Beranda / Horor / Ojek Dua Alam / Hantu basah

Share

Hantu basah

Penulis: Suci San
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-07 21:59:20

Beberapa hari setelah memulangkan pocong Aisyah ke rumah aslinya, Sandy kini bisa bernapas lega setelah beberapa kali harus melayani hantu sebagai penumpang ojeknya.

Selama ini dia selalu merasa ketakutan dan cemas, tapi kini dia bisa kembali merasakan kebebasan dan ketenangan saat beraktivitas. Beban pikirannya terasa ringan karena tidak lagi merasa terintimidasi oleh wajah seram dan kasus para makhluk halus yang sering meminta bantuan padanya.

Kehidupan pribadinya pun kembali normal, di mana dia bisa kembali menjalin hubungan dengan keempat pacarnya. Terutama Kirana, pacar pertamanya yang masih merajuk karena Sandy menolak mengantarnya bekerja beberapa waktu lalu. Sandy sadar bahwa dia harus segera meluruskan perasaan Kirana agar hubungan mereka kembali harmonis tanpa banyak drama.

Di suatu Minggu pagi yang cerah, Sandy sudah mendapatkan panggilan telepon dari Rahayu, pacar keduanya. Wanita itu menelpon hanya untuk menyapa serta memberitahukan bahwa dia sudah hampir sampai ke rumah Ricky. Rahayu hendak mengajak Sandy untuk berkencan.

Sontak saja Sandy yang masih bergumul dengan selimut dan bantal guling itu segera bangkit dan buru-buru mandi agar tidak terlihat kumal begitu Rahayu datang.

Belum juga selesai mandi, wanita cantik berambut ikal itu sudah datang lebih dulu. Kebetulan saat itu Mak Ijah juga berada di rumah karena libur bekerja. Dua wanita itu pun duduk bersama di ruang tengah.

Rahayu nampak banyak senyum dan tidak merasa grogi sama sekali. Padahal saat itu Mak Ijah terlihat seperti ibu-ibu julid yang menatap tamunya dengan penuh penilaian serta ekspresi wajah masam.

"Kamu ini pacaran sama anak saya sejak kapan?" tanya Mak Ijah dengan serius.

"Sejak Sandy lulus SMA, Bu." Rahayu menganggukkan kepalanya ketika menjawab.

Mak Ijah manggut-manggut dan kemudian memandangi wanita berpakaian rapi di hadapannya. "Berapa umur kamu? Sepertinya kamu lebih tua dari anak saya?" tanyanya masih dengan nada kurang ramah.

Rahayu tersenyum seraya menjawab. "Ayu memang 5 tahun lebih tua dari Ricky, Bu."

"Lah, kok mau sama anak saya? Kenapa? Jangan bilang karena tampangnya." Mak Ijah melayangkan tatapan menyelidik.

Rahayu langsung tertawa mendengar perkataan Mak Ijah yang satu itu. "Harus Ayu akui kalau dulu Ayu cuma iseng pacaran sama Ricky. Tapi Ayu jadi suka beneran karena Sandy anaknya lucu," jelasnya.

Mak Ijah geleng-geleng kepala mendengar alasan Rahayu memacari putranya. "Denger ya, Neng. Kamu ini masih muda dan cantik, saya kasih saran jangan tergoda sama tampang laki-laki. Walau terlihat lucu, mereka bisa berbalik jahatin kamu," ucap Mak Ijah setengah berbisik.

Rahayu langsung mengubah posisi duduknya. Badannya condong ke depan seolah berusaha untuk mendengarkan perkataan Mak Ijah dengan lebih serius. Mak Ijah juga memasang ekspresi wajah julid seperti emak-emak tukang gosip pada umumnya.

"Memangnya Sandy jahat ya, Bu?" tanya Rahayu dengan tampang serius.

"Saya tidak tahu watak asli anak saya seperti apa. Tapi lihat saja kelakuannya, punya pacar empat apa tidak red flag laki-laki begitu?" Suara Mak Ijah terdengar penuh antisipasi. Entah mengapa dia terdengar seolah sedang memojokkan anaknya sendiri.

