Mengandung Bayi Bos

Mengandung Bayi Bos

By:  Zidney Aghnia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings
49Chapters
22.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Marimar seorang gadis pegawai hotel. Hidupnya harus berubah drastis karena seorang lelaki yang tak dikenalnya. Sampai akhirnya, ia harus mengandung anak di luar pernikahan. Saat ia mencari lelaki yang tak bertanggung jawab itu, ia harus mengetahui bahwa lelaki itu bukanlah single. Melainkan seorang suami dari wanita lain. Bagaimana masa depan Rimar? Akankah ia memberitahu kepada ayah dari janin yang dikandungnya?

View More
Mengandung Bayi Bos Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Desma Limb
asyikk, Marimar menang banyak nih...
2022-03-27 18:59:58
0
user avatar
Amih Lilis
dari blurbnya aja udah keren nih cerita. langsung jatuh hati pada pandangan pertama...
2022-03-27 18:04:04
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-02-02 13:23:16
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Semangat, Beib ....
2021-10-23 06:57:18
1
user avatar
Cynthia ES
Marimaarrr aku mendukungmu. Semangat thor
2021-10-15 14:41:16
1
49 Chapters
Part 1 - Diusir Abah
 Plak! Sebuah tamparan keras dari tangan seorang ayah mendarat di pipiku. Membuat pipi ini panas rasanya. Rambutku berantakan dan penglihatanku gelap rasanya. Aku menundukkan kepala karena bulir bening mulai menetes sampai suara isakanku mungkin terdengar oleh Abah. Aku takut akan kemarahan Abah, belum lagi emosi Bang Umar yang kadang bisa melebihi Abah saat kemarahannya memuncak. “Testpack siapa ini?!” Aku bergeming saat ditanya Abah. “Jawab, Rimar! Dengan siapa kamu melakukannya?!” Abah mengguncangkan bahuku, tetapi aku hanya menggeleng karena aku benar-benar tidak tahu siapa dia. “Mana ada orang hamil tidak tahu bapaknya! Memangnya, kamu tidur dengan banyak lelaki?” pekik Ayah. “Ri-rimar, ti-tidak tahu, Bah. Rimar … benar-benar
Read more
Part 2 - Tuan Gila
Aku berjalan dari rumah hendak menuju hotel tempatku bekerja. Kebetulan hari ini matahari sangat terik. Jadi, sebelum naik angkutan umum, aku berjalan pelan sambil mengeringkan baju. Sesekali pula, aku mengusap perut yang di dalam rahim sini terdapat kehidupan yang tak kuharapkan. Aku berpikir berkali-kali. Apakah aku akan menyelamatkan anak ini atau menggugurkannya saja? Aku merogoh kantong celana. Syukurlah ... aku membawa ponsel dan uang yang tak seberapa. Sesampainya di hotel, aku segera menghampiri Mbak Prita, seorang receptionist. "Mbak ...." "Oh, selamat siang, Rimar. Kamu tidak kerja?" "Aku libur hari ini." "Ada yang bisa kubantu?" "Mbak, aku bisa lihat daftar tamu di tanggal 28 Mei?" "Maaf, Rimar. Tapi
Read more
Part 3 - Surat Kontrak
Deg! A-apa jangan-jangan, wanita yang keluar dari rumahnya tadi itu, istrinya? Bukan adiknya? Atau kakaknya? "Saya tidak mau tahu. Pokoknya, Tuan harus bertanggung jawab dengan menikahi saya. Kalau tidak, saya akan memberitahu istri Anda." "Kamu mengancam saya?!" "Ya. Memang kenapa? Anda takut?" "Bukannya ta—" Ucapannya terhenti ketika suara telepon genggamku yang bernada dering "Ayat Kursi" memekakkan telinga. "Kenapa berhenti bicara? Panas?" Aku menghardiknya. Lalu, kujawab panggilan telepon yang ternyata dari Abah. "Assalamu'alaikum, Abah." Aku memelankan suara, berpura-pura sedih. "Rimaaar. Kamu di mana?" teriak Abah di ujung saluran telepon. Abah penasaran juga. Dia pasti mengkhawatirkanku. 
