Berat bagi Jendra untuk melangkah kembali ke rumah sakit yang pertama kali mendiagnosis ayahnya menderita tumor otak. Kali ini, ia pun harus kembali ditampar oleh kenyataan bahwa gadis pujaannya menderita penyakit yang sama. Bedanya, penyakit sang gadis pujaan benar-benar tidak punya harapan untuk sembuh. Sulit baginya menerima kenyataan pahit untuk kedua kalinya.
Jo bukan sekedar teman baru. Meski baru ia kenal dua minggu, tapi ia sudah yakin dengan perasaannya. Rasa sukanya semakin kuat seiring berjalannya waktu. Bahkan, ia bisa saja menggila karena chat yang dibalas cepat, berbicara di telepon pada malam hari, bahkan ia bisa gila karena tidak bertemu dengan Jo diakhir pekan. Jika hari ini ia tidak datang ke rumah sakit, ia takut tidak akan pernah bisa melihat Jo lagi.
Saat ia dan Aisyah tiba, jam menunjukkan pukul 10 pagi. Memang belum jam besuk, tapi mereka dapat masuk berkat bantuan dari Fiona. Apalagi, Jendra cukup dikenal di rumah sak
Untuk pertama kalinya dalam hidup hampir 15 tahun ini Jo merasakan yang namanya jantung berdebar-debar oleh jatuh cinta. Sebab, keesokan harinya, tepat jam 4 sore, Jendra datang dan menuntut jawaban dari Jo. Semalaman Jo sampai kurang tidur karena memikirkan jawaban untuk Jendra. Dan sore itu, Jo pun menjawab tanpa ragu, di depan Oliver.Oliver memberikan reaksi yang tentu saja sudah diperkirakan oleh Jo. Oliver mengamuk habis-habisan, mengajak Jendra ribut hingga menarik perhatian perawat-perawat yang berada di nurse station tepat bersebelahan dengan kamar rawat Jo. Malam itu, Oliver bersikap begitu dingin pada Jo. Jo paham alasan Oliver, namun tetap ia merasa tak enak hati dan sedikit takut pada Oliver. Namun, saat pagi, suasana Oliver sudah kembali semula. Meski sikap Oliver pada Jendra masih sama, masih terlihat bahwa Oliver tidak suka pada Jendra.Tentu saja satu kelas langsung mengetahui status hubungan Jo dan Jendra, tanpa ada seorang
Jendra tidak tahu tempat yang dituju oleh Jo. Ia benar-benar hanya mengikuti arahan dari Jo. Jika Jo memintanya berbelok, ia akan melakukannya. Jika Jo memintanya berhenti, ia akan melakukannya. Bahkan, ketika Jo meminta untuk berhenti di sebuah toko kue, ia pun menurut saja. Ia bahkan tak diperbolehkan untuk ikut turun, dan ketika Jo kembali, ternyata kekasihnya membeli dua kotak macaroon warna-warni. Satu kotak mereka buka sebagai camilan perjalanan, satu lainnya Jo simpan dan Jendra tidak mempertanyakannya.Hingga akhirnya pertanyaan Jendra sejak sejam sebelumnya pun terjawab. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang. Tak perlu bertanya lebih jelas, ia pun tahu alasan Jo mengajaknya kencan ke tempat ini. Jendra akui bahwa kekasihnya itu unik dan memiliki cara sendiri untuk membuatnya menerima Jo apa adanya. Dan, tampaknya, ia akan diperkenalkan oleh Jo pada sang ayah yang tengah mendekam di lapas itu beberapa tahun ini.
Adianto berjongkok di sudut ruangan, menghadap dinding yang hampa bagaikan hati yang ia rasakan saat ini. Tetes demi tetes air mata terus membasahi lantai di bawahnya. Macaroon yang diberikan oleh Jo telah hancur oleh benturan, sebagian tampak meleleh oleh air matanya. Penyesalan terbesar dalam hidupnya dan kebodohan yang telah ia lakukan kini ia rasakan. Memang benar jika pepatah mengatakan bahwa penyesalan selalu datang di akhir."Hai, Papa. Anka harap Papa selalu sehat.Surat ini adalah surat terakhir dari Anka untuk Papa. Anka seneng kalau Papa mau baca surat Anka. Bahkan, Anka nggak tahu selama ini Papa baca surat Anka atau nggak. Tapi, surat Anka yang terakhir ini nggak akan buat Papa nyesel! ^^"Anka nggak tahu apa bisa hidup lebih lama lagi atau nggak. Jadi, Anka udah siapin rekening tabungannya Anka untuk Papa. Uangnya cuma bisa Papa ambil kalau Papa udah keluar dari penjara. Nanti, Anka minta ke Jendra buat bantu
Restoran Jepang yang dipilih Jendra atas dasar makanan favorit kekasihnya ternyata adalah pilihan tepat. Perjalanan dari pemakaman ke restoran tersebut membutuhkan waktu satu jam akibat kemacetan jalan raya karena kecelakaan. Sepanjang perjalanan itu, Jo tertidur lelap di bangku tengah dengan posisi berbaring miring dan meringkuk seperti anak kecil, membuat Jendra selalu curi-curi pandang untuk menatap wajah lelap kekasihnya.Seperti ponsel yang telah diisi dayanya. Jo terlihat lebih segar dan bersemangat, tampak jelas rona merah muda di pipinya, sekalipun kantung mata hitam itu tak luput darinya. Bahkan, ketika Jo meminta Jendra untuk menunggu selagi ia merapikan riasan untuk menutupi wajah sakitnya, Jendra melarang dan menyuruh Jo menjadi apa adanya. Tak ada bantahan, Jo menurut saja. Ia senang jika Jendra menerimanya apa adanya seperti ini.Tujuan terakhir sebelum acara kencan mereka berakhir adalah panti sosial anak tempat Jo pernah mera
Sejak berpacaran dengan Jendra, Jo merasakan adanya kejanggalan dalam hidupnya. Bukan masalah penyakit mematikan yang kini ia derita. Bukan pula tentang wish list yang belum terpenuhi, sementara waktu yang ia punya kini hanya dua bulan lebih seminggu dari waktu tiga bulan yang diperkirakan Dokter Fiona. Sesuatu yang membuat Jo merasa sedikit kesepian, lebih dari biasanya.Hari ini, Jendra kembali menjemput Jo untuk berangkat bersama dengan sepeda motornya. Meski Hazell dan Oliver tidak mengizinkan Jo untuk terpapar banyak angin dan polusi, tapi berangkat dengan Oliver pun akan sama, sementara Hazell belakangan ini sibuk dengan kasus yang tak kalah merepotkan dari kasus-kasus sebelumnya. Jadilah, Jo pun diperbolehkan berangkat sekolah bersama Jendra. Yah, walaupun alasan Oliver melarang bukan karena 'sepeda motor', tapi lebih pada rasa tak terima adiknya sudah berpacaran dengan murid baru.Memang sejak pagi tadi
Hubungan Jo dengan Ezra pun membaik, sekalipun Ezra belum sepenuhnya menerima keberadaan Jendra yang kini selalu berada di sekitar Jo. Namun, tetap tak bisa dipungkiri, bahwa Jo hanya menganggapnya sebagai kakak dan sahabat, tak pernah lebih. Ezra hargai itu, dan kini ia mencoba untuk benar-benar menerima kenyataan yang sedikit melukainya. Namun, hal yang paling menyakitinya adalah ketika melihat Jo takut padanya.Akhir pekan ini, Jendra yang mengajaknya untuk kencan dengan rencana yang Jendra buat. Pagi jam 8, Jendra menjemput Jo dengan mobil milik Fiona. Kebetulan, Fiona sedang dinas ke Bandung bersama rekan dokternya, sehingga mobil sengaja ditinggal. Sama seperti yang Jo lakukan, Jendra sama sekali tidak memberitahukan tujuan pertama mereka.Jo hanya duduk manis dan melihat pemandangan jalan kota Jakarta, sesekali mengajak Jendra berbicara, sesekali diam dan bernyanyi dengan suaranya yang membuat Jendra terk
Bohong kalau Jo tidak takut. Bahkan, ia hampir tidak fokus saat melaksanakan salatnya. Meski Jendra sudah berkali-kali mengeluarkan kalimat penenang, bahkan sampai memeluknya dan mengelus punggungnya, Jo tetap tak merasa tenang. Mungkin ini efek penyakit mematikannya itu, membuat pikirannya sulit dikendalikan dari rasa cemas dan takut.April telah berdiri di samping mushola itu. Ia mengulas senyum lembutnya dengan tatapan yang penuh dusta. Tidak ada Jendra di sana, ia sengaja menunggu di depan mushola. Namun, bukan berarti ia akan membiarkan Jo berdua saja dengan kakak perempuan tirinya itu yang ia tahu pernah melakukan hal-hal tak terduga.Tak lama semenjak Jo resmi bergabung sebagai keluarga Chakraditya, April pernah sengaja datang ke Jakarta dari Tasikmalaya hanya untuk membuat Jo hampir mati tertabrak. Pernah juga April datang untuk menculik Jo dan membunuhnya. Tapi, semua itu gagal dilakukan karena memang J
Pantai Timur Ancol, sebuah hamparan pantai coklat di timur Ancol yang memang banyak dikunjungi pengunjung untuk menikmati matahari terbenam. Bukan hanya Jo dan Jendra, tapi banyak juga pasangan kekasih dan keluarga yang duduk di tepi pantai untuk menikmati matahari terbenam hari ini.Jo memang baru bangun jam 4 sore setelah susah payah mencoba tidur untuk melupakan rasa sakit terhadap penyakit maupun sakit hati oleh sikap April. Jendra sengaja tidak tidur demi memastikan Jo masih bernapas. Ia selalu takut ketika harus melihat Jo memejamkan mata. Ia takut kekasihnya pergi sebelum berpamitan. Jujur, ia tak akan pernah siap untuk ditinggal kekasihnya menemui ayahnya di sana. Namun, ia tak pernah bisa membantah rencana Tuhan. Tuhan selalu tahu yang terbaik untuk umatnya. Dan, ia percaya, mereka yang baik akan dipanggil lebih dulu agar tidak terlalu lama menderita oleh kejamnya kehidupan.Jendra ternyata membawa tika