Malam pekat berkabut di dalam hutan bambu yang lebat. Di balik awan tebal yang berarak, tampak sebagian bulan purnama yang belum sempurna. Suasana di hutan bambu itu itu sangat tegang, dingin, dan aura kegelapannya sangat pekat.Langkah-langkah kaki terdengar saling bergerisik akibat gesekan ujung celana dengan dedaunan di dalam hutan. Tapak-tapak sandal jerami terdengar berkecipak di antara genangan air dan kubangan lumpur akibat tanah yang basah.Dua puluh pria berpedang dan membawa lentera di tangan berlarian di dalam hutan bambu untuk menyelamakan diri. Lentera yang mereka bawa berayun-ayun. Tanah yang mereka pijak bergetar.Brak!Sebuah lentera milik salah satu pria terjatuh ke tanah. Api membakar lentera itu seketika. Sang pria pemilik lentera membuka mata dengan sangat lebar hingga pembuluh darahnya bertonjolan di bagian putih mata.Kraak! Kraakk!Sejumlah gagak berterbangan meninggalk
“Di mana aku?” ujar Karuna kebingungan.Seekor kuda mengendus wajahnya. Napas bau dan basah kuda mengenai wajah pria itu. Dia hanya bisa mengerjap dan menghirup aroma kotoran kuda serta jerami basah. Tubuhnya kaku tak bisa bergerak tapi rasa sakit menjalar di setiap permukaan kulitnya. Dia menggigil. Kabut tebal menyelimuti kandang kuda yang terbuka.“Orang gila!” teriak salah satu penjaga istal yang datang membawa setumpuk jerami.Karuna berusaha duduk meski kepalanya sakit luar biasa. Dia mengangkat tangan yang gemetar di depan matanya.Buk!Karuna rebah lagi ke tumpukan jerami basah. Seseorang menendangnya dari belakang. Pria berwajah cantik itu menunduk dan menjambak rambut Karuna hingga terdongak.“Kudengar kau yang akan pergi ke Gunung Iblis? Aku akan meletakkan mataku di depanmu! Kau hanya perlu mengikuti perintahku karena aku yang akan pergi ke sana bersa
“Kau... Kau membunuh dia!” teriak Tuan Zhu penuh kemarahan. “Kau bajingan! Kenapa kau melakukan itu?” Tuan Zhu berjalan dengan pedang tergenggam kuat di tangan.Dia bersiap mengayunkan pedang pada Karuna dan saat itu juga Chyou menghalangi.“Tuan Besar, tunggu! Saya yakin ini salah paham. Bukan Karuna pelakunya. Dia ada bersama saya sejak sore.”“Tuan Zhu,” sergah salah satu siswa kultivasi yang hadir di sana. “Daging dan cairan anakmu disedot sampai kering. Dia pasti dibunuh oleh iblis. Tak ada manusia yang bisa melakukan hal seperti ini.”“Tidak! Dia pasti yang membunuh anakku! Dia iblisnya!” jerit Tuan Zhu menolak penjelasan apa pun.“Kenapa aku membunuh putramu, Tuan Zhu? Tak ada keuntungan untukku dengan melakukan itu!” bantah Karuna dengan tenang dan santai.“Kau...,” tuding Tuan Zhu kesal. &
Para siswa kultivasi itu bersiaga. Dua orang mendekati sang asisten rumah tangga yang mati dan akan menutupi jasadnya. Akan tetapi, dada pria itu berlubang sangat besar. Organ di dalamnya hilang sama sekali. Mereka terkejut.“Kenapa bisa begini? Tuan Muda Changyi baik-baik saja. Tubuhnya utuh hanya cairan dan jiwanya yang disedot sampai kering.”Jedug! Jedug!Karuna yang bersembunyi di balik semak tak jauh dari halaman belakang rumah Tuan Zhu menjadi gelisah. Jantungnya berdebar kencang. Dia bisa merasakan kapara miliknya terasa sangat dekat.“Di mana dia? Setelah keluar dari tubuh si asisten rumah tangga dan sekarang....” Karuna berlari melihat situasi di halaman lebih dekat. Dia mengikuti debaran jantungnya yang semakin menguat.Di belakang dua siswa kultivasi itu, mereka melihat keanehan. Chyou berteriak dan menjerit karena melihat Tuan Zhu menjadi aneh.“Ada
“Kakak Tertua?” kejut para siswa itu dengan wajah berseri-seri.“Nona Lilian, terima kasih sudah datang!” Mereka memberi salam dan hormat.“Bukan waktunya untuk bersapa. Kita harus hentikan energi gelap ini!” Gadis itu mencabut tiga anak panah dari punggungnya dan menembakkan ke arah Tuan Zhu. Anak panah yang melesat mengeluarkan cahaya kebiruan dan membelah menjadi ratusan jumlahnya.“Dia kultivator yang kuat! Energinya terpampang dengan sangat jelas,” gumam Karuna. “Aku bisa ketahuan jika terus di sini. Sebaiknya, aku pergi. Segel pelindung itu juga sudah rusak. Kapara pasti akan kembali padaku meski tidak sekarang!”Karuna menyelinap pergi ke istal kuda di belakang dan menaiki kuda betina nakal satu-satunya yang ada di sana. Dia berkuda seperi orang gila. Karuna hanya ingin pergi dari sana secepatnya.“Aku benci berurusan dengan
“Kau...,” sergah Karuna lagi. “Kau yang bermain kecapi malam itu, kan?”Duaaarrr!Sebuah ledakan besar terdengar dari satu arah di kedalaman hutan. Baik Karuna maupun Lilian sama-sama terkejut. Karuna segera berlari menuju ke sumber ledakan.Di kedalaman hutan, asap bercampur debu berterbangan menggelapkan pandangan. Di balik kepulan asap dan debu itu terlihat para siswa kultivator dan pasukan yang dibawa oleh Eknath tengah berhadapan dengan satu sosok berbaju zirah berukuran sangat besar.Ledakan sebelumnya berasal dari akumulasi energi kemarahan di dalam tanah hutan yang timbