Reyndad menatap dalam ke manik hazel milik Adnan. Reyndad melihat Adnan lima kali lebih cantik malam ini, sampai makan malam selesai Adnan membiarkan surai hitam curlynya tergerai cantik.
"Kita ke belakang, yuk. Lihat bintang malam ini," ajaknya.
Sementara Adnan melongo dan membiarkan tangan serta tubuhnya ditarik lembut oleh Reyndad.
Sampai di belakang, Reyndad dan Adnan duduk di kursi besi berwarna putih.
Mereka menatap ke atas menatap langit dan bulan purnama yang bersinar terang malam ini.
Reyndad melirik ke arah Adnan, ia melihat wajah putih mulusnya memantulkan cahaya dari bulan purnama malam ini ditambah lagi Adnan memejamkan mata untuk menghirup angin malam yang dingin nan segar.
"Kalau kita honeymoon ke Seoul, pasti lebih romantis," gumam Reyndad yang dapat didengar oleh Adnan.
"Kamu tahu, di Seoul itu udaranya dingin, tapi ada waktu-waktu tertentu udara terasa panas. Jadi, jangan heran jika melihat perempuan di sana memakai celana atau rok mini walau hari dingin," ucap Reyndad seraya menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Aku tidak tahu," ujar Adnan.
Cinta tersenyum melihat Adnan--kakak iparnya dan Reyndad mulai dekat.
Jadi, ini yang dinamakan pacaran setelah menikah. Wajar, Reyndad memutuskan Jung Yuri setelah ia muallaf.
Reyndad ingin mencari wanita di Indonesia sama seperti ayahnya--Seok mencari wanita di Indonesia dan bertemulah mereka di sini dan wanita itu lah yang melahirkan Reyndad dan Cinta ke dunia.
"Sebelum saya ke Indonesia, saya selalu menatap langit malam. Kadang sendiri, kadang juga berdua dengan pacar saya dulu. Tapi, dia gak bisa lama-lama karena mau shopping dan jalan-jalan malam keliling kota Seoul."
"Sekarang saya duduk berdua dengan seorang gadis yang sudah resmi menjadi istri saya. Dia seorang gadis yang sederhana, polos, lugu, apa adanya dan berbadan kurus."
Pluk!
Adnan memukul lengan kekar Reyndad, tadinya ia sangat bahagia karena Reyndad memujinya sampai ia merasa terbang ke langit dan dijatuhkan ke lautan terdalam.
Reyndad terkekeh melihat Adnan yang memanyunkan bibirnya tiga senti serta menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang kehabisan es krim.
"Awal saya ketemu sama kamu sambil marah-marah. Saya terkejut, karena untuk pertama kalinya saya dimarahi oleh seorang gadis yang bekerja di toko roti. Saya sangat penasaran dengan kehidupan kamu dan saya juga memikirkan bagaimana kamu jatuh ke dalam pelukan saya dan menjadi milik saya. Kau tahu? Dari semua wanita, hanya kamulah yang berani memarahi saya di tepi jalan. Teriak-teriak di depan wajah saya tanpa malu dan juga mengumpat di dekat saya. Jujur saja, saya mengira kalau kamu mungkin saja tidak waras atau tengah depresi karena diputuskan sama pacarmu."
"Ya, aku gak tahu Kakak siapa."
"Jadi, kamu mau marahin saya lagi?" Reyndad menaikkan satu alisnya menatap Adnan.
"Tergantung," jawab Adnan seraya melipat tangannya di dada dan menatap ke arah Reyndad dengan tatapan menantang.
"Tergantung apa?"
Reyndad mendekatkan wajahnya ke arah Adnan. Ia dapat melihat dengan jelas wajah polos Adnan yang sedang mimicing ke arahnya.
"Kalau Kakak buat aku marah, ya aku marah."
Reyndad mendengar penuturan Adnan tertawa, ia menoyorkan kening gadis itu membuat Adnan kesal karena kelakuan Reyndad.
"Mungkin kamu, saya mana pernah," tutur Reyndad seraya menaikkan bahunya tak peduli.
2 jam kemudian, mereka masuk ke dalam rumah. Reyndad mengunci trali pintu dan pintu dapur dengan gembok lalu mereka masuk ke dalam kamar.
***
Reyndad menatap gadis yang tengah berbaring di sisi kirinya, mata hazel itu menatap langit-langit kamar.
"Lagi mikirin apa?"
Adnan menatap ke arah Reyndad lalu kembali menatap ke atas.
"Tidak."
"Jangan pikirkan yang enggak-enggak tentang saya. Kamu tahu, banyak wanita diluaran sana terpikat pada saya."
