Home / All / My Boyfie is Wolf Alpha / Jeritan Di Tengah Malam

Share

My Boyfie is Wolf Alpha
My Boyfie is Wolf Alpha
Author: Nona_El

Jeritan Di Tengah Malam

Author: Nona_El
last update Last Updated: 2022-06-24 11:15:58

"Kamu tidak akan bisa lari dariku, Cantik. Mari kita nikmati malam ini dengan kentalnya darah segar. Ini adalah akhir dari hidupmu yang payah!" Sayup-sayup suara seorang pria dengan aksen dingin tapi menyeramkan, mengitari pendengaranku.

"Tolong, ada monster gila yang mengejarku!" teriakku sambil terus berlari, tanpa melihat arah mata angin.

Gelap. Hanya ada ketakutan di dalam arus nadi. Jantungku berpompa kencang, seakan ingin copot dari rongga dada. Aku tidak bisa mengingat dengan jelas, apa yang telah terjadi di beberapa menit sebelumnya. Pria itu menjadi sosok buas, penuh taring tajam bak serigala liar. Ya, hanya itu kilasan peristiwa terakhir, yang mampu kuingat sejauh ini.

Aku berulangkali jatuh-bangun di tanah becek penuh lumpur. Tak pernah kutoleh lagi sisi belakang di kegelapan itu. Pekatnya malam semakin memperbesar ketakutan di dalam diri. Rembulan di atas sana terlihat berwarna merah pekat. Tidak ada lagi awan gelap yang menutupi benda langit itu.

Aku membatin, "Apakah lelaki itu benar-benar Lucer? Kenapa dia berubah menjadi momok terseram di dalam hidupku? Oh Tuhan, aku benar-benar takut."

Setelah sekian lama berlarian di Hutan Valarie, aku memilih untuk bersembunyi di semak-belukar, dekat Sungai Caste. Memantau monster itu dari kejauhan, nyatanya tak membuahkan hasil. Bulan memang bersinar terang, tetapi entah mengapa pandanganku malah semakin kabur.

Sial! Lupophobiaku kambuh. Sesak yang ditimbulkan, serta bayangan-bayangan manusia serigala itu kembali lagi. Keringat dingin mulai membasahi baju tidurku yang bermotif putih, dengan desain stroberi lucu di sekitarnya. Aku menyesal. Andai saja aku tidak pernah akrab dengannya ....

"Percuma. Sejauh apa pun kita terpisah, aku pasti bisa menemukan keberadaanmu, Nona." Hembusan panas di belakangku, sontak membuatku menoleh.

"Ka ... kamu?" Bibirku kelu untuk mengucapkan kalimat selanjutnya. Napasku tersenggal-senggal. "Tidak, jangan muncul di depanku lagi!"

Seseorang atau mungkin bisa disebut monster berbulu abu-abu menyerupai manusia, berada dalam jarak yang cukup dekat denganku. Mata hitam pekat bak gulita malam, menatap tajam seakan menginterogasi diriku. Air liur yang menetes dari mulutnya yang menganga, semakin mempercepat pompaan darah ke jantungku.

Aku salah memilih tempat persembunyian. Kukira seekor manusia serigala tidak akan mengejar sampai ke sungai. Nyatanya, perspektifku salah besar. Mitos yang selama ini tak pernah kudengarkan, ternyata benar-benar ada di dunia nyata. Makhluk buas, musuh bebuyutan bangsa vampir, tengah mengejarku sebagai mangsa.

Di saat-saat terakhir, aku kembali teringat perkataan Chel–sahabatku. Beberapa hari belakangan, gadis bermata violet itu pernah berkata,

"Kota Aluna dihebohkan oleh potret viral di sosial media, yang diambil oleh salah satu wisatawan. Kamu tahu, kan, turis itu mengambil potret apa? Ya, manusia serigala yang terlihat di gua, ujung Hutan Valarie."

Bodohnya aku, yang saat itu malah mengacuhkan. Bahkan, menganggapnya membual dengan lisan cerewetnya itu. Aku yang keras kepala, benar-benar terlalu naif.

Sepotong kayu sedang yang berukuran cukup panjang, kuambil untuk melindungi diri. Setidaknya, jika aku mati, maka semuanya tak akan membuat malu; perlawanan tentunya akan dihargai sebagai dokumentasi publik. "Me ... menjauhlah, Monster!"

