Beranda / Horor / Ojek Dua Alam / Hantu basah

Share

Hantu basah

Penulis: Suci San
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-07 21:59:20

Beberapa hari setelah memulangkan pocong Aisyah ke rumah aslinya, Sandy kini bisa bernapas lega setelah beberapa kali harus melayani hantu sebagai penumpang ojeknya.

Selama ini dia selalu merasa ketakutan dan cemas, tapi kini dia bisa kembali merasakan kebebasan dan ketenangan saat beraktivitas. Beban pikirannya terasa ringan karena tidak lagi merasa terintimidasi oleh wajah seram dan kasus para makhluk halus yang sering meminta bantuan padanya.

Kehidupan pribadinya pun kembali normal, di mana dia bisa kembali menjalin hubungan dengan keempat pacarnya. Terutama Kirana, pacar pertamanya yang masih merajuk karena Sandy menolak mengantarnya bekerja beberapa waktu lalu. Sandy sadar bahwa dia harus segera meluruskan perasaan Kirana agar hubungan mereka kembali harmonis tanpa banyak drama.

Di suatu Minggu pagi yang cerah, Sandy sudah mendapatkan panggilan telepon dari Rahayu, pacar keduanya. Wanita itu menelpon hanya untuk menyapa serta memberitahukan bahwa dia sudah hampir sampai ke rumah Ricky. Rahayu hendak mengajak Sandy untuk berkencan.

Sontak saja Sandy yang masih bergumul dengan selimut dan bantal guling itu segera bangkit dan buru-buru mandi agar tidak terlihat kumal begitu Rahayu datang.

Belum juga selesai mandi, wanita cantik berambut ikal itu sudah datang lebih dulu. Kebetulan saat itu Mak Ijah juga berada di rumah karena libur bekerja. Dua wanita itu pun duduk bersama di ruang tengah.

Rahayu nampak banyak senyum dan tidak merasa grogi sama sekali. Padahal saat itu Mak Ijah terlihat seperti ibu-ibu julid yang menatap tamunya dengan penuh penilaian serta ekspresi wajah masam.

"Kamu ini pacaran sama anak saya sejak kapan?" tanya Mak Ijah dengan serius.

"Sejak Sandy lulus SMA, Bu." Rahayu menganggukkan kepalanya ketika menjawab.

Mak Ijah manggut-manggut dan kemudian memandangi wanita berpakaian rapi di hadapannya. "Berapa umur kamu? Sepertinya kamu lebih tua dari anak saya?" tanyanya masih dengan nada kurang ramah.

Rahayu tersenyum seraya menjawab. "Ayu memang 5 tahun lebih tua dari Ricky, Bu."

"Lah, kok mau sama anak saya? Kenapa? Jangan bilang karena tampangnya." Mak Ijah melayangkan tatapan menyelidik.

Rahayu langsung tertawa mendengar perkataan Mak Ijah yang satu itu. "Harus Ayu akui kalau dulu Ayu cuma iseng pacaran sama Ricky. Tapi Ayu jadi suka beneran karena Sandy anaknya lucu," jelasnya.

Mak Ijah geleng-geleng kepala mendengar alasan Rahayu memacari putranya. "Denger ya, Neng. Kamu ini masih muda dan cantik, saya kasih saran jangan tergoda sama tampang laki-laki. Walau terlihat lucu, mereka bisa berbalik jahatin kamu," ucap Mak Ijah setengah berbisik.

Rahayu langsung mengubah posisi duduknya. Badannya condong ke depan seolah berusaha untuk mendengarkan perkataan Mak Ijah dengan lebih serius. Mak Ijah juga memasang ekspresi wajah julid seperti emak-emak tukang gosip pada umumnya.

"Memangnya Sandy jahat ya, Bu?" tanya Rahayu dengan tampang serius.

"Saya tidak tahu watak asli anak saya seperti apa. Tapi lihat saja kelakuannya, punya pacar empat apa tidak red flag laki-laki begitu?" Suara Mak Ijah terdengar penuh antisipasi. Entah mengapa dia terdengar seolah sedang memojokkan anaknya sendiri.

Tanpa mereka sadari, Sandy yang tengah dibicarakan sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Pemuda itu sudah ganteng dan wangi, tetapi tampangnya terlihat masam. Dia bertanya-tanya mengapa ibunya bisa memojokkan anaknya sendiri, lebih-lebih lagi, Sandy heran dari mana Mak Ijah bisa tahu istilah red flag segala?

"Ya ampun, Mak. Bisa nggak sih jangan gitu sama anak sendiri?" ucap Sandy dengan nada memelas.

Mak Ijah dan Rahayu menoleh bersamaan. "Nih anak yang pacarnya banyak nongol!" celetuknya acuh tak acuh.

Rahayu sendiri nampak sumringah sampai menggeser posisi duduknya. Niatnya sih supaya Sandyduduk di sebelahnya, tetapi Sandy memilih duduk di samping ibunya.

"Mak jangan ngomong yang enggak-enggak sama Ayu. Lagian Sandy juga gak bermaksud punya pacar banyak, Sandy waktu itu nggak tega aja nolak perempuan," Sandy beralasan.

"Alasan! Ngomong aja kamu memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan." Mak Ijah menoyor kepala Sandy. Namun, putranya itu hanya cemberut tanpa protes.

Rahayu nampak memperhatikan interaksi anak dan ibu itu dengan senyum merekah. "Senang banget bisa akur sama ibu sendiri," gumamnya tanpa sadar.

Kini, gantian Sandy dan Mak Ijah yang menoleh ke arah Rahayu. Keduanya sama-sama terlihat heran.

"Kenapa, Ay?" Sandy bertanya.

Seketika, Rahayu mengerjapkan matanya. Dia pun terlihat salah tingkah dan beberapa kali membetulkan rambutnya yang sebenarnya terlihat rapi-rapi saja. "Ada apa? Aku ngomong apa barusan?" tanyanya sedikit panik.

Sandy dan Mak Ijah segera paham kalau Rahayu kelepasan berbicara. Namun, mereka tidak memperpanjang permasalahan itu. Sandy justru langsung bangkit dari duduknya.

"Mak, Sandy sama Ayu mau jalan-jalan ke balai kota bentar, ya? Nanti pulang setelah Dzuhur," Sandy berkata seraya mengulurkan tangannya.

Mak Ijah menyambut uluran tangan anaknya dan membiarkan Sandy mencium tangannya dengan takzim. "Main, main aja. Jangan macem-macem!" Ia memperingatkan.

Sandy menganggukkan kepalanya. "Iya, Mak."

"Jagain anak gadis orang, jangan sampai lecet!" tambah Mak Ijah.

Lagi, Sandy menganggukkan kepalanya. "Sudah pasti," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Lalu, Mak Ijah berfokus pada Rahayu sampai mengelus rambut gadis itu. "Kalau Sandy macam-macam, kasih tahu saya, biar saya yang kasih pelajaran!" katanya.

Rahayu mengangguk seraya mengacungkan jempol tangannya. "Baik, Bu."

Sandy dan Rahayu pun ke luar rumah dan menaiki mobil bersama-sama. Tentu saja mobil tersebut milik Rahayu yang merupakan anak seorang pemilik garmen di kota itu. Segala fasilitas terbaik sudah dia dapatkan sejak kecil mula, maka tak heran dia sudah memiliki mobil sendiri meski dibelikan oleh orang tuanya.

"Yang, aku seneng sih kita bisa jalan-jalan. Tapi— kenapa Kirana ikut juga, sih?" Rahayu yang tengah menyetir mobil bertanya dengan tampang heran.

Pasalnya, di jok belakang mobilnya sudah ada Kirana yang ikut tanpa izin dan tanpa sepengetahuannya.

Sandy melirik ke arah Rahayu, merasa bersalah karena kemunculan Kirana yang secara tiba-tiba. Dia pun tidak menyangka bahwa pacar pertamanya itu bisa masuk ke dalam mobil.

"Maaf, Ay. Aku nggak tahu kenapa Kirana bisa ikut," ucap Sandy.

Rahayu nampak geleng-geleng kepala. "Nyebelin, sih. Tapi nggak apa lah," ucapnya berusaha ikhlas. "Lagian dia nangis-nangis kenapa, sih? Ini 'kan memang jadwal kita buat main, kalian berantem?" Ia bertanya-tanya.

Sandy menengok ke belakang. Dia bisa melihat Kirana sedang mengusap air mata dengan punggung tangannya.

"Kirana, aku minta maaf ya, waktu itu aku enggak bisa nganterin kamu kerja. Aku ada keperluan mendesak yang harus aku selesaikan," ujar Sandy sambil mencoba untuk menenangkan Kirana.

Kirana tampak masih kesal, tetapi dia mulai membuka hatinya untuk mendengarkan penjelasan Sandy. "Aku cuma ingin kamu jujur. Kita pacaran udah lama, kamu tahu aku nggak suka dibohongi. Kamu ada urusan sama siapa sebenarnya?" tanya Kirana.

Sandy nampak bingung harus menjelaskan apa pada Kirana. Sedangkan Ayu nampak penasaran dengan masalah Kirana dan Sandy. Dengan fokus dia mendengarkan sambil menyetir.

"Aduh, gimana ya jelasinnya?" Sandy garuk-garuk kepala tak gatal.

"Jawab aja sih, Yang! Emangnya kamu mau nganterin pelanggan jenis apa sampai nggak mau nganterin Kirana kerja?" Rahayu ikut buka suara.

"Jawabannya pasti bikin kalian nggak percaya, deh. Beneran," ucap Sandy.

"Ya jawab aja dulu, siapa tahu kami berdua maklum," sahut Ayu. Entah mengapa sekarang justru Rahayu yang ngebet ingin tahu alasan Sandy.

"Jangan ketawa, ya!" Sandy memperingatkan sebelum menjelaskan.

Selanjutnya, Sandymenceritakan pelanggan jenis apa yang membuatnya tidak bisa mengantarkan Kirana kemarin. Tentunya perkataannya sebagai tukang ojek lintas alam pun dibongkar tuntas kepada dua pacarnya. Alhasil Kirana dan Rahayu sampai terbengong-bengong saking tak percaya mendengar cerita pacar mereka.

Rahayu bahkan menepikan mobilnya di bahu jalan dan fokus pada kekasihnya. "Yang bener aja, kamu beneran ngojek hantu?" tanyanya tak percaya.

"Iya, yang bener?" Kirana ikut bertanya-tanya. Wanita itu bahkan sudah tak lagi menangis saking terkejutnya.

Sandy mengacungkan dua hari sebagai simbol keseriusan. "Beneran!" tegasnya.

"Terus mereka bayar pakai apa, Yang?" tanya Rahayu lagi. "Pakai daun, kah?" tebaknya.

"Bukan, bayarnya ya pakai uang. Uang dari orang tua mereka," jawab Sandy.

"Wah, jadi beneran dianterin ke rumah mereka? Kuburan kah?" Kali ini Kirana yang bertanya.

Sandy menggelengkan kepalanya. "Bukan atuh, Sayang. Ke rumah orang tua mereka yang masih hidup," jawabnya. "Kasihan banget loh mereka, meninggal sudah lama dan arwahnya masih belum sempurna. Mana dua-duanya perempuan lagi, aku jadi khawatir sama kalian," tambah Sandy.

"Pokoknya kalian harus hati-hati banget kalau berada di luar rumah, ya? Kabarin aku atau keluarga kalian kalau mau pergi ke mana-mana," Sandy memperingatkan.

"Oke."

"Iya, Yang."

Kirana dan Rahayu menjawab bersamaan. Setelahnya, percakapan mereka berganti dengan membahas destinasi jalan-jalan mereka hari itu. Meski dengan sedikit dongkol, Rahayu harus membiarkan Kirana ikut acara dating mereka, sehingga ketiganya menghabiskan waktu bersama hingga waktu pulang tiba.

Ketiganya pulang bersama dan menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Sandy sebelum kembali ke rumah masing-masing. Sandy nampak sumringah saja melihat dua pacarnya yang akur, berbeda dengan Mak Ijah yang memijit pelipisnya, seolah merasa pusing melihat anaknya.

"Kamu ini benar-benar! Udah nggak modal jalan-jalan disupirin cewek, dianterin pulang pula." Mak Ijah geleng-geleng kepala.

Sandy hanya nyengir kuda saja mendengar Mak Ijah komplain. Sebenarnya dia merasa malu, tetapi mau bagaimana lagi? Toh komplainan Mak Ijah tidak terbantahkan.

"Berhubung hari ini kamu belum menggunakan tenagamu untuk hal berguna, sekarang kamu ngojek aja sana! Jangan cuma nyengir gak jelas," gerutu Mak Ijah.

"Iya, Mak, iya..." Sandy menyahut sembari gelenddotan di tangan ibunya.

Mak Ijah hanya bisa berdecak melihat putranya yang aleman itu.

Kemudian, Sandy lekas pergi mengambil helm di kamarnya. Pemuda itu pun segera berpamitan untuk menarik penumpang.

Suasana kampung nampak lengang dan sepi ketika Sandymelintas dengan sepeda motornya. Karena itulah Sandy sengaja memacu pelan laju motor untuk melihat-lihat sekitar. Sandy baru sadar kalau ada di setiap jalan sudah ramai dengan spanduk pemilihan kepala daerah di kampungnya.

Tak lama, Sandy sampai di pangkalan ojek. Dia memarkir motornya di barisan paling belakang dan kemudian bergabung dengan tiga bapak-bapak yang sudah lebih dulu mangkal di sana.

"Lihat, tuh cewek! Cakep bener." Mang Agus berdecak kagum sembari mengarahkan pandangannya ke ujung gang.

Refleks Sandy menengok ke arah yang sama dan mendapati dua wanita tengah berdiri di persimpangan gang. Keduanya memang terlihat bening dan glowing, tetapi Sandy tak tahu wanita mana yang menjadi biang tatapan Mang Agus. Sandy justru fokus pada satu wanita yang sudah sering dia lihat berada di gang tersebut.

Wanita berambut panjang itu seperti biasa akan memalingkan wajah jika Sandy bertemu pandang dengannya. Entah apa masalahnya?

"Anak gang sebelah bukan, sih?" Sandy bertanya entah pada siapa. Secara matanya masih fokus menatap si wanita cantik yang tengah menunduk sembari memainkan jemarinya.

"Ah, kamu mah jangan ikut-ikutan, San! Udah punya pacar banyak masih maruk nanyain cewek lain," sahut Mang Agus.

Sandy menoleh dengan tampang heran. "Kok Amang bisa tahu kalau aku punya pacar banyak?" tanyanya kebingungan.

Mang Agus menepuk pundak Sandycukup kencang sampai membuat Sandymeringis seraya mengusap lengannya. "Tahu lah! Mak Ijah yang bilang. Mak kamu tertekan banget sama kelakuan kamu, San!" ucapnya sambil terkekeh.

"Anak pertama saya sampai protes loh, San. Katanya dia jomblo karena ceweknya sudah pada diambil kamu semua," Kang Ujang turut berkomentar.

"Yee, bukan salahku! Lagian di kampung ini masih banyak cewek, Kang," sahut Sandy membela diri.

Cukup lama mereka saling debat dan membahas tentang Sandy yang memiliki pacar lebih dari satu. Hingga kemudian satu persatu dari mereka mulai pergi menarik penumpang sesuai antrian.

Seperti biasanya pula, Sandy adalah yang paling akhir menarik penumpang. Ketika Kang Ujang telah pulang, Sandy masih duduk di pangkalan ojek sembari menggosokkan kedua tangannya. Dia merasa begitu kedinginan malam itu.

"Dingin bener ini malam, padahal nggak ada hujan, nggak ada angin," gumam Sandy. Sesekali dia bergidik merasakan hawa dingin yang dirasa menembus jaketnya.

Tak lama, omongan Sandy seolah menjadi nyata. Angin berhembus disertai rintik gerimis yang kian lama kian membesar. Terjadilah hujan yang menambah dingin suasana. Sandy hanya bisa menelan ludahnya sendiri melihat hujan yang begitu deras secara tiba-tiba.

"Tau ah, mending pulang aja!" Sandy bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pulang tak peduli dengan hujan. Pikirnya, sekali basah-basahan tak masalah, yang penting setelahnya dia berada di dalam rumah.

Sandy pun mengenakan helm dan mulai menaiki motornya yang setengah basah terkena percikan air hujan. Motor pun melaju meninggalkan pangkalan ojek malam itu.

Singkat cerita, Sandy telah sampai di rumahnya. Tentu saja dia mendapat omelan dari Mak Ijah yang kesal melihat putranya pulang dalam keadaan basah kuyup. Sandy hanya meminta maaf sekadarnya dan kemudian masuk ke kamar untuk mandi dan beristirahat.

Anehnya, Sandy merasa terus kedinginan dan pakaiannya terus basah meski dia sudah berganti baju beberapa kali. Sandypun duduk di pojokan kamar sambil mengedarkan pandangannya. "Ada yang nggak beres, nih! Masa badanku basah terus padahal di dalam rumah," gumamnya.

"Siapapun kamu yang ada di kamar ini, cepat tampakkan wujud aslimu! Aku nggak takut," ucap Sandy. Meski berkata tidak takut, tetapi pemuda itu sampai meremas pakaiannya untuk menyembunyikan rasa takutnya. Sandy juga sedang mempersiapkan diri untuk melihat hantu jenis apa lagi yang akan menampakkan diri di hadapannya.

Tak berselang lama, sesosok remaja pria muncul di tengah-tengah kamar. Tubuhnya pucat, membiru, bengkak dan juga basah kuyup.

Rupanya, hawa dingin dan sensasi basah yang dirasakan oleh Sandy berasal dari hantu basah itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah 2

    Sandy duduk bersila sambil mendengarkan si hantu basah bercerita. Dari penuturannya, hantu itu merupakan seorang remaja berusia 15 tahun bernama Syarif yang tewas tenggelam di sungai yang jaraknya cukup dekat dengan kampung Sandy. Sandy nampak heran karena sebenarnya sungai itu tidaklah dalam, rasanya tidak mungkin ada orang meninggal tenggelam di sana."Kamu nggak meninggal tenggelam, 'kan?" tanya Sandy seraya menatap lekat lawan bicaranya.Syarif si hantu basah nampak bingung bagaimana menjelaskannya. "Kematian saya memang karena tenggelam, Kak. Tapi sebelumnya saya memang sempat pingsan dulu," jawabnya."Pingsan kenapa? Karena kalau tenggelam sangat tidak mungkin. Sungai itu mah dalamnya juga cuma selutut aku doang," kata Sandy.Syarif menganggukkan kepalanya. "Seingat saya, saya sedang dalam perjalanan pulang selepas main malam itu. Saya nggak tahu penyebab pastinya apa, tapi motor yang kami tumpangi tiba-tiba ditendang dari samping sampai kami jatuh bersamaan. Teman saya langsung

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Ojek Dua Alam   Mata batin terbuka

    Tubuh Sandy melayang di udara dan jatuh dengan keras ke atas aspal jalan. Sebelumnya, pria 22 tahun itu tengah mengikuti balap liar yang biasa diadakan oleh pemuda-pemuda yang mengaku sebagai geng motor. Sialnya, Sandy justru bertabrakan dengan pembalap lain yang melaju berlawanan arah. Sandy masih sadar saat itu, dia juga bisa melihat orang-orang berlarian ke arahnya. Namun, fokusnya hanya tertuju pada seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan sembari menatap ke arahnya. Sandy bertanya-tanya, siapakah wanita itu? Belum sempat pertanyaan yang berputar di benaknya terjawab, Sandy sudah keburu diangkat oleh rekannya dan dibawa pergi. Ketika membuka mata, Sandy telah berbaring di ranjang perawatan. Tangannya diinfus dan kepalanya juga diperban. Sandy celingukan seperti orang bingung karena hanya dia seorang yang ada di ruangan itu. Oh, salah. Sandy ersenyum ketika melihat pergerakan di ranjang depan. Dia tidak sendiri. Meski ranjang perawatan itu ditutup tirai, tetapi Sandy bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Ojek Dua Alam   Empat pacar Sandy

    Hari berikutnya, Sandy sudah diperkenankan pulang dari rumah sakit. Seperti biasa Mak Ijah akan menjemput anak itu dengan sepeda motor matic miliknya. Jujur saja selama Mak Ijah mengurus berkas kepulangan, Sandy terus mengekor di belakang ibunya karena dia terus mendengar seseorang memanggil namanya.Sandy yakin kalau suara itu milik suster berdarah yang mengganggunya beberapa hari kemarin. Karena terus berada di samping ibunya, Sandy pun tidak melihat hantu itu lagi. Pada akhirnya dia berhasil pulang ke rumah.Hal yang tak disangka-sangka, kepulangan Sandy disambut dengan adanya empat wanita yang berdiri di teras rumahnya. Keempat wanita itu langsung tersenyum begitu melihat Sandy datang."Sayangku.""Ayang!""Sayang.""Sandy."Keempat wanita itu menyapa dengan sebutan yang berbeda-beda. Sandy yang mendengarnya hanya bisa menelan ludah karena sekarang dia dihadapkan dengan masalah baru.Lain lagi dengan Mak Ijah yang nampak biasa saja, wanita itu justru cengengesan sendiri. "Makan tu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Ojek Dua Alam   Hantu Dinda

    Sandy semakin ketar-ketir ketika hidungnya mencium bau anyir khas darah. Dia tahu kalau penumpangnya sudah berubah menjadi hantu menyeramkan sama seperti yang ia lihat di rumah sakit. "Abang mau baca surah An-Nas lagi , enggak?" Hantu suster berdarah itu bertanya dengan nada mengejek. Sandy biasanya akan mudah terprovokasi, tetapi kali ini nyali untuk adu bacot sudah menghilang dan tergantikan dengan rasa takut yang luar biasa. "T-tolong jangan gangguin saya," ucap Sandy tergagap. "Aku enggak mau ganggu, kok. Aku cuma mau diantar pulang ke rumah," jawab hantu wanita. "Saya nggak kenal kamu, saya nggak mau kenal juga. Tolong cari orang lain saja buat nganterin kamu pulang," ucap Sandy masih dengan bibir yang gemetar. "Aku maunya sama Abang Sandy." Hantu wanita melingkarkan kedua tangannya di perut Sandy. Perut Sandy semakin mules merasakan hawa dingin yang menembus jaketnya. "Y-ya udah, di mana makam kamu?" Sandy akhirnya menyerah dan berniat untuk mengantarkan saja hantu itu k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Ojek Dua Alam   Wanita tak menampak tanah

    Keesokan harinya, Sandy hanya berbaring di atas sofa berbalutkan selimut bulu. Pria itu langsung demam setelah pulang dari kediaman Dinda semalam. "Ini anak, ampun deh! Dulu pulang subuh kelayapan balap motor. Sekarang disuruh ngojek sampai kebablasan pulang subuh juga. Bingung emak sama kamu, San!" Mak Ijah mengomel ketika datang dengan membawa segelas teh hangat untuk putranya. "Sandy habis nganterin hantu, Mak. Kasihan banget loh, Mak. Dia dibunuh tetangganya sendiri sampai tiga tahun jasadnya belum ditemukan," Sandy bercerita. "Makin ngaco aja omongan kamu ini, Nak. Ini pasti gara-gara kepala kamu yang terbentur pas kecelakaan itu." Mak Ijah geleng-geleng kepala. "Sandy nggak ngaco, Mak! Coba aja pantau berita hari ini, pasti kasus Dinda di-up lagi." Sandy berdecak karena ibunya tak mempercayai dirinya. Siapa pula yang mau percaya jika Sandybercerita sesantai itu? Mak Ijah menghembuskan napas panjang. "Sudah lah, minum saja ini, habis itu sarapan. Emak sudah buatkan bubur bua

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Ojek Dua Alam   Pocong Aisyah

    Wanita itu terus muncul di beberapa kesempatan. Pandangannya selalu tertuju pada Sandy . Sandy juga sebenarnya selalu melihat wanita itu, tetapi dia tidak berbuat apa-apa, bahkan sekadar bertanya pun tidak dia lakukan.Sandy yang over percaya diri itu malah menduga bahwa wanita itu naksir padanya. Itulah sebabnya dia tidak mau merespon. Pacarnya sudah ada empat dan Sandy tidak mau menambah lagi, begitu pikirnya.Malam harinya, Sandy masih berada di pangkalan ojek. Dia sedang menunggu Kirana menghubunginya. Pria itu bergidik begitu angin malam berhembus. Meskipun pernah menjadi anak motor, tetapi sebenarnya Sandy cukup lemah bila terkena angin malam."Gila, cepat banget malam tiba. Perasaan tadi langit masih terang," gumam Sandy sembari menggosokkan kedua tangannya."Yang lain pada ke mana, sih? Kok nggak ada yang balik lagi sejak tadi?" Sandy bertanya-tanya karena rekan sesama tukang ojek belum kembali ke pangkalan. Padahal seingatnya, tujuan pelanggan mereka tidak jauh-jauh d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Ojek Dua Alam   Pocong Aisyah 2

    Sandy mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang malam itu. Di belakangnya, pocong Aisyah nampak terus berbicara."Kenapa Abang Sandy pulang lagi? Padahal tadi Abang Sandy sudah lihat bapaknya Aisyah!" Pocong itu bertanya dengan nada manja bak remaja perempuan.Sandy hanya mendengarkan tanpa mau menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa? Sudah jelas karena dia banyak berpapasan dengan pengendara lain di jalan. Sandy tidak mau dianggap gila karena berbicara sendiri, secara pocong Aisyah sudah pasti tidak terlihat kala itu.Ketika motor tiba di rumah, barulah Sandy berbicara. "Jangan ngajak aku bicara di jalan, nanti aja kalau aku sendirian," ucapnya.Pocong Aisyah menganggukkan kepalanya. Lantas dia mengikuti Sandy yang berjalan mendekati pintu masuk rumahnya."Assalamualaikum," ucap Sandy seraya mengetuk pintu."Mak? Sandy pulang!" seru Sandy setelah beberapa saat tak terdengar jawaban dari dalam rumahnya.Tak mau lama menunggu karena mengira ibunya sudah tertidur, Sandy pun merogoh sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07

Bab terbaru

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah 2

    Sandy duduk bersila sambil mendengarkan si hantu basah bercerita. Dari penuturannya, hantu itu merupakan seorang remaja berusia 15 tahun bernama Syarif yang tewas tenggelam di sungai yang jaraknya cukup dekat dengan kampung Sandy. Sandy nampak heran karena sebenarnya sungai itu tidaklah dalam, rasanya tidak mungkin ada orang meninggal tenggelam di sana."Kamu nggak meninggal tenggelam, 'kan?" tanya Sandy seraya menatap lekat lawan bicaranya.Syarif si hantu basah nampak bingung bagaimana menjelaskannya. "Kematian saya memang karena tenggelam, Kak. Tapi sebelumnya saya memang sempat pingsan dulu," jawabnya."Pingsan kenapa? Karena kalau tenggelam sangat tidak mungkin. Sungai itu mah dalamnya juga cuma selutut aku doang," kata Sandy.Syarif menganggukkan kepalanya. "Seingat saya, saya sedang dalam perjalanan pulang selepas main malam itu. Saya nggak tahu penyebab pastinya apa, tapi motor yang kami tumpangi tiba-tiba ditendang dari samping sampai kami jatuh bersamaan. Teman saya langsung

  • Ojek Dua Alam   Hantu basah

    Beberapa hari setelah memulangkan pocong Aisyah ke rumah aslinya, Sandy kini bisa bernapas lega setelah beberapa kali harus melayani hantu sebagai penumpang ojeknya. Selama ini dia selalu merasa ketakutan dan cemas, tapi kini dia bisa kembali merasakan kebebasan dan ketenangan saat beraktivitas. Beban pikirannya terasa ringan karena tidak lagi merasa terintimidasi oleh wajah seram dan kasus para makhluk halus yang sering meminta bantuan padanya.Kehidupan pribadinya pun kembali normal, di mana dia bisa kembali menjalin hubungan dengan keempat pacarnya. Terutama Kirana, pacar pertamanya yang masih merajuk karena Sandy menolak mengantarnya bekerja beberapa waktu lalu. Sandy sadar bahwa dia harus segera meluruskan perasaan Kirana agar hubungan mereka kembali harmonis tanpa banyak drama.Di suatu Minggu pagi yang cerah, Sandy sudah mendapatkan panggilan telepon dari Rahayu, pacar keduanya. Wanita itu menelpon hanya untuk menyapa serta memberitahukan bahwa dia sudah hampir sampai ke rumah

  • Ojek Dua Alam   Pocong Aisyah 2

    Sandy mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang malam itu. Di belakangnya, pocong Aisyah nampak terus berbicara."Kenapa Abang Sandy pulang lagi? Padahal tadi Abang Sandy sudah lihat bapaknya Aisyah!" Pocong itu bertanya dengan nada manja bak remaja perempuan.Sandy hanya mendengarkan tanpa mau menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa? Sudah jelas karena dia banyak berpapasan dengan pengendara lain di jalan. Sandy tidak mau dianggap gila karena berbicara sendiri, secara pocong Aisyah sudah pasti tidak terlihat kala itu.Ketika motor tiba di rumah, barulah Sandy berbicara. "Jangan ngajak aku bicara di jalan, nanti aja kalau aku sendirian," ucapnya.Pocong Aisyah menganggukkan kepalanya. Lantas dia mengikuti Sandy yang berjalan mendekati pintu masuk rumahnya."Assalamualaikum," ucap Sandy seraya mengetuk pintu."Mak? Sandy pulang!" seru Sandy setelah beberapa saat tak terdengar jawaban dari dalam rumahnya.Tak mau lama menunggu karena mengira ibunya sudah tertidur, Sandy pun merogoh sa

  • Ojek Dua Alam   Pocong Aisyah

    Wanita itu terus muncul di beberapa kesempatan. Pandangannya selalu tertuju pada Sandy . Sandy juga sebenarnya selalu melihat wanita itu, tetapi dia tidak berbuat apa-apa, bahkan sekadar bertanya pun tidak dia lakukan.Sandy yang over percaya diri itu malah menduga bahwa wanita itu naksir padanya. Itulah sebabnya dia tidak mau merespon. Pacarnya sudah ada empat dan Sandy tidak mau menambah lagi, begitu pikirnya.Malam harinya, Sandy masih berada di pangkalan ojek. Dia sedang menunggu Kirana menghubunginya. Pria itu bergidik begitu angin malam berhembus. Meskipun pernah menjadi anak motor, tetapi sebenarnya Sandy cukup lemah bila terkena angin malam."Gila, cepat banget malam tiba. Perasaan tadi langit masih terang," gumam Sandy sembari menggosokkan kedua tangannya."Yang lain pada ke mana, sih? Kok nggak ada yang balik lagi sejak tadi?" Sandy bertanya-tanya karena rekan sesama tukang ojek belum kembali ke pangkalan. Padahal seingatnya, tujuan pelanggan mereka tidak jauh-jauh d