Reyndad menyombongkan dirinya membuat Adnan mendesis pelan sambil menggelengkan kepalanya.
Suaminya tetap seperti ini hingga ia menikah. Angkuh dan arogan, tapi juga terkadang menggemaskan di saat waktu tertentu.
"Palingan wanita itu mau harta," ungkap Adnan seraya membelakangi Reyndad.
"Harta dan ketampanan."
Reyndad memeluk Adnan tanpa adanya penolakan. Reyndad tersenyum sembari meletakkan keningnya di bahu belakang istrinya.
Menghirup aroma strawberry dari tubuh sang istri membuatnya sanga candu dan ingin berlama-lama di sana.
***
9 hari kemudian, Silvia pulang ke rumah sendirian. Cinta yang menatap Silvia yang duduk di meja makan terkejut karena Silvia tidak memberi kabar padanya mau pun pada Reyndad.Sementara Adnan dan Reyndad sedang di kantor karena Reyndad membawa istrinya ke sana. Jadilah Cinta di rumah sendirian.
"Bogoshipda."
(Artinya adalah rindu)
Cinta memeluk leher Silvia dengan kasih sayang membuat sang empu terkejut lalu membalas pelukan sang anak.
"Mama bawa apa?"
Cinta mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Silvia.
"Kamu 'kan pesan ke Mama beli snikers, nih Mama beliin."
Silvia menunjuk ke arah plastik berwarna putih lalu Cinta menyambarnya seraya melihat isinya. Benar, snikers wanita berwarna hitam dan cokelat di sana.
"Untuk kamu sama Adnan. Pilih salah satu."
Silvia beranjak dari kursi lalu membersihkan salad dan buah di wastafel.
"Cinta ambil warna cokelat aja. Buat kakak ipar warna hitam. Cinta letak di atas ranjang mereka aja. Biar kakak ipar tahu dan pasti dia terkejut plus senang."
Silvia menatap ke arah gadis yang tersenyum bahagia lalu berlari ke atas. Silvia tersenyum melihat kelakuannya.
****
Reyndad sekarang tengah mengadakan rapat di lantai atas dengan beberapa klien luar negeri.
Sementara Adnan duduk manis di sofa menunggu kedatangan Reyndad karena ia memberi pesan pada sang istri untuk tetap diam sampai ia kembali ke ruang kerjanya.
Adnan berjalan menuju jendela di mana matahari pagi menyinari ruangan ini.
Ia berdiri tepat di depan kaca tersebut tanpa menyentuhnya.
Ia memejamkan mata merasakan hangatnya matahari pagi menerpa wajah dan seluruh tubuhnya dibaluti celana longgar serta jaket membungkus tubuh bagian atas dan kepalanya.
"Jangan lama-lama berjemur. Nanti kulit kamu hitam."
Adnan menoleh ke asal suara. Seorang pria tinggi yang dibaluti jas hitam serta rambut bobnya membuat pria itu sangat berkharisma dan tampan.
"Panas pagi, kok."
Adnan kembali merasakan matahari ini seraya menatap ke arah lagit yang berwarna biru cerah.
"Jaman sekarang, perempuan mana mau panas-panasa. Takut hitam, takut wajahnya kusam."
Adnan menggelengkan kepalanya seraya berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
Sementara Reyndad menutup pintu ruangannya lalu menyusul Adnan di sofa.
Reyndad menyentuh surai halus lalu ia letakkan beberapa helai ke belakang telinga Adnan karena Adnan tidak mengenakan jilbabnya. Tapi, jaket yang ia gunakan mempunyai topi yang cukup besar ditambah lagi dengan tali yang membungkus wajahnya.
"Nanti mau ke mana?" tanya Reyndad.
"Pulang," jawab Adnan membuat Reyndad tersenyum gemas.
"Gak mau beli apa gitu?"
"Hm, beli kue putu aja."
"Oke."
Reyndad berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil kunci dan ponsel.
Mereka berjalan keluar ruangan karena beberapa menit lagi mereka akan pulang.
****
"Di sana."
Adnan menunjuk ke arah depan di mana ada gerobak yang menjual kue putu di tepi jalan raya.
Reyndad memberhentikan tepat di samping gerobak tersebut lalu ia keluar dari mobil.
"Saya beli semuanya."
Adnan terperangah mendengar ucapan Reyndad. Apa dia akan memborong semuanya untuk diriku? Pikirnya.
Setelah beberapa menit kemudian, Reyndad memberikan 7 lembar uang merah pada sang penjual kue putu.