Berhadapan dengan ketakutan terbesar di dalam hidup, siapa yang menyangka hal yang tak terduga 'kan terjadi? Aku berusaha untuk mengantisipasi hal buruk, sambil bangkit perlahan dari dudukku. Kakiku membentuk kuda-kuda, bersiap untuk menendang dengan kekuatan penuh.

Werewolf itu mendelik beringas. Matanya seakan ingin keluar dari kelopaknya. Pemandangan di depanku semakin buram. Bayangan manusia serigala itu berubah menjadi dua. Phobia ... ketakutan itu membuatku tak berdaya.

Argh!

Tubuhku terpelanting cukup keras ke arah batu besar, di pinggiran Sungai Caste. Cakaran yang diberikan oleh pemangsa daging itu mengenai lengan kananku. Darah berwarna merah pekat keluar begitu saja. Kutahan perih yang mulai timbul.

Tenggelam. Air bening berwarna xabula itu membasahi seluruh pakaianku. Aku terbawa arus deras. Kakiku kram. Tubuhku tidak bisa bergerak. Latihan berenang yang diajarkan oleh ibu sewaktu kecil, ternyata tidak dapat diterapkan dalam situasi segenting itu.

"Tolong! Tolong! Tolong!" pekikku sekerasnya. Semoga saja, ada yang mendengar teriakan yang menyayat hati itu.

Tidak jauh dari tempatku terbawa aliran deras sungai, werewolf itu terlihat meringkukkan diri. Aku menyipitkan kedua mata, mencoba melihat lebih detail. Ya, Lucer seakan menanggung semacam kesakitan di dalam dirinya. Apakah dia mencoba menahan diri, agar tidak membunuhku?

Tanpa kusadari, aku hampir berada di dekat tumpahan air terjun. Aku panik. Kucoba menggapai bebatuan besar yang tertancap di tengah sungai. Sial! Bebatuan itu teramat licin. Aku kesulitan untuk mengendalikan posisi tubuh, saat terbawa arus air sungai yang terkenal, dengan air beku hijaunya itu.

Phobia yang telah menjadi bagian dari hidupku telah mengambil alih. Trauma semasa kecil karena cerita kakekku, akhirnya terjadi di masa remajaku yang singkat. Lupophobia–ketakutan berlebihan pada manusia serigala, kukambuh. Lebih sialnya lagi, obat penetralisir phobia akut itu lupa kubawa.

"Di dunia kita, mungkin tidak ada yang namanya manusia serigala. Tapi percayalah, mitos sebenarnya diambil dari beberapa kisah nyata, yang dibumbui sedikit fiksi. Margaret sayang, Cucu kesayangan Kakek, ingatlah satu hal, jika kamu bertemu dengan ketakutan terbesarmu, maka hadapilah bagaimana pun caranya kelak."

Aku pasrah pada kematian yang 'kan menjemput. Aku tidak bisa menetapi janjiku pada kakek. Tidak seorang pun harapannya dapat kupenuhi. Kelemahan di dalam diri, membuatku tidak bisa bergerak dari zona nyaman–lingkungan rumah yang memberi berbagai kemanjaan.

Napasku berat. Aku tidak lagi merasakan sakitnya jantung, yang berdetak terlalu kencang. Air sungai yang dingin itu pun sudah tidak terasa lagi. Kupejamkan mataku perlahan. Menikmati hidup yang tinggal menghitung detik, mungkin akan jauh lebih baik.

*

"Margaret, maaf, aku selalu terlambat mencintaimu. Sejujurnya, aku benar-benar tidak mau kehilangan lagi. Aku mohon, tetaplah bernapas untukku," bisik seseorang di telinga kiriku. Suara itu merupakan nada khas yang telah menjadi candu. Aku menyukai si pemilik suara cool idaman satu sekolah itu. Apakah itu memang suara miliknya?

Mataku membuka perlahan. Ketika semua tenagaku sudah terkumpul, aku pun bertanya, "Apakah aku sudah mati? Kenapa langit masih terlihat sama? Lucer, katakan, aku sekarang di mana?"

Pria yang mengenakan hoddie hitam polos, serta celana jeans berpadukan warna yang sama itu tersenyum. "Seharusnya kamu bangun dari mimpi burukmu itu lebih cepat, Margaret Phire."

