Share

My Darling is Online
My Darling is Online
Author: Aurora

1. Della Yang Sempurna

"Halo Ketua!"

"Pagi Della!"

"Halo Della!"

Della membalas semua sapaan itu dengan sebuah senyuman sopan. Seperti biasa, Della sebagai ketua OSIS harus datang lebih pagi ke sekolah untuk mengawasi jalannya piket yang menjaring siswa-siswi yang berani melanggar tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolahnya. Della menyimpan tas sekolah terlebih dahulu ke kelas, sebelum dia kembali lagi ke gerbang untuk menemani beberapa rekan OSIS nya untuk memulai piket mereka di pagi hari.

"Ya ampun, Della. Sebenarnya kami tidak perlu datang sepagi ini setiap harinya. Kamu pasti kelelahan. Sekolah di pagi hari dan les di sore hari pasti benar-benar memakan banyak waktumu."

Della tersenyum saat wakil ketuanya, Adam mulai berkomentar ketika mata mereka harus fokus menatap siswa-siswi yang mulai masuk ke lingkungan sekolah. "Aku sudah terbiasa bangun pagi. Aku sama sekali tidak kelelahan, kamu tidak perlu khawatir," ujarnya dengan nada yakin. Adam mengalihkan pandangan setelah itu. Pria itu menatap Della lama, dengan alis yang sedikit berkerut.

Bagi banyak orang, kebiasaan Della untuk selalu ikut piket pagi sekali pun itu bukan jadwalnya adalah hal yang biasa mengingat dia merupakan ketua OSIS yang dipilih secara langsung oleh para guru. Della terbiasa dilihat sebagai sosok yang sempurna di mata orang-orang. Pintar, baik, dan rajin membuat gadis itu selalu menjadi idola dari orang-orang. Namun Adam selalu merasa bahwa dibalik senyum dan ucapan sopannya, Della selalu menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Gadis itu tidak pernah mengeluh sekalipun tugasnya lebih berat dari orang-orang. Belum lagi keluarganya juga terlalu menuntut gadis malang tersebut. Adam sebenarnya ingin membantu ketuanya itu. Namun dia sendiri bingung harus bagaimana, jika Della sendiri tampaknya tidak ingin bantuannya sedikit pun.

"Della-"

Adam menelan kembali ucapannya saat Della tiba-tiba melangkah ke depan untuk menghentikan seorang siswa yang baru saja masuk ke lingkungan sekolah bersama dengan teman-temannya. Wajah Della yang biasanya halus dan terlihat sabar, berkerut kesal ketika dia melihat kumpulan siswa tersebut. Senyum ramah yang biasanya selalu terpasang di wajah Della menghilang, ketika dia menghadapi kumpulan siswa di depannya tanpa rasa takut sedikit pun.

"Sepatu warna-warni, kemeja dikeluarkan, rambut yang terlalu panjang, dan kaos kaki warna hitam. Jika semua poinnya digabungkan, kamu bisa mendapat dua puluh lima poin minus yang sudah cukup untuk membuatmu mendapat surat peringatan pertama jika kamu tidak juga ingin mengubah penampilanmu."

Della berhenti bicara, sebelum mengerutkan alisnya lebih buruk lagi.

"Dan kalian semua bau rokok. Guru tidak akan melepaskan kalian begitu saja, jika dia tahu apa yang kalian perbuat hari ini."

Pria yang menjadi target utama teguran Della adalah seorang siswa yang cukup terkenal di sekolah mereka yang sangat ketat akan aturan yang mengikat semua muridnya. Austin, pria itu adalah siswa idola sebelum segala jenis kenakalan mengotori catatannya sebagai anak yang berprestasi. Saat ini, alis remaja itu sedikit terangkat dan menambah kesan meremehkan yang tidak sesuai dengan proporsi wajahnya yang terlihat tampan. Pria dengan tinggi menjulang itu perlu sedikit menunduk, ketika dia menatap Della yang hanya setinggi bahunya.

Walaupun Della termasuk gadis yang cukup pendek untuk gadis seusianya, momentum yang dia miliki sama sekali tidak kurang dari momentum Austin yang tinggi dan mengintimidasi. Buktinya gadis itu bisa tetap berdiri tegak di depan Austin, sementara temannya yang lain mungkin tidak akan bisa tetap seberani Della.

Sebagai pria yang populer, Austin juga tidak pernah kekurangan orang yang berjalan di belakangnya tiap kali dia berangkat ke sekolah. Ketika Della telah menghentikan gerakan Austin, otomatis orang-orang yang masuk bersama Austin juga berhenti dan melihat dua keberadaan mengesankan itu saling berhadapan satu sama lain.

Sebagai orang yang selalu mendapatkan apa pun yang dia miliki, Austin tidak pernah terbiasa ditegur dan dipandang rendah oleh orang lain. Tatapannya menyiratkan ejekan yang terlihat jelas, saat dia balik bertanya pada gadis itu.

"Seperti rumor, ketua OSIS sekolah kita ini benar-benar senang ikut campur dengan urusan orang lain bukan?"

Mendengar ucapan mengejek dari pria itu, alis Della berkerut semakin dalam. Bibir gadis itu menempel membentuk sebuah garis tipis. Orang yang terbiasa dengan Della jelas tahu bahwa gadis itu tengah marah saat ini. Wajahnya yang biasanya ramah benar-benar terlihat dingin, saat dia melanjutkan tugasnya dengan dedikasi tinggi.

"Nama dan kelasmu," ujarnya singkat. Della terlalu malas untuk berdebat dengan pria itu karena Della tahu dia hanya akan membuang-buang waktu saja. Namun, bahkan setelah Della memutuskan untuk mengakhiri perdebatan itu, Austin tampaknya tidak mau mengalah sama sekali walaupun pria itu jelas-jelas pihak yang salah di sini. Austin selalu benci gadis yang berpura-pura menegakan aturan seperti Della. Dan kesempatan ini, akan dia gunakan untuk memberi pelajaran bagi gadis kaku tersebut.

"Aku sering melihat bahwa beberapa anggota OSIS terkadang ikut melanggar aturan yang kamu elu-elukan. Jika penegak hukum sekolah seperti mereka saja bisa melanggar seenaknya, mengapa kami tidak bisa?"

"Aku sudah mencatat mereka."

Della dengan tenang menunjukkan buku poin yang membuktikan bahwa gadis itu bahkan tidak segan-segan menulis nama rekannya sendiri jika mereka memang ikut melanggar aturan sekolah. Austin hampir tidak memercayai matanya ketika dia melihat buku laporan itu. Pria itu terdiam sejenak, sebelum tertawa dengan nada menghina.

"Ah… Seperti yang diharapkan dari pembantu guru, kamu bahkan tidak segan-segan menghukum temanmu sendiri. Aku bingung, mengapa masih ada orang-orang yang mau berteman dengan gadis kaku dan membosankan sepertimu."

"Hei, kamu hanya perlu memberi tahu nama dan kelasmu, bukan menghina Della seperti ini!"

Ketika Adam melihat bahwa perdebatan itu sudah mulai menarik perhatian anak-anak lain yang baru datang, Adam segera berusaha untuk menegur Austin yang semakin banyak tingkah di depan Della. Wajah pria itu juga tidak terlihat bersahabat, saat dia mencoba memasang badan di depan Della yang tidak terpengaruh sedikit pun dengan ucapan Austin sebelumnya.

"Menghina anggota OSIS yang tengah bertugas. Pengurangan 5 poin lain," ujar Della dengan wajah tenang. Wajah Austin berubah ketika dia mendengar ucapan Della. Gadis itu berdiri kokoh seperti tembok beton. Semua provokasinya tidak memengaruhi Della, yang masih menatapnya tanpa emosi yang terlalu berlebihan.

"Kamu menganggu proses piket anak OSIS. Cepat beritahu namamu atau aku akan melaporkan keenggananmu untuk bekerja sama pada pihak kedisiplinan."

Merasa bahwa Della telah membuang waktu terlalu lama dengan mengurusi pria yang sulit diatur itu, gadis itu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya sebelum menatap Austin lagi seakan-akan dia menunggu Austin untuk menjawab pertanyaanya dengan cepat. Seperti yang Della harapkan, wajah Austin dan teman-temannya sedikit berubah ketika Della mulai menyinggung guru dalam pembicaraan mereka. Terutama Austin, pria itu tampaknya kesal sekali ketua OSIS ini tidak mau berkompromi sedikit pun padanya. Pria itu mengambil dua langkah ke depan. Tatapannya berubah serius, ketika dia menatap Della dengan mata dingin yang terlihat menakutkan.

Hampir semua siswa tahu bahwa sebelum Austin tiba-tiba memutuskan untuk keluar, pria itu adalah atlet peraih emas di bidang bela diri karate. Dengan tinggi yang menjulang dan tubuh yang proposional, keberadaan Austin saja biasanya sudah bisa menekan keberadaan orang lain. Akan tetapi, kali ini lawannya adalah Della. Gadis itu dengan tenang hanya sedikit mendongakkan kepala, saat dia menatap wajah Austin tanpa perasaan takut sedikit pun.

"Teruslah menjadi orang palsu seakan keberadaanmu adalah yang tersuci dibandingkan yang lain. Setelah itu lihat, apakah kamu masih bisa berpura-pura ketika mereka muak dengan seluruh sikapmu dan mulai membuangmu ke samping."

Ekspresi Della sedikit berubah setelah dia mendengar ucapan bernada rendah dari Austin. Austin cukup puas melihat perubahan ekspresi di wajah dengan topeng tebal itu. Pria itu kembali tersenyum santai, saat dia mengucapkan namanya dengan sangat lancar.

"Austin Arya Osvaldo, kelas 12 B. Sekarang, mari kita lihat apakah aku benar-benar akan mendapat masalah jika aku mendapat surat peringatan karenamu."

Della tidak lagi menyimak ucapan Austin saat dia fokus menulis nama pria itu dalam buku catatan. Setelah selesai, Della segera menghentikan teman-teman Austin yang berniat menyelinap pergi setelah teman mereka ditangkap oleh Della. Wajahnya tetap setegas biasanya, saat dia ikut menanyakan nama mereka satu per satu.

Hanya ketika mereka telah pergi, akhirnya rutinitas piket harian bisa dijalani dengan normal kembali.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Austin juga pemain kali?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status