"Kebanyakan, Pak."
"Itu rejeki Bapak."
Reyndad tersenyum ramah lalu ia berjalan masuk ke dalam mobil sambil menenteng 3 kantong plastik bening di tangan kekarnya.
"Makasih ya, Pak," ucap Adnan yang berada di dalam mobil sedikit berteriak lalu Reyndad tersenyum sebelum akhirnya ia menutup kaca mobil otomatis.
****
Jangan lupa untuk memberi ulasan setelah membaca chapter ini agar saya bisa semangat untuk menulis chapter-chapter berikutnya.#Gadis_Itu_Milikku27Sampai di rumah, Adnan dan Reyndad berjalan masuk ke dalam rumah sambil menenteng plastik bening tersebut.Mereka terkejut dengan kedatangan Silvia yang sudah berada di dapur. Ia sedang menumis sayur kangkung di teflon."Kapan pulang, Ma?"Silvia menoleh ke belakang mendapati Adnan dan Reyndad berjalan ke arah mereka dan berpelukan."Tadi, 1 jam yang lalu. Mama mau kasih kalain suprise. Eh, Mama yang terkejut," kekeh Silvia sembari melepaskan pelukan mereka."Kalian beli apa?""Kue putu. Dia yang borong semuanya," tunjuk Adnan pada Reyndad tanpa menyebutnya dengan panggilan 'kakak' mungkin masih malu atau Adnan belum juga terbiasa."Wah, ini enak."Silvia mengambil satu potong kue putu lalu duduk di meja makan dan memakannya. Reyndad dan Adnan melakukan hal yang sama.Sebagiannya Silvia simpan di lemari es lalu Adnan membantunya di dapur.
"Ayo."Adnan dan Cinta melepaskan pelukan mereka. Adnan menatap Reyndad berdiri di ambang pintu dapur, ia menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan kasar lalu menganggukkan kepala. Silvia dan Cinta melepas kepergian mereka sampai ke gerbang rumah.***Di perjalanan, Adnan hanya diam tanpa sepatah kata, sementara Reyndad juga diam harus memulai pembicaraan mereka dari mana."Apa rumahnya jauh?"Reyndad menatap Adnan sekilas sambil tersenyum tipis."Tidak. Cuman 65 menit sampai. Tapi, kalau ke kantor butuh waktu 20 menit aja," jawab Reyndad.Adnan kembali diam dan memfokuskan pandangannya ke depan.***1 jam kemudian, mobil BMW hitam itu berhenti tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi. Di sana ada sebuah istana berwarna putih berlantai 3.Reyndad turun dari mobil untuk membuka gerbang dan kembali masuk ke dalam mobil. Mobil tersebut bergerak tepat di depan rumah."Ayo."Reyndad
"Sudah selesai," seru Reyndad, Adnan menatap makanan tersebut dengan tatapan aneh karena ia belum pernah memakan makanan khas negeri ginseng tersebut.Reyndad menyuapi Adnan, tapi respon Adnan hanya diam tak membuka mulutnya."Bisa dimakan kok, sayang," ucap Reyndad lalu Adnan menerima suapannya."Hem, enak banget."Adnan mengambil piring yang berisi kimchi buatan Reyndad. Tapi, Reyndad malah menariknya ke tengah-tengah mereka."Saya juga mau makan.""Kakak buat lagi aja.""Gak bisa dong.""Gak bi--"Cup.Ucapan Adnan terhenti ketika Reyndad mencium pipi sebelah kanan."Kenapa? Mau lagi?""Makan berdua aja."Reyndad tersenyum gemas melihat Adnan berubah karena ia mencium pipinya.Reyndad menyuapi dirinya dan juga Adnan yang hanya diam dan menerima perlakuan Reyndad padanya.Setelah selesai, seorang wanita paruh baya mengetuk pintu rumah mereka, Adnan d
Pukul 20.00 WIB, aku masuk ke dalam kamar mendapati Adnan yang sudah berbaring di ranjang membelakangiku.Aku meletakkan jas kantor di kepala kursi, membuka dasi dan kancing kemeja lalu membersihkan diri menggunakan air panas.Selesai mandi, aku menatap wajah baby facenya saat tertidur serta bibir plum yang belum pernah kusentuh hingga saat ini.Saat aku menarik selimut, tiba-tiba tubuhnya berbalik menghadapku seraya meletakkan lengan kiriku sebagai bantalan untuk kepalanya.Aku tersenyum melihat tingkahnya yang seenak jidat, tapi aku menyukainya."Selamat tidur gadis kelinci," gumamku seraya menyatukan keningku pada keningnya dan menghirup aroma dari tubuhnya.'Apa dia memakai skincare? Harum sekali wajahnya,' monologku sambil merapatkan tubuhnya pada tubuhku dan aku menyusul gadis ini ke alam mimpi setelah membaca ayat sebelum menutup mata.****Pagi hari, aku merasakan lenganku sanga
