk. “Benar, Yang Mulia.”Bara langsung menyela, suaranya keras. “Tapi saya tidak ingin bercerai, Yang Mulia!”Mariana menoleh dengan ekspresi tajam, jemarinya yang terlipat di pangkuannya mengepal halus, menahan perasaan yang bergolak di dalam dadanya. “Kamu sudah menalak aku tiga kali, Bara.”“Itu hanya karena emosi!” Bara membantah dengan penuh keyakinan. “Saya tidak benar-benar menginginkannya! Itu tidak seharusnya dihitung!”Hakim menatap Bara dengan tegas. “Saudara Bara, dalam hukum yang b

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   20. Jangan Menanggung Semuanya Sendirian

    Mariana menatap lama batu nisan bertuliskan nama anaknya itu. Tatapannya kosong, tapi di dalam dirinya, ribuan emosi berkecamuk tanpa henti. Semakin lama ia duduk di sana, semakin dalam kerinduan terhadap mendiang anaknya menggerogoti hatinya.Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Jantungnya berdetak sangat cepat, kepalanya terasa ringan dan berputar-putar. Ia mencoba menarik napas panjang. Mariana bangkit perlahan, menyadari bahwa jika ia tetap di sini, tubuhnya akan tumbang cepat atau lambat.“Mama pulang dulu ya, Nak. Nanti Mama datang lagi,” gumamnya sebelum berbalik.Namun baru beberapa langkah, rasa pusing itu semakin menjadi. Kakinya lemas, dunianya seolah miring. Mariana kehilangan keseimbangan. Dalam sekejap, seseorang dengan sigap menangkap tubuhnya dan menopangnya dengan kokoh.“Aku mengerti kalau kamu merindukan anakmu, tapi jangan memaksakan diri seperti ini.”Suara itu. Mariana mengenalnya dengan baik. Tanpa menoleh pun, ia sudah tahu siapa yang tengah menopangny

    Last Updated : 2025-03-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   21. Di Antara Ancaman dan Kehangatan

    Tepat saat Mariana dan Nate hendak masuk ke mobil setelah selesai makan siang, suara dering ponsel menahan langkah wanita itu di depan pintu mobil. Dengan santai, Mariana meraih ponselnya yang tersimpan di dalam tas. Namun, ekspresi wajahnya langsung berubah ketika melihat nama yang terpampang di layar.Mariana mendesah pendek, lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sebelum sempat membuka pintu mobil. Namun rupanya penelepon itu tidak menyerah. Ponsel Mariana kembali berdering, menampilkan panggilan masuk dari orang yang sama.Dengan gerakan cepat, Mariana meraih ponselnya lagi dan langsung mematikan daya. Sebelum layar benar-benar padam, ia sempat melihat sebuah pesan singkat masuk.[Kamu harus bicara denganku. Ini penting!]Mariana menggigit bibirnya, tetapi tetap memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas tanpa niat membaca lebih lanjut. Apa pun yang dianggap penting oleh Bianca, itu bukan urusannya lagi. Tidak setelah pertemuan mereka di kafe beberapa waktu lalu.“Kenapa ti

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   95. Brutal

    Sudah lewat pukul delapan malam, kantor pusat Adikara Global Energy nyaris sepenuhnya sunyi. Mariana duduk di balik meja kerjanya dengan mata yang mulai terasa berat. Di hadapannya terbuka beberapa berkas cetak dan laptop yang menampilkan file dokumen.Ia sedang menyusun laporan triwulan internal—ringkasan kegiatan CEO, agenda kerja yang telah dijalankan, serta tindak lanjut dari hasil rapat sebelumnya. Laporan itu harus diserahkan esok pagi ke bagian dewan komisaris.Deadline-nya sebenarnya minggu depan, tapi tadi siang, sekretaris komisaris mendadak memberi tahu bahwa jadwal rapat dimajukan. Mariana tidak punya pilihan selain menyelesaikannya malam itu juga.Ia tidak memberi tahu Nate. Pertama, karena pria itu sedang mengurus penyelidikan yang menyita pikirannya. Kedua, karena Mariana tahu Nate pasti tidak akan membiarkannya lembur sendirian jika tahu. Dan Mariana tidak ingin membebani kekasihnya lebih dari ini.Ia menarik napas dalam-dalam, memijit pelipis yang mulai berdenyut. Lamp