Sontak aku pun terkejut. Kutolehkan kepala ke kanan-kiri. Kami berada di padang rumput ilalang yang menghampar luas. Bulan merah itu telah menghilang. Di langit, hanya ada gelapnya malam, serta banyaknya sebaran bintang terang. Apakah aku memang sedang bermimpi buruk, seperti yang dikatakan pria macho, di depanku itu?

"Ayo, kita harus pulang! Malam sudah semakin larut. Tidak baik bagimu berada di tengah Hutan Valarie seorang diri." Lucer yang dikenal tidak banyak bicara, malah terlihat seperti seseorang yang posesif. Apa yang sebenarnya dia takutkan?

Aku mencoba bangkit dengan satu tumpuan tangan. Alangkah terkejutnya diriku, ketika melihat cakaran panjang di lengan kananku. Baju tidur lengan panjangku telah sobek. Tidak, semua itu bukanlah kejadian yang ada di dalam bunga tidur. Aku tidak bermimpi, semua itu benar-benar nyata.

"Kenapa bengong? Kita harus pulang, Margaret. Jangan mimpi sambil berjalan lagi!" Lucer menarik tangan kiriku. Senyumnya yang langka menghilang sepenuhnya di balik tatapan datar itu.

"Nggak papa kok, Lucer. Hehehe. Iya, deh. Yuk, kita pulang." Di balik kekehan itu, aku sebenarnya mencoba untuk tidak terlihat tahu segalanya di depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Semoga Bahagia!

    Aluna Gold Empires adalah satu-satunya ibu kota di Negara Rais yang memiliki kristal Ergon–sebuah benda yang dapat membangkitkan tenaga mesin otomatis tanpa bahan bakar. Semenjak Presiden Gama naik jabatan, aku mendapatkan tugas penting untuk kemajuan AGE (Aluna Gold Empires). Kehidupanku sebagai ibu rumah tangga, sekaligus tangan kanan Tuan Gama, menjadikan hari-hariku dipenuhi dengan kesibukan."Bagaimana jika minum teh di Taman Swifolges? Sudah lama kita nggak ke sana, Yang." Suara di telepon terdengar memelas. "Aku akan ambil cuti besok," jawabku."Selamat anniversary yang ke-lima tahun, Sayang."Aku menyeka setetes air mata yang turun menggunakan telapak tangan. "Maaf aku selalu nggak di rumah untuk kamu, Lucer. Gara-gara aku, kamu jadi nggak bisa ke mana-mana.""Aku paham kok. Oh iya, sudah dulu, ya? Aku harus masak bubur untuk makan malam. Cepat pulang, Sayang. Aku selalu merindukanmu." "Lucer?" aku memanggilnya lembut. Suara di seberang sana menyahut, "Kenapa, Sayang? Kamu

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Hujan Meteor

    Dua tahun setelahnya. Penurunan Tuan N sebagai kepala negara telah disetujui oleh para menteri. Aku menyaksikan banyak berita tentangnya di berbagai media. Semenjak dua hari sebelumnya, koran-koran yang dijual hanya terfokus pada pergantian presiden. "Ret, kamu udah bisa ngendaliin semuanya, kan?" Chel meletakkan sebuah mahkota besar di puncak kepalaku.Walaupun ragu, aku tetap menjawab, "Iya, aku udah bisa kok, Chel. Udah, kamu nggak usah khawatir sama aku, oke?" "Berapa banyak yang kamu undang?" Frey membuka pintu dengan keras. Dia terlihat tergesa-gesa. "Ret, kamu ngundang berapa banyak tamu?"Aku lelah untuk mengatakan jawaban yang sama padanya. Bagaimana bisa dia menjadi seorang pelupa ketika telah memiliki satu anak? Haduh! Semakin tua ternyata indera vampir makin melemah."Pernikahan ini private, Frey. Aku cuma ngundang teman-teman kita, dan beberapa yang lain." Aku memakai selop kaca seperti milik Cinderella.Mereka saling bertatapan satu sama lain dalam durasi yang cukup l