Pukul 21.00 WIB, Park Jong Ru membuka pintu kamar melihat keadaan Reyndad yang masih berbaring di ranjang single dengan kedua matanya yang sudah terbuka."Pulanglah, istrimu sudah menunggu kedatanganmu," ucap Park Jong Ru.Reyndad menoleh ke arah Park Jong Ru membuat air matanya jatuh tanpa permisi."Aku takut bertemu dengannya. Pasti dia marah dan kecewa menatap keadaanku yang seperti ini," ujar Reyndad."Kalau kamu gak pulang, istrimu tambah kesal dibuatnya."Akhirnya Reyndad mengalah dan pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, ia mengendari mobil dengan lambat dengan air mata yang terus menetes.Ia membuka kunci pintu rumah dan masuk tak lupa ia menguncinya kembali.Baru tadi pagi ia bermesraan dengan istrinya dan kini datang sebuah gelombang di mana membuat ia sangat marah.Ceklek.Reyndad menatap seorang gadis yang tengah menunggu kehadirannya di atas ranjang dengan memainkan ponse
1 jam kemudian, Adnan meletakkan kepala Reyndad dengan hati-hati karena sekarang sudah menunjukkan pukul 10 pagi, sementara dirinya belum mandi dan rambutnya masih diikat tanpa di sisir terlebih dahulu.Setelah selesai, ia menatap wajah damai Reyndad yang terkena sinar matahari pagi, ia menutup tirai jendela dari kepala sampai dada dan membiarkan selebihnya terkena sinar matahari tersebut.Adnan menggenggam tangan kekar Reyndad yang berkeringat, ia mengambil tissue di meja rias lalu mengelap pelipis, wajah, leher, dan punggung tangan Reyndad yang basah akibat keringat Reyndad keluar. Itu artinya pria tersebut akan lekas sembuh dari demamnya.Adnan keluar dari kamar untuk mengambil vakum penyedot debu untuk membersihkan kamarnya.Adnan menyuruh Bi Ima agar ia membersihkan lantai atas karena jika Bi Ima mengerjakan semuanya, ia tidak bisa bergerak walau di rumah.Reyndad juga tidak bisa menolak permintaan Adnan, toh
PoV ReyndadAku menjemput Adnan tepat pada pukul 16.00 WIB. Tapi, sebelum itu aku mencicipi kue buatan Ibu Adnan.Aku memberi masukan agar kue buatannya dijual secara online agar ada pelanggan dan dia mendapatkan keuntungan yang besar.Mereka setuju dengan ucapanku dan aku membawa Adnan pulang ke rumah.Sampai di rumah, Adnan juga sangat ingin membuat dessert coklat atau dessert lainnya.Aku tak melarangnya dan membiarkannya untuk berinovasi sendiri.Adnan duduk di ranjang sambil menatap layap pipih tersebut sementara aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai, Adnan menggunakan kamar mandi tersebut.Kami melaksanakan rutinitas salat magrib dan isya' lalu keluar dari kamar berpapasan dengan Bi Ima berpamitan pulang."Wah, Bi Ima masak banyak hari ini," ucapku memandang beberapa masakan Bi Ima yang tergeletak manis di atas meja makan.
Di perjalanan, Adnan mulai meregangkan genggaman tangannya di tanganku, ia mulai merasakan rileks saat melihat awan di atas. Matanya membesar dan tangan mungil itu menyentuh kaca pesawat."Boleh difoto gak?"Aku menganggukkan kepala lalu mengeluarkan camera khusus dan Adnan membidiknya.Adnan juga mengarahkan kamera tersebut pada kami untuk melakukan pose yang lucu, kesal dan tersenyum bahagia."Berarti Kakak sering dong bolak-balik Indonesia ke Korea?""Iya, tapi itu dulu. Sekitar 3 tahun yang lalu."Aku mulai memesan makanan dan minuman agar Adnan tidak merasa kelaparan dan sekaligus menikmati pemandangan di atas awan."Saya pesan nasi goreng, dessertnya lava cake chocolate, minumannya susu coklat."Pramugari tersebut berjalan meninggalkanku untuk membuatkan pesanan, aku memanggil pramugari dari Indonesia agar Adnan paham dengan apa yang kuminta.****10 jam berlalu, kami