Read more
Part 4 - Pernikahan Kontrak
Bruak!Aku membuka mata perlahan. Gelap. Aku beberapa kali mengerjapkan mata mencoba memperjelas pandangan. Sebuah lampu di atas eternit tepat menyorot mataku.Aku memperhatikan sekeliling, banyak orang berlalu lalang memakai seragam putih bersih. Ada ramai-ramai di ruangan sebelah kiriku. Di mana aku?"Mbak, sudah sadar? Dook ...." Seorang wanita yang sedang duduk di samping dan menyapaku, lalu dia berdiri memanggil seorang dokter. Siapa dia? Sepertinya aku pernah melihatnya."Aku ... di mana?" tanyaku lirih sambil memegang lengannya. Dia pun menoleh."Mbak di rumah sakit. Tadi Mbak pingsan di depan meja saya.""Mbak siapa?" Aku bertanya sambil memegang kening yang masih terasa nyut-nyutan."Saya Starla, sekretarisnya Pak Sergio, Mbak.""Ooh ... istrinya Virgoun, ya?"Si Mbak Starla malah terkekeh. "Saya belum menikah, Mbak.""Selamat sore." Seorang d
Read more
Part 5 - Satu Atap Dengan Istri Pertama
"Dia siapa, Sayang?""Duduklah. Aku akan memperkenalkannya."Wanita dengan dress panjang rumahan dan modis itu kembali duduk setelah mengecup pipi Mas Gio. Aah, silakan saja. Aku tak akan cemburu sedikit pun."Perhatian, tolong dengarkan semuanya." Suara Mas Gio tampak berat dan jantan."Dia siapa, Kak? Pembantu baru, ya?" celetuk seorang gadis yang paling muda di antara yang lainnya.Enak saja aku dibilang pembantu. Walaupun penampakanku memang terlihat jauh dari apa yang ditampakkan mereka. Setidaknya, jangan melihat orang dari penampilan. Lagi pula, aku tidak jelek-jelek amat, hanya kekurangan polesan cushion bermerk.Hmm, sepertinya, aku harus menyiapkan kelapangan hati saat tinggal di sini."Semuanya, perkenalkan. Ini Marimar, istri keduaku.""Apa? Dia siapa, Gio?" tanya wanita paruh baya dengan pakaian muslimah dan cantik."Ini ... istri kedua Gio, Ma,
Read more
Part 6 - Kecipratan
"Marimar,""Iya, Tuan."Pria berkumis tipis itu menarik kedua tanganku, mengusapnya dengan halus. Perlahan ia mengangkatnya, mendekatkannya, lalu mengecup tanganku seraya tersenyum simpul. Aku tersipu.Di sebuah meja makan bundar dalam sebuah restoran mewah dengan dekorasi berwarna emas, kami duduk menanti pesanan. Tak ada siapa pun di sana selain para pegawai restoran karena tempat itu khusus di-booking olehnya.Ia menarik kursi yang aku duduki sampai berada persis di sampingnya. Lengannya melingkari pinggang mungilku. Hmm, jantung rasanya bertalu-talu dengan keras.Aku duduk malu-malu dalam sandaran dadanya yang berbentuk seperti bar cokelat. Ia mengangkat daguku lima sentimeter ke atas. Aku segera menunduk malu karena pandangan kami saling berpautan."Silakan dinikmati hidangannya, Tuan dan Nyonya Sergio." Para pelayan bergegas pergi setelah menyapa kami dan meletakkan banyak sekali menu di atas
Read more
Bab 7 - Rencana Busuk Mbak Sari
"Kamu tidak usah sok suci di rumah ini! Karena kamu tidak lebih dari benalu!"Ucapannya itu membuat hatiku memanas. Aku menatapnya dan semakin membuat rasa mualku memuncak sampai akhirnya tak bisa kutahan lagi."Aaaaaaaaaakkkkkkkhhh ...." Mbak Sari berteriak kaget.Ia melonjak kaget dan membulatkan matanya penuh. Kulihat, wajahnya pelan-pelan menoleh ke arahku. Penuh emosi yang tersulut. Memang hanya dia yang emosi? Salah siapa memancing macan hamil?"Ma-maaf—""Kamu ...?!"Plak!Pipiku mendapat cap tangannya dengan keras. Lebih keras daripada tamparannya Abah beberapa waktu lalu, tetapi hatiku lebih sakit mendengar kata-katanya sepagian itu."Maaf, Mbak. Saya ... saya tidak sengaja.""Dasar wanita kotor! Kamu benar-benar menjijikan, tau!" pekiknya."Maaf, Mbak. Itu ... itu keluar begitu saja." Aku menyeka aliran air yang hendak keluar dari ekor mata. Aku berinisiatif
Read more
Bab 8. Terjatuh di Tangga
Ojek online yang kusewa berhenti di depan rumah megah berlantai dua. Aku segera turun dan lekas membayar tunai jasanya, kemudian berjalan pelan sambil memandangi rumah di depanku.Seakan masih tak percaya jika aku menjadi bagian dari keluarga pemilik rumah ini. Apalagi bermimpi menjadi seorang madu, tak pernah terlintas sedikit pun.Di teras rumah, aku melihat Bi Yuna sedang menyapu. Ia langsung menghampiri begitu menyadari kepulanganku."Nyonya, tadi Nyonya besar menitip pesan agar Nyonya Rimar menemuinya di kamar kalau sudah pulang.""Baik, Bi. Terima kasih, ya. Saya permisi masuk dulu."Mama pasti mau membicarakan hal yang tadi pagi disampaikannya. Aku masuk ke kamar untuk bersih-bersih sebelum menemui mamanya Mas Gio. Setelah selesai, aku segera melangkah menuju kamar yang terletak di lantai atas.Lantai dua hanya dihuni oleh mamanya Mas Gio dan Lisa—adiknya. Sebelum menaiki tangga, Mbak S
Read more
Bab 9. Playing Victim
Jangan lupa subscribe & rate bintang 5 ya 😇____________________________________________Aku bisa pulang setelah menginap selama semalam di rumah sakit. Dokter bilang, aku tidak diperbolehkan bekerja selama seminggu. Baiklah, aku bisa sedikit bersantai.Mas Gio keluar dari mobil begitu saja tanpa menungguku. Jadi, aku harus jalan sendiri ke dalam, begitu? Padahal, aku membayangkan kalau Mas Gio membopongku seperti kemarin atau minimal memegang tanganku sampai kamar."Istirahatlah," ketusnya."Tuan, mau ke mana?""Saya harus bekerja. Emh ... hati-hati dengan kehamilanmu," sahutnya sambil menggaruk dahi yang tidak gatal, kemudian dia berlalu meninggalkanku sendirian di kamar yang luas. Kamar dengan dekorasi yang elegan.Tidak adakah sedikit perasaan ingin menemaniku di kamar? Aku ini sedang mengandung anaknya. Aku butuh perhatian khusus dari seseorang.Aku terkejut ketika ponselku berdering ker
Read more
Bab 10. Pertemuan Rahasia Mbak Sari
"Apa yang Mbak pasang di situ?" Aku menunjuk perutnya, "sampai Mbak tidak bisa hamil?" Mbak Sari membulatkan mata dengan sempurna. Dia tercengang karena ucapanku yang pasti tak akan disangkanya. "Kamu? Jangan bicara sembarangan, ya!"  "Tentang apa? IUD?" Aku menantangnya. Terlintas di pikiranku kalau hanya IUD yang bisa mencegah kehamilan tanpa diketahui siapa pun. "IUD atau apalah itu. Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan." Dia menjawabnya dengan penuh percaya diri. "Emm ... baiklah." Terus saja seperti itu, Mbak. Aku akan mencari tahu apa yang kamu sembunyikan dan hiduplah dengan baik untuk saat ini. "Ada lagi yang mau dibicarakan? Kalau tidak, silakan keluar dari kamar ini. Dan ... terima kasih sudah membuat saya bisa beristirahat." Aku l
Read more
DMCA.com Protection Status