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Kecelakaan

    Ban mobilku tidak dapat diubah ke arah kanan. Sepintas cahaya terang, lalu aku tidak ingat apa pun lagi. Semuanya berasa kabur."Margaret, kamu harus sadar, Nak!" Suara yang mirip dengan Bunda Thea membangunkanku dari mimpi indah."Bundaaa!" Secara refleks tubuhku bangkit dari tidur. Rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Ke mana cahaya itu? "Sayang, bunda udah nggak ada. Kamu lupa?" Tuan Robert yang berada di samping kembali menyadarkan tubuhku di ranjang."Aku melihat bunda, Yah. Dia yang bangunin Margaret dari mimpi indah. Padahal Margaret nggak mau pisah dari dia." Aku mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelumnya.Pria yang mengenakan kemeja hitam kesukaan Bunda Thea itu, hanya bisa menganggukkan kepalanya. Nampaknya dia sudah lelah mengurusiku, yang selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu."Ayah, aku kecelakaan, ya?" "Enggak, Nak."Aku sontak terkejut. "Kalo aku nggak kecelakaan, kenapa aku ada di sini? Aku cuma pingsan doang, ya, Yah?""Enggak, Nak.

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Cinta Lain

    Menjalani pendidikan yang jauh dari keluarga, teman, dan juga kekasih, banyak sekali cobaannya. Aku sampai kewalahan, lantaran selalu mendapat surat cinta dari senior. "Aku suka sama kamu, Phire. Kamu mau nggak nikah sama aku?" Aku akui Varo sosok pria pemberani. Cara dia mengungkapkan rasa sudah lebih dari pengombal handal. Namun bedanya, dia langsung to the points–mengajakku untuk membangun masa depan dalam ikatan."Aku sudah punya kekasih, Var. Maaf, aku nggak bisa," aku menolak seraya berterus-terang. "Lucer Ford udah nikah. Kamu belum tahu, ya?"Plak!Reflek aku pun menamparnya, karena sakit hati mendengar bualan pria blasteran di depanku. Sudah ditolak, malah membawa kabar aneh. Dasar buaya!"Phire, aku seriusan. Kamu lihat aja sendiri ke Aluna, kalo emang kamu nggak percaya sama aku," katanya sambil menahan pedih di pipi."Lucer itu orangnya setia. Mau kamu ngomong atau nyampein berita hoax sama aku, aku nggak peduli!" ketusku. "Gimana kalo dia emang udah ada yang lain? Kam

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Kuliah

    Perselingkuhan .... Mendengarnya saja aku sudah tidak mau, apalagi membahasnya. Hubungan di masa laluku–Kay, mengajarkan banyak hal berharga, dan juga tidak. Bertemu dengan pria yang tak cukup satu wanita adalah pelajaran hidup paling berkesan.Kalau kata Tuan Robert, selingkuh memiliki tiga elemen: dua sebagai pelaku, dan satunya korban. Namun, semakin banyaknya kelebihan diri, biasanya seseorang makin bertingkah. Mengapa bisa kukatakan seperti itu? Kadangkala satu pelaku, dan korbannya banyak–lebih dari satu.Kesempurnaan adalah tolak ukur bagi si pemuja fisik. Begitu pula dengan si korban yang merasa ia adalah "rumah". Hubungan dijalin pada sebuah komitmen semu. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, mereka adalah dua orang yang sama-sama memanfaatkan."Kamu melamun lagi, Ret. Bosan, ya?" Lucer memecah kefokusanku untuk membuat status di media sosial.Aku berdecak sebal, "Ck! Orang diam aja dibilang bosan. Aku bertingkah dibilang mau nyari yang lain. Kamu kenapa, sih?""Pusing, mikirin ke

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Terkuaknya Perselingkuhan

    "A apa!? Lu Lucer orang kaya yang hartanya nggak bakalan abis-abis?" Setelah mengucapkan pertanyaan tanpa harus dijawab itu, Lionel tidak sadarkan diri di lantai. Kak Regard menolong, lalu membawanya masuk ke dalam rumahku.Seisi tamu undangan heboh karena dia pingsan. Salah sendiri kenapa dia bertanya begitu. Toh, aku menjawab sesuai kenyataannya saja. Mau diberi tahu isi saldo Lucer pun dia mungkin takkan kuat. Gaji kepala sekolah menurutku lumayan besar, belum ditambah bonus keaktifan kerja. Lucer dan Regard hanya tinggal bertiga, dan bisa membeli apa pun. Kenapa orang kaya iri dengan kasta yang sama? "Kamu kenapa pake acara pingsan-pingsan segala, sih?" Reona memercikkan air dingin dari gelasnya ke wajah Lionel. Pria yang semula terbaring, begitu disiram keseluruhan barulah terbangun. Dia basah kuyup, termasuk sofaku. "Kok Lionel bisa pingsan? Gimana ceritanya?" Lucer yang tidak melihat kejadian, hanya bisa kebingungan mencari jawaban di antara gelak tawa."Tadi, kan, Si Marga

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Kerja Apa?

