"Apaan, sih, Cer!" Aku–Margaret, mendorong tubuh atletis itu. Apakah dia tak bisa menjauh sedikit saja dariku? Kesabaran ada batasnya. Manusia memiliki otak yang digunakan, untuk berpikir mengambil langkah ke depannya; sesuatu yang jauh lebih baik. Aku bukanlah gadis bodoh, yang bisa dipermainkan berulangkali."Necia nggak bermaksud buat melakukan itu ke kamu, Ret. Aku nggak belain dia. Tapi itu ... aku nggak bisa jelasinnya ke kamu." Lucer yang pipinya dicium oleh Necia malah membela gadis itu.Hatiku bukanlah tempat untuk dijadikan pelampiasaan, ketika Necia tidak ada. Sesuatu yang tak lazim–mereka tinggal serumah, saja kumaafkan, tetapi hal besar lainnya malah dilakukan."Kamu nggak pernah ngerti perjuangan aku, Cer! Aku ... aku sayang sama kamu, cinta mati bahkan!" Entah berapa kali aku mengatakan kejujuran padanya. Lelah sekali rasanya."Aku ini bukanlah manusia biasa, Ret. Kalo kamu sama aku, hidup kamu, bahkan keluargamu juga bakalan terancam." Mata hitam itu meneteskan tangisn
"Rahasiakanlah apa yang seharusnya tidak boleh kamu ketahui, Nak." Saat itu, aku hanya bisa mengiyakannya. Setelah ditandai oleh Pak Aiden melalui sebuah simbol berwarna merah di telapak tangan, aku tidak boleh membicarakan apa yang telah terjadi, di depan mata, kala itu.Perayaan pemenang kelas gabungan biologi akan dilaksanakan seminggu setelahnya. Guru seni budaya meminta kami untuk merancang gaun sendiri, agar dapat menambah nilai yang kurang. Bagiku, itu adalah hal yang cukup merepotkan; membagi waktu adalah hal tersulit."Aku udah beli, sih, barang-barang buat jahit. Di rumah juga ada mesinnya. Oh iya, kalo kamu gimana, Ret?" Chel memasukkan buku matematika ke dalam tas selempangnya. Waktu pulang hanya menunggu dentingan bel saja.Aku tidak fokus dalam segala hal. Latihan mengarang sebuah cerita fiksi saja enggan kukerjakan. Kerajinan mulai menurun, semenjak fokus menyelediki kasus pertengkaran dua kekuatan besar–golongan vampir dan golongan manusia serigala.Frey di musim pana
Apa yang dilakukan oleh Frey sudah melewati batas. Sepertinya dia memang tidak ada jeranya. Pak Tuan Aiden sebagai penyihir tingkat tinggi, sudah mengurangi kekuatan magis pada dirinya. Namun, pria itu malah semakin melunjak."Stop, Frey! Ini bukan lagi kawasanmu!" Aku memukul dada bidangnya, sambil berharap dia menurunkanku dari ketinggian."Kamu bilang ingin bertemu dengan Lucer, kan? Baiklah, aku akan mempertemukan kalian. Tapi ingat, jangan pernah menyesalinya!" Pria yang menggendongku layaknya anak kecil itu terkekeh setelahnya.Aku punya firasat buruk padanya. Jika Lucer dalam wujud manusia, bisa saja aku menahan rasa takut. Namun, apabila dia berubah wujud menjadi manusia serigala, aku tidak mungkin menaklukkan lupophobia-ku.Bulan merah semakin terlihat bulat. Saat itu warna satelit alami bumi telah berubah sangat pekat, seperti kentalnya darah segar. Mata milik Frey juga tak kalah saing, dengan pemandangan aneh di atas sana.Tidak ada bintang-bintang yang bertaburan, hanya ad
Tubuhku mulai stabil kembali. Aku sudah tidak lagi merasakan sesak, ataupun sensasi mengeluarkan keringat dingin. Untunglah, Frey menolong, kalau tidak mungkin sudah tamat riwayat hidupku.Kulirik jam, hari sudah terlampau larut. Pukul tiga dini hari, mungkin seisi rumah sedang mencari keberadaanku, saat itu. Tuan Robert adalah sosok yang sangat sulit untuk dikelabuhi. Beribu alasan melarikan diri, pria bijak itu akan menemukan letak kesalahanku.Kurasa aku harus segera pulang ke rumah, pikirku kala itu. Sungai yang alirannya tampak tenang, memberikan sedikit kenyamanan di tengah gundah-gulana.Bulan di atas sana pun sudah menghilang. Kota Aluna kembali gelap gulita. Di kala hening tanpa teman, aku kembali teringat kata-kata Pak Aiden,"Nona Phire, bangsa mereka memang sudah ditakdirkan untuk saling berpecah belah. Saya yang menjadi penengah saja hampir kewalahan. Saat itu, untunglah ada pemimpin clan, yang sekarang sudah pergi untuk selamanya. Penyakit mewabah di Aluna merenggut angg