Tanpa mereka sadari, Sandy yang tengah dibicarakan sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Pemuda itu sudah ganteng dan wangi, tetapi tampangnya terlihat masam. Dia bertanya-tanya mengapa ibunya bisa memojokkan anaknya sendiri, lebih-lebih lagi, Sandy heran dari mana Mak Ijah bisa tahu istilah red flag segala?

"Ya ampun, Mak. Bisa nggak sih jangan gitu sama anak sendiri?" ucap Sandy dengan nada memelas.

Mak Ijah dan Rahayu menoleh bersamaan. "Nih anak yang pacarnya banyak nongol!" celetuknya acuh tak acuh.

Rahayu sendiri nampak sumringah sampai menggeser posisi duduknya. Niatnya sih supaya Sandyduduk di sebelahnya, tetapi Sandy memilih duduk di samping ibunya.

"Mak jangan ngomong yang enggak-enggak sama Ayu. Lagian Sandy juga gak bermaksud punya pacar banyak, Sandy waktu itu nggak tega aja nolak perempuan," Sandy beralasan.

"Alasan! Ngomong aja kamu memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan." Mak Ijah menoyor kepala Sandy. Namun, putranya itu hanya cemberut tanpa protes.

Rahayu nampak memperhatikan interaksi anak dan ibu itu dengan senyum merekah. "Senang banget bisa akur sama ibu sendiri," gumamnya tanpa sadar.

Kini, gantian Sandy dan Mak Ijah yang menoleh ke arah Rahayu. Keduanya sama-sama terlihat heran.

"Kenapa, Ay?" Sandy bertanya.

Seketika, Rahayu mengerjapkan matanya. Dia pun terlihat salah tingkah dan beberapa kali membetulkan rambutnya yang sebenarnya terlihat rapi-rapi saja. "Ada apa? Aku ngomong apa barusan?" tanyanya sedikit panik.

Sandy dan Mak Ijah segera paham kalau Rahayu kelepasan berbicara. Namun, mereka tidak memperpanjang permasalahan itu. Sandy justru langsung bangkit dari duduknya.

"Mak, Sandy sama Ayu mau jalan-jalan ke balai kota bentar, ya? Nanti pulang setelah Dzuhur," Sandy berkata seraya mengulurkan tangannya.

Mak Ijah menyambut uluran tangan anaknya dan membiarkan Sandy mencium tangannya dengan takzim. "Main, main aja. Jangan macem-macem!" Ia memperingatkan.

Sandy menganggukkan kepalanya. "Iya, Mak."

"Jagain anak gadis orang, jangan sampai lecet!" tambah Mak Ijah.

Lagi, Sandy menganggukkan kepalanya. "Sudah pasti," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Lalu, Mak Ijah berfokus pada Rahayu sampai mengelus rambut gadis itu. "Kalau Sandy macam-macam, kasih tahu saya, biar saya yang kasih pelajaran!" katanya.

Rahayu mengangguk seraya mengacungkan jempol tangannya. "Baik, Bu."

Sandy dan Rahayu pun ke luar rumah dan menaiki mobil bersama-sama. Tentu saja mobil tersebut milik Rahayu yang merupakan anak seorang pemilik garmen di kota itu. Segala fasilitas terbaik sudah dia dapatkan sejak kecil mula, maka tak heran dia sudah memiliki mobil sendiri meski dibelikan oleh orang tuanya.

"Yang, aku seneng sih kita bisa jalan-jalan. Tapi— kenapa Kirana ikut juga, sih?" Rahayu yang tengah menyetir mobil bertanya dengan tampang heran.

Pasalnya, di jok belakang mobilnya sudah ada Kirana yang ikut tanpa izin dan tanpa sepengetahuannya.

Sandy melirik ke arah Rahayu, merasa bersalah karena kemunculan Kirana yang secara tiba-tiba. Dia pun tidak menyangka bahwa pacar pertamanya itu bisa masuk ke dalam mobil.

"Maaf, Ay. Aku nggak tahu kenapa Kirana bisa ikut," ucap Sandy.

Rahayu nampak geleng-geleng kepala. "Nyebelin, sih. Tapi nggak apa lah," ucapnya berusaha ikhlas. "Lagian dia nangis-nangis kenapa, sih? Ini 'kan memang jadwal kita buat main, kalian berantem?" Ia bertanya-tanya.

Sandy menengok ke belakang. Dia bisa melihat Kirana sedang mengusap air mata dengan punggung tangannya.