    Necia memberikan sesuatu yang tidak bisa kukembalikan. Apa yang ada di dalam sana membuatku menangis diam-diam. Hari sudah mulai pagi, aku harus cepat menyeka air mata di kedua pipi. Kotak yang berisi tentang harapan sedari kecil kututup kembali. Raja Harry adalah orang yang mudah bergaul. Namun, mungkin ayah lupa, jika Raja Oise pernah menolongnya, semasa perang besar terjadi. Berabad-abad lamanya, bangsa elf murni maupun campuran hidup berdampingan dengan banyak golongan. Wilayah Swifolges adalah tempat yang sangat kaya akan sumber daya, terutama bunga-bungaan. Oleh karena itulah, pertempuran besar terjadi.Ayahnya Raja Oise–Kakek Kenneth, memiliki reputasi baik di sejarah Swifolges, berbeda jauh dengan putranya. Jika saja waktu bisa diputar kembali ke kanan, mungkin Ratu Jingga akan menyesali keputusannya.Berbohong itu tidak baik. Menutupi kebohongan dengan kebohongan lain akan memperbanyak masalah. Kekuatan elf mampu menutupi aib. Ratu Jingga pernah menikah dengan Raja Oise, l

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Hadiah Dari Necia

    Aku membuka banyak kado yang terus dikirim oleh Lucer ke rumah. Kurir yang sama agaknya kelelahan karena terus bolak-balik. Aku penasaran, kenapa Lucer menjahili tukang antar barang, dengan membeli satu per satu dalam waktu yang berbeda-beda?"Semua ini dari Lucer, Yah. Aku nggak tahu, sih, kenapa dikirim nggak sekaligus?"Tuan Robert mengambil gunting, berniat membantuku. "Punya dendam pribadi apa pacarmu itu sama kang kurir, Nak? Ayah sampai pusing lihat mereka ke sana-kemari cuma nganter satu per satu paket kiriman Lucer."Punya pacar yang bisa membeli banyak barang tanpa melihat harga, itulah aku. Beruntung sekali, bukan? Uang bagi Lucer mungkin hanya lembaran tak bernilai.Aku menggelung rambut panjangku. Cukup sulit melakukan aktivitas, ketika mahkota manusia itu tergerai. Esok harinya adalah hari penting bagi Tuan Robert dan Nyonya Thea. Mereka menggelar pesta besar di dekat rumahku. Ya, ada panggung besar di samping kanan kediaman Phire. Malam itu, para tamu mungkin akan seg

  • My Boyfie is Wolf Alpha    Suprise

    Mungkin dia kembali hanya untuk berpamitan. Kemudian, pergi selamanya. Aku mendengkus kesal, setelah mengisi banyak tugas catatan kelas matematika. Di dunia ini ada banyak yang datang, lalu pergi. Juga, ada yang singgah, dan menetap. Kita tidak bisa memaksakan, bagaimana hatinya meminta apa yang akan dilakukan ke depannya.Ya, dunia memang penuh dengan plot twist. Di mana kejadian yang sebelumnya kadang masuk planning, bisa keluar kapan saja. Kuucapkan banyak terima kasih pada punggung yang enggan berbalik arah lagi. Tenang saja, payung yang kubawa masih cukup tegar melawan badai kenyataan."Ret, besok pesta pernikahan Nona Kim dan Tuan Robert, kan?" Chel tiba-tiba mengingatkannya lagi. Duh! Padahal aku susah-susah melupakannya.Aku menjawab dengan malas, "Iya, besok pagi-pagi. Kamu nggak mau datang?""Enak aja! Mulutmu minta disumpal pakai bakso goreng, ya? Asal aja nuduh orang yang enggak-enggak." Chel mengeluarkan dompet berbentuk domba. "Nih, kalo kamu mau jajan!" Kemudian, membe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status