Share

Part 21. Kemurkaan Abah

"Abah ...?"

"Rimar, kenapa? Tumben telepon Abah malam-malam?"

"Baaah ...?"

"Kenapa? Anak Abah nangis?"

Aku tak bisa menahan isak tangis yang disebabkan Mas Gio. Hatiku benar-benar seperti ditusuk ribuan jarum.

"Baah, Rimar mau pulang ...."

"Kenapa pulang? Tak betah di sana?"

"Rimar mau pulang saja, Abaaah ...." Air mataku terus berderai. Aku berbaring dengan posisi miring dengan ponsel di antara telinga dan bantal.

"Ya sudah, Rimar di mana sekarang? Abah jemput ke rumah si Gio itu, ya?"

"Rimar ... Rimar di rumah sakit, Bah."

"Astaghfirullahal'adzhiim!" Suara Abah memekakkan telinga. "Kenapa di rumah sakit?! Siapa yang bikin anak Abah dirawat di sana?!"

"Dokterlah, Baah."

"Terus si Gio ke mana?"

"Hm ...?"

"Tuh, kan! Pasti gara-gara anak gila itu. Sudah, sekarang Abah jemput ke rumah sakit, ya?"

"Iya, Bah."

Aku terpaksa melepas jarum infus yang menempel di lengan walau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status