"Kirana, aku minta maaf ya, waktu itu aku enggak bisa nganterin kamu kerja. Aku ada keperluan mendesak yang harus aku selesaikan," ujar Sandy sambil mencoba untuk menenangkan Kirana.

Kirana tampak masih kesal, tetapi dia mulai membuka hatinya untuk mendengarkan penjelasan Sandy. "Aku cuma ingin kamu jujur. Kita pacaran udah lama, kamu tahu aku nggak suka dibohongi. Kamu ada urusan sama siapa sebenarnya?" tanya Kirana.

Sandy nampak bingung harus menjelaskan apa pada Kirana. Sedangkan Ayu nampak penasaran dengan masalah Kirana dan Sandy. Dengan fokus dia mendengarkan sambil menyetir.

"Aduh, gimana ya jelasinnya?" Sandy garuk-garuk kepala tak gatal.

"Jawab aja sih, Yang! Emangnya kamu mau nganterin pelanggan jenis apa sampai nggak mau nganterin Kirana kerja?" Rahayu ikut buka suara.

"Jawabannya pasti bikin kalian nggak percaya, deh. Beneran," ucap Sandy.

"Ya jawab aja dulu, siapa tahu kami berdua maklum," sahut Ayu. Entah mengapa sekarang justru Rahayu yang ngebet ingin tahu alasan Sandy.

"Jangan ketawa, ya!" Sandy memperingatkan sebelum menjelaskan.

Selanjutnya, Sandymenceritakan pelanggan jenis apa yang membuatnya tidak bisa mengantarkan Kirana kemarin. Tentunya perkataannya sebagai tukang ojek lintas alam pun dibongkar tuntas kepada dua pacarnya. Alhasil Kirana dan Rahayu sampai terbengong-bengong saking tak percaya mendengar cerita pacar mereka.

Rahayu bahkan menepikan mobilnya di bahu jalan dan fokus pada kekasihnya. "Yang bener aja, kamu beneran ngojek hantu?" tanyanya tak percaya.

"Iya, yang bener?" Kirana ikut bertanya-tanya. Wanita itu bahkan sudah tak lagi menangis saking terkejutnya.

Sandy mengacungkan dua hari sebagai simbol keseriusan. "Beneran!" tegasnya.

"Terus mereka bayar pakai apa, Yang?" tanya Rahayu lagi. "Pakai daun, kah?" tebaknya.

"Bukan, bayarnya ya pakai uang. Uang dari orang tua mereka," jawab Sandy.

"Wah, jadi beneran dianterin ke rumah mereka? Kuburan kah?" Kali ini Kirana yang bertanya.

Sandy menggelengkan kepalanya. "Bukan atuh, Sayang. Ke rumah orang tua mereka yang masih hidup," jawabnya. "Kasihan banget loh mereka, meninggal sudah lama dan arwahnya masih belum sempurna. Mana dua-duanya perempuan lagi, aku jadi khawatir sama kalian," tambah Sandy.

"Pokoknya kalian harus hati-hati banget kalau berada di luar rumah, ya? Kabarin aku atau keluarga kalian kalau mau pergi ke mana-mana," Sandy memperingatkan.

"Oke."

"Iya, Yang."

Kirana dan Rahayu menjawab bersamaan. Setelahnya, percakapan mereka berganti dengan membahas destinasi jalan-jalan mereka hari itu. Meski dengan sedikit dongkol, Rahayu harus membiarkan Kirana ikut acara dating mereka, sehingga ketiganya menghabiskan waktu bersama hingga waktu pulang tiba.

Ketiganya pulang bersama dan menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Sandy sebelum kembali ke rumah masing-masing. Sandy nampak sumringah saja melihat dua pacarnya yang akur, berbeda dengan Mak Ijah yang memijit pelipisnya, seolah merasa pusing melihat anaknya.

"Kamu ini benar-benar! Udah nggak modal jalan-jalan disupirin cewek, dianterin pulang pula." Mak Ijah geleng-geleng kepala.

Sandy hanya nyengir kuda saja mendengar Mak Ijah komplain. Sebenarnya dia merasa malu, tetapi mau bagaimana lagi? Toh komplainan Mak Ijah tidak terbantahkan.

"Berhubung hari ini kamu belum menggunakan tenagamu untuk hal berguna, sekarang kamu ngojek aja sana! Jangan cuma nyengir gak jelas," gerutu Mak Ijah.

"Iya, Mak, iya..." Sandy menyahut sembari gelenddotan di tangan ibunya.

Mak Ijah hanya bisa berdecak melihat putranya yang aleman itu.

Kemudian, Sandy lekas pergi mengambil helm di kamarnya. Pemuda itu pun segera berpamitan untuk menarik penumpang.

Suasana kampung nampak lengang dan sepi ketika Sandymelintas dengan sepeda motornya. Karena itulah Sandy sengaja memacu pelan laju motor untuk melihat-lihat sekitar. Sandy baru sadar kalau ada di setiap jalan sudah ramai dengan spanduk pemilihan kepala daerah di kampungnya.

Tak lama, Sandy sampai di pangkalan ojek. Dia memarkir motornya di barisan paling belakang dan kemudian bergabung dengan tiga bapak-bapak yang sudah lebih dulu mangkal di sana.

"Lihat, tuh cewek! Cakep bener." Mang Agus berdecak kagum sembari mengarahkan pandangannya ke ujung gang.

Refleks Sandy menengok ke arah yang sama dan mendapati dua wanita tengah berdiri di persimpangan gang. Keduanya memang terlihat bening dan glowing, tetapi Sandy tak tahu wanita mana yang menjadi biang tatapan Mang Agus. Sandy justru fokus pada satu wanita yang sudah sering dia lihat berada di gang tersebut.

Wanita berambut panjang itu seperti biasa akan memalingkan wajah jika Sandy bertemu pandang dengannya. Entah apa masalahnya?

"Anak gang sebelah bukan, sih?" Sandy bertanya entah pada siapa. Secara matanya masih fokus menatap si wanita cantik yang tengah menunduk sembari memainkan jemarinya.

"Ah, kamu mah jangan ikut-ikutan, San! Udah punya pacar banyak masih maruk nanyain cewek lain," sahut Mang Agus.

Sandy menoleh dengan tampang heran. "Kok Amang bisa tahu kalau aku punya pacar banyak?" tanyanya kebingungan.

Mang Agus menepuk pundak Sandycukup kencang sampai membuat Sandymeringis seraya mengusap lengannya. "Tahu lah! Mak Ijah yang bilang. Mak kamu tertekan banget sama kelakuan kamu, San!" ucapnya sambil terkekeh.

"Anak pertama saya sampai protes loh, San. Katanya dia jomblo karena ceweknya sudah pada diambil kamu semua," Kang Ujang turut berkomentar.

"Yee, bukan salahku! Lagian di kampung ini masih banyak cewek, Kang," sahut Sandy membela diri.

Cukup lama mereka saling debat dan membahas tentang Sandy yang memiliki pacar lebih dari satu. Hingga kemudian satu persatu dari mereka mulai pergi menarik penumpang sesuai antrian.

Seperti biasanya pula, Sandy adalah yang paling akhir menarik penumpang. Ketika Kang Ujang telah pulang, Sandy masih duduk di pangkalan ojek sembari menggosokkan kedua tangannya. Dia merasa begitu kedinginan malam itu.

"Dingin bener ini malam, padahal nggak ada hujan, nggak ada angin," gumam Sandy. Sesekali dia bergidik merasakan hawa dingin yang dirasa menembus jaketnya.

Tak lama, omongan Sandy seolah menjadi nyata. Angin berhembus disertai rintik gerimis yang kian lama kian membesar. Terjadilah hujan yang menambah dingin suasana. Sandy hanya bisa menelan ludahnya sendiri melihat hujan yang begitu deras secara tiba-tiba.

"Tau ah, mending pulang aja!" Sandy bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pulang tak peduli dengan hujan. Pikirnya, sekali basah-basahan tak masalah, yang penting setelahnya dia berada di dalam rumah.

Sandy pun mengenakan helm dan mulai menaiki motornya yang setengah basah terkena percikan air hujan. Motor pun melaju meninggalkan pangkalan ojek malam itu.

Singkat cerita, Sandy telah sampai di rumahnya. Tentu saja dia mendapat omelan dari Mak Ijah yang kesal melihat putranya pulang dalam keadaan basah kuyup. Sandy hanya meminta maaf sekadarnya dan kemudian masuk ke kamar untuk mandi dan beristirahat.