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   94. Firasat dan Fakta

    Beberapa waktu telah berlalu sejak insiden tabrak lari Armand—ayah Mariana. Pria itu akhirnya diperbolehkan pulang setelah kondisi fisiknya dinyatakan stabil. Meski masih harus menjalani rawat jalan dan banyak beristirahat, Mariana dan Ratna akhirnya bisa bernapas lega.Namun tidak dengan rasa was-was yang terus menghantui Mariana.Mariana belum memberi tahu Nate tentang pesan-pesan ancaman yang ia terima. Ia memilih diam. Bukan karena tidak percaya pada pria itu, tapi karena tidak ingin membebani Nate, apalagi dalam kondisi seperti ini.Namun malam itu, segalanya terungkap secara tidak sengaja.Nate tengah memeriksa laporan proyek di ruang kerjanya ketika Mariana masuk untuk mengantarkan kopi. Tapi sebuah suara notifikasi membuat Mariana berhenti melangkah. Ponselnya yang tergeletak di meja kerja Nate tiba-tiba menyala.Nate tidak berniat mengintip, tetapi matanya secara refleks menangkap kata yang sangat mencolok di layar.[Kamu belum juga menurut. Bersiaplah kehilangan yang lain.]

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   93. Tinggalkan Nathaniel

    Bianca mendekat dan berhenti tepat di samping ibunya. Tatapannya sempat melirik ke arah Nate sejenak, lalu ia menyapa pria itu dengan nada sopan. Namun tak sekalipun ia menoleh pada Mariana, seolah kakaknya itu tak pernah ada di sana.Mariana tidak mempermasalahkan sikap dingin itu. Ia sudah terlalu lelah untuk peduli. Justru Nate-lah yang terlihat menahan kekesalannya.Nate melirik Bianca singkat, sorot matanya tajam, tetapi memilih diam demi menghormati situasi.“Gimana kondisi Ayah?” tanya Bianca.Ratna tersenyum tipis. “Sudah membaik. Kata dokter, kemungkinan besar ayahmu akan segera sadar. Tanda-tandanya positif.”“Syukurlah,” ucap Bianca singkat, kemudian duduk di kursi bersama Ratna.Suasana sempat hening beberapa saat. Bianca tampak sibuk membuka ponselnya, sementara Ratna mengelus punggung tangannya pelan-pelan. Melihat keadaan itu, Nate menoleh pada Mariana.“Kita cari sarapan dulu, ya?” ajaknya lembut.Ratna yang tak sengaja mendengar hal itu langsung menimpali. Ia mengarah

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   92. ICU

    Belum genap dua menit sejak pesan itu terkirim, ponsel Mariana berdering. Nama Nathaniel Adikara terpampang jelas di layar.Mariana menarik napas panjang sebelum menjawab. “Halo…?”“Moonie,” suara Nate terdengar rendah namun tajam, penuh kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. “Kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit,” jawab Mariana lirih. Suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh emosi yang kembali menyeruak ke permukaan. “Ayah di ICU. Belum sadar.”“Rumah sakit mana?” tanya Nate cepat.“Rumah Sakit Sehat Bahagia.”“Aku ke sana sekarang.”“Nathaniel—”“Aku akan ke sana sekarang,” ulang Nate, tak memberi ruang untuk sanggahan. “Tunggu aku, Moonie.”Panggilan berakhir tanpa Mariana sempat menolak. Ia menatap layar ponsel yang kembali gelap, lalu menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara jemari. Bagian dari dirinya lega karena Nate akan datang. Tapi bagian lain masih bergulat dengan rasa takut, bahwa semua ini akan menyeretnya lebih jauh ke dalam pusaran kekacauan.Sekitar tiga puluh menit

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   91. Tabrak Lari

    Hari-hari berlalu, dan meskipun segala sesuatunya tampak normal, ada yang berbeda dalam diri Mariana. Nate bisa merasakan perubahan itu. Setiap kali mereka berinteraksi, seperti ada jarak yang terbentang di antara mereka.Mata sang kekasih yang biasanya cerah dan penuh semangat, kini lebih sering terlihat kosong.Pagi itu, di ruang makan yang tenang, Nate memandangi Mariana dengan seksama. Wanita itu duduk di seberangnya, memegang cangkir teh dengan kedua tangan sementara matanya terfokus pada taman di luar jendela.“Moonie,” suara Nate memecah keheningan yang sempat menggantung. “Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu tidak seperti biasanya. Kamu lebih banyak diam. Ada apa, Sayang?”Mariana menoleh pelan, terkejut. Dan untuk beberapa detik, ada kebisuan yang menggelayuti udara di sekitar mereka. Lalu dengan senyum yang hampir tak terlihat, Mariana menundukkan kepala dan mengaduk-aduk teh di dalam cangkirnya.“Aku cuma capek,” jawabnya lirih. Sebuah jawaban yang sudah Nate duga akan Mari

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   90. Celah

    Nate menatap mata Mariana cukup lama. Ia tahu Mariana tidak bodoh—wanita itu cukup peka membaca perubahan suasana. Tapi Nate juga tahu, terlalu cepat membagi informasi bisa berarti menambah beban yang tak perlu. “Tidak, aku tidak menyembunyikan apa-apa,” ujar Nate. Suaranya tenang, tapi hatinya berdebar kencang. Mariana menatap pria itu beberapa detik, seakan mencoba menerawang isi pikirannya. Namun akhirnya ia hanya mengangguk pelan. “Oke,” gumamnya singkat, lalu berbalik pergi. Begitu pintu tertutup, Nate mengembuskan napas panjang. Kepalanya tertunduk, tangannya mengepal di atas meja. Ia tahu ia harus menemukan pelaku secepat mungkin. Dan yang paling penting, ia harus menjaga Mariana tetap aman. Apapun caranya. Menjelang siang, suasana kantor perlahan mereda. Mariana duduk di pantry sambil memegang cangkir berisi teh hangat. Pandangannya menerawang ke jendela kaca yang menghadap ke luar. Namun pikirannya tidak benar-benar berada di sana. Ia kembali mengingat surat dan mawar hi

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya … hanya ….”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   88. Selama Kamu Percaya

    Arsita segera berdiri saat melihat Nate menggendong Mariana lalu mendudukkan wanita itu di kursinya. Wajah wanita paruh baya itu tampak terkejut sekaligus khawatir.“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas.Nate mendesah pelan. Raut wajahnya serius saat memandangi ibunya. Namun, belum sempat ia membuka suara untuk menjelaskan, Jeslyn buru-buru mendekat dan bersuara dengan cepat.“Tante, aku tidak sengaja menabrak Mbak Nana sampai dia terjatuh. Aku juga sudah minta maaf padanya. Tapi dia justru mengatakan kalau aku memang sengaja.” Jeslyn bersikap manis, wajahnya tampak dibuat-buat seolah diliputi penyesalan.Mendengar itu, Mariana tersenyum tipis. Ia sudah jenuh menghadapi orang bermuka dua seperti Jeslyn.“Benar. Aku memang bilang kamu sengaja,” ucap Mariana tenang. “Karena hanya orang buta atau orang yang menyimpan niat buruk yang bisa menabrak seseorang dari jarak sedekat itu.”“Mariana,” tegur Arsita pelan, wanita paruh baya itu terlihat tidak nyaman dengan ketegangan yang m

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status