Attitude-nya mampu meluluhkan hati seorang kharismatik seperti Tuan Robert. Ia mengenakan setelan formal, dengan rambut yang disisir rapi ke belakang. Macho, itulah pujian yang diberikan oleh Nona Kim.Kastil mewah dengan banyak pengawal berseragam sama–kemeja putih dan celana hitam pensil, menyambut kedatangan kami. Aku melirik ke kanan-kiri, mengawasi, siapa tahu ada hal buruk yang mereka rencanakan.Sebuah lampu kristal berwarna biru tergantung di langit-langit. Sofa panjang berwarna emas mengambil tempat yang cukup strategis–berada di tengah-tengah. Tatanan benda-benda di sana sangat mengedepankan unsur estetika. Luar biasa ....Keluarga Frey suka mengoleksi benda-benda antik, seperti guci, ornamen perak, maupun lukisan-lukisan abstrak. Pengharum otomatis yang ada di setiap sudut ruangan, memberikan semerbak keharuman bunga mawar. Harum sekali!Agaknya lelaki yang ingin menyaingi kepopuleran Lucer itu, lebih suka desain modern, daripada mempertahankan gaya klasik–yang saat itu sed
Dalam sebuah ikatan, mungkin ada-ada saja hal yang memisahkan. Hubungan yang terjalin turun-temurun pun tak lepas dari yang namanya pertengkaran. Hanya tergantung para pelaku, mau memperbaikinya, atau tambah merusak.Kerja sama, saling menghargai, dan melindungi satu sama lain, elemen-elemen itu memiliki peranan besar dalam suatu hubungan. Eratnya tali penyatu antar satu individu dengan yang lain, membuat hubungan itu akan berjalan lama.Hanya ada kesalahpahaman, dan semuanya berjalan buruk. Mereka adalah dua anak kecil, yang bahkan mungkin mudah untuk dipengaruhi. Frey tidak jahat. Dia hanya dihasut oleh lingkungannya.Pun, Lucer sendiri. Ya, pria idamanku itu pasti memiliki masa lalu sendiri. Aku harus menjadi penengah. Masalah yang berlarut-larut, tidak akan pernah berujung damai. Akulah pemicu konflik itu kembali ke atas permukaan. Menurutku, aku berkewajiban untuk menyelesaikannya."Chel, aku minta maaf. Ini ada nasi goreng buatanku sendiri, spesial cuma buat kamu." Aku memberika
Malam itu dadaku makin sesak, padahal tidak tertimpa apa-apa. Cara memandang dunia sudah mulai jauh dari kata "bahagia". Berharap dia merasakan, apa yang sedang kurintihkan sepanjang malam, nampaknya sia-sia saja.Aku mengingat kembali kenangan indah yang kami lalui, ketika kerja kelompok berlangsung. Diriku semakin sakit dengan ekspektasi yang kubuat sendiri. Mungkin bagi Margaret, aku adalah pria yang tidak punya banyak waktu untuknya–selalu terkesan sibuk.Senja yang akan bagus, jika dilihat pada pukul lima sore di Valerie, aku hanya ingin dia juga melihatnya. Makanya, aku memilih memundurkan waktu, untuk pertemuan kerja kelompok kelas gabungan pada pukul empat.Mengapa perpisahan itu terasa menyakitkan? Aku diusir berkali-kali olehnya. Tanpa hadirnya lagi, aku merasa sangat lemah. Tidak adakah yang setia di dunia ini? Diam-diam kupotret gadis berambut hitam lurus itu, kala ia bersamaku. Banyak sekali fotonya yang cantik jelita di dalam galeri. Albumnya kunamai khusus dengan sebu
"Nona Phire sudah berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Apakah Anda tidak hadir di kelas penting hari ini, Tuan Ford?" Pria yang berpenampilan layaknya orang formal di balai kota itu, membungkuk hormat.Aku membawa surat, dan bingung harus apa. Apakah aku harus menitipkannya? Duh, bagaimana jika Tuan Robert membacanya? Bisa-bisa akan sendiri yang akan malu."Anda terlihat sangat panik sejak tadi, Tuan Ford. Apakah saya bisa membantu Anda? Mungkin dengan sedikit bercerita, Anda akan jauh lebih baik?" tawarnya padaku."Entahlah, Tuan Robert. Kurasa aku baik-baik saja, atau mungkin tidak. Aku sendiri bingung dengan kondisi tubuhku sekarang." "Apakah masalah ini berkaitan dengan Nona Phire? Hahaha. Dia memang merepotkan, bukan?"Itu sama sekali bukan ejekan yang lucu. Aku kesal melihatnya tertawa di atas penderitaanku. Seorang yang begitu dipercayai Margaret, malah bersikap buruk pada atasannya. Kenapa di rumah Margaret setiap orang rasanya tidak waras?(Flashback on)Lima menit sebelumnya