  • Ojek Dua Alam   Wanita tak menampak tanah

    Keesokan harinya, Sandy hanya berbaring di atas sofa berbalutkan selimut bulu. Pria itu langsung demam setelah pulang dari kediaman Dinda semalam. "Ini anak, ampun deh! Dulu pulang subuh kelayapan balap motor. Sekarang disuruh ngojek sampai kebablasan pulang subuh juga. Bingung emak sama kamu, San!" Mak Ijah mengomel ketika datang dengan membawa segelas teh hangat untuk putranya. "Sandy habis nganterin hantu, Mak. Kasihan banget loh, Mak. Dia dibunuh tetangganya sendiri sampai tiga tahun jasadnya belum ditemukan," Sandy bercerita. "Makin ngaco aja omongan kamu ini, Nak. Ini pasti gara-gara kepala kamu yang terbentur pas kecelakaan itu." Mak Ijah geleng-geleng kepala. "Sandy nggak ngaco, Mak! Coba aja pantau berita hari ini, pasti kasus Dinda di-up lagi." Sandy berdecak karena ibunya tak mempercayai dirinya. Siapa pula yang mau percaya jika Sandybercerita sesantai itu? Mak Ijah menghembuskan napas panjang. "Sudah lah, minum saja ini, habis itu sarapan. Emak sudah buatkan bubur bua

  • Ojek Dua Alam   Hantu Dinda

    Sandy semakin ketar-ketir ketika hidungnya mencium bau anyir khas darah. Dia tahu kalau penumpangnya sudah berubah menjadi hantu menyeramkan sama seperti yang ia lihat di rumah sakit. "Abang mau baca surah An-Nas lagi , enggak?" Hantu suster berdarah itu bertanya dengan nada mengejek. Sandy biasanya akan mudah terprovokasi, tetapi kali ini nyali untuk adu bacot sudah menghilang dan tergantikan dengan rasa takut yang luar biasa. "T-tolong jangan gangguin saya," ucap Sandy tergagap. "Aku enggak mau ganggu, kok. Aku cuma mau diantar pulang ke rumah," jawab hantu wanita. "Saya nggak kenal kamu, saya nggak mau kenal juga. Tolong cari orang lain saja buat nganterin kamu pulang," ucap Sandy masih dengan bibir yang gemetar. "Aku maunya sama Abang Sandy." Hantu wanita melingkarkan kedua tangannya di perut Sandy. Perut Sandy semakin mules merasakan hawa dingin yang menembus jaketnya. "Y-ya udah, di mana makam kamu?" Sandy akhirnya menyerah dan berniat untuk mengantarkan saja hantu itu k

  • Ojek Dua Alam   Empat pacar Sandy

    Hari berikutnya, Sandy sudah diperkenankan pulang dari rumah sakit. Seperti biasa Mak Ijah akan menjemput anak itu dengan sepeda motor matic miliknya. Jujur saja selama Mak Ijah mengurus berkas kepulangan, Sandy terus mengekor di belakang ibunya karena dia terus mendengar seseorang memanggil namanya.Sandy yakin kalau suara itu milik suster berdarah yang mengganggunya beberapa hari kemarin. Karena terus berada di samping ibunya, Sandy pun tidak melihat hantu itu lagi. Pada akhirnya dia berhasil pulang ke rumah.Hal yang tak disangka-sangka, kepulangan Sandy disambut dengan adanya empat wanita yang berdiri di teras rumahnya. Keempat wanita itu langsung tersenyum begitu melihat Sandy datang."Sayangku.""Ayang!""Sayang.""Sandy."Keempat wanita itu menyapa dengan sebutan yang berbeda-beda. Sandy yang mendengarnya hanya bisa menelan ludah karena sekarang dia dihadapkan dengan masalah baru.Lain lagi dengan Mak Ijah yang nampak biasa saja, wanita itu justru cengengesan sendiri. "Makan tu

  • Ojek Dua Alam   Mata batin terbuka

    Tubuh Sandy melayang di udara dan jatuh dengan keras ke atas aspal jalan. Sebelumnya, pria 22 tahun itu tengah mengikuti balap liar yang biasa diadakan oleh pemuda-pemuda yang mengaku sebagai geng motor. Sialnya, Sandy justru bertabrakan dengan pembalap lain yang melaju berlawanan arah. Sandy masih sadar saat itu, dia juga bisa melihat orang-orang berlarian ke arahnya. Namun, fokusnya hanya tertuju pada seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan sembari menatap ke arahnya. Sandy bertanya-tanya, siapakah wanita itu? Belum sempat pertanyaan yang berputar di benaknya terjawab, Sandy sudah keburu diangkat oleh rekannya dan dibawa pergi. Ketika membuka mata, Sandy telah berbaring di ranjang perawatan. Tangannya diinfus dan kepalanya juga diperban. Sandy celingukan seperti orang bingung karena hanya dia seorang yang ada di ruangan itu. Oh, salah. Sandy ersenyum ketika melihat pergerakan di ranjang depan. Dia tidak sendiri. Meski ranjang perawatan itu ditutup tirai, tetapi Sandy bisa m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status