Anehnya, Sandy merasa terus kedinginan dan pakaiannya terus basah meski dia sudah berganti baju beberapa kali. Sandypun duduk di pojokan kamar sambil mengedarkan pandangannya. "Ada yang nggak beres, nih! Masa badanku basah terus padahal di dalam rumah," gumamnya.

"Siapapun kamu yang ada di kamar ini, cepat tampakkan wujud aslimu! Aku nggak takut," ucap Sandy. Meski berkata tidak takut, tetapi pemuda itu sampai meremas pakaiannya untuk menyembunyikan rasa takutnya. Sandy juga sedang mempersiapkan diri untuk melihat hantu jenis apa lagi yang akan menampakkan diri di hadapannya.

Tak berselang lama, sesosok remaja pria muncul di tengah-tengah kamar. Tubuhnya pucat, membiru, bengkak dan juga basah kuyup.

Rupanya, hawa dingin dan sensasi basah yang dirasakan oleh Sandy berasal dari hantu basah itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ojek Dua Alam   Geng Bringas 3

    Perintah Mario langsung dijalankan tanpa banyak kompromi. Ketiga anggota geng Bringas sudah memantau pergerakan Mak Ijah dari mulai wanita itu berangkat kerja. Sandy yang belum ke luar rumah di jam tersebut tentunya tidak mengetahui hal tersebut.Berbeda dengan Mak Ijah yang matanya semacam mata elang, wanita paruh baya itu bisa mengetahui pergerakan mencurigakan yang terlihat di lingkungannya. Mak Ijah tidak nampan takut, malahan wanita itu tersenyum miring saja.Selama melakukan tugasnya di rumah sang majikan, Mak Ijah menyempatkan diri untuk melihat situasi di luar rumah. Dengan jelas dia bisa melihat tiga orang anak muda yang berkeliaran dengan menggunakan dua sepeda motor. Mak Ijah memotret momen tersebut dengan ponselnya.Namun, entah mengapa Mak Ijah tidak melakukan apapun setelahnya. Dia mengantongi ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya kembali. Mak Ijah bahkan tidak memberitahukan hal itu kepada Sandy.Hingga ketika jam pulang kerja tiba, Mak Ijah meninggalkan rumah majikann

  • Ojek Dua Alam   Geng Bringas 2

    Sandy membawa Kirana pulang ke rumahnya. Dia tahu jadwal keberadaan Pak Kades dan istrinya berada di rumah. Itulah sebabnya Sandy tak mau buang waktu datang ke rumah Kirana dan memilih ke rumahnya saja."Waalaikumussalam. Anak Emak yang ganteng, kenapa pulang bawa anak orang?" Mak Ijah menjawab salam meski anaknya belum berkata apapun. Suaranya dibuat mendayu-dayu seperti para ibu yang pura-pura baik ditengah perasaan emosi."Assalamualaikum, Mak. Tolong jangan marah dulu, ini Kirana kasian," balas Sandy.Mak Ijah mengarahkan pandangannya pada Kirana yang masih menunduk. Jantungnya sudah berdetak kencang melihat kemeja anaknya dipakai oleh Kirana."Kenapa Kirana? Kamu apain anak orang, Sandy?" Mak Ijah bertanya dengan nada menuduh."Kirana jatuh, terluka dan bajunya kebuka. Tapi bukan sama Sandy," jawab Sandy seraya menggelengkan kepalanya.Mak Ijah tahu putranya tidak berbohong. Dia pun bergegas membawa Kirana masuk ke dalam rumah dan mulai menanyakan keadaan gadis itu. Sedangkan San

  • Ojek Dua Alam   Geng Bringas

    Hari itu Sandy duduk di meja makan sambil terbengong-bengong. Pasalnya, Tika ada makanan apapun di balik tudung saji. Padahal biasanya lauk dan nasi sudah tersedia untuk dia sarapan. Namun, kali ini nasi pun tak ada."Kenapa Emak nggak masak, ya?" Sandy bergumam dalam kebingungan.Sekilas Sandy teringat janji Mak Nisa yang mau menghukum dirinya jika pulang lebih dari pukul 10:00 malam. "Masa sih karena itu? Perasaan Emak nggak marah sama sekali soal hari itu," ia bertanya-tanya sendiri.Tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Sandy pun bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki ke arah dapur. Tentunya dia harus memasak sesuatu untuk menenangkan perutnya yang sudah keroncongan. Karena dia sangat suka sesuatu yang instan, mie kemasan plastik pun menjadi pilihannya.Beberapa menit kemudian, Sandy sudah berada di meja makan lagi sambil memakan mie instan buatannya. Usai sarapan, Sandy berangkat menjemput Kirana untuk mengantarkan sang pacar ke pabrik tempatnya bekerja.Sang pacar na

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah 3

    Keesokan harinya, Sandy tidak menarik penumpang seperti hari-hari sebelumnya. Sandy sibuk menyusun rencana serta menyusun kata untuk pertemuannya dengan anggota geng malam nanti.Ya, dia sengaja memilih waktu malam agar si hantu Syarif bisa ikut serta bersamanya. Dengan kehadiran hantu Syarif diharapkan bisa segera menemukan si pelaku pembunuhan yang bersembunyi di dalam geng motor.Dirasa segala persiapan telah matang, Sandy pun ke luar dari dalam kamarnya. Dia menghampiri Mak Ijah yang baru pulang bekerja sebagai pembantu rumah tangga hariannya."Mau ke mana lagi, San?" tanya Mak Ijah dengan mata yang bergerak mengikuti pergerakan putranya."Sandy mau pergi kota sebentar, Mak. Nanti pulang sebelum jam 10:00 malam, kalau Sandy nggak pulang-pulang sampai besok, Mak lapor polisi aja, ya?" Sandy menerangkan.Mak Ijah langsung bangkit dari duduknya begitu mendengar penjelasan Sandy. Wajahnya terlihat bingung. "Kamu ngomong apa sih, San?" tanya Mak Ijah."Sandy mau ketemuan sama temen sem

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah 2

    Sandy duduk bersila sambil mendengarkan si hantu basah bercerita. Dari penuturannya, hantu itu merupakan seorang remaja berusia 15 tahun bernama Syarif yang tewas tenggelam di sungai yang jaraknya cukup dekat dengan kampung Sandy. Sandy nampak heran karena sebenarnya sungai itu tidaklah dalam, rasanya tidak mungkin ada orang meninggal tenggelam di sana."Kamu nggak meninggal tenggelam, 'kan?" tanya Sandy seraya menatap lekat lawan bicaranya.Syarif si hantu basah nampak bingung bagaimana menjelaskannya. "Kematian saya memang karena tenggelam, Kak. Tapi sebelumnya saya memang sempat pingsan dulu," jawabnya."Pingsan kenapa? Karena kalau tenggelam sangat tidak mungkin. Sungai itu mah dalamnya juga cuma selutut aku doang," kata Sandy.Syarif menganggukkan kepalanya. "Seingat saya, saya sedang dalam perjalanan pulang selepas main malam itu. Saya nggak tahu penyebab pastinya apa, tapi motor yang kami tumpangi tiba-tiba ditendang dari samping sampai kami jatuh bersamaan. Teman saya langsung

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah

    Beberapa hari setelah memulangkan pocong Aisyah ke rumah aslinya, Sandy kini bisa bernapas lega setelah beberapa kali harus melayani hantu sebagai penumpang ojeknya. Selama ini dia selalu merasa ketakutan dan cemas, tapi kini dia bisa kembali merasakan kebebasan dan ketenangan saat beraktivitas. Beban pikirannya terasa ringan karena tidak lagi merasa terintimidasi oleh wajah seram dan kasus para makhluk halus yang sering meminta bantuan padanya.Kehidupan pribadinya pun kembali normal, di mana dia bisa kembali menjalin hubungan dengan keempat pacarnya. Terutama Kirana, pacar pertamanya yang masih merajuk karena Sandy menolak mengantarnya bekerja beberapa waktu lalu. Sandy sadar bahwa dia harus segera meluruskan perasaan Kirana agar hubungan mereka kembali harmonis tanpa banyak drama.Di suatu Minggu pagi yang cerah, Sandy sudah mendapatkan panggilan telepon dari Rahayu, pacar keduanya. Wanita itu menelpon hanya untuk menyapa serta memberitahukan bahwa dia sudah hampir sampai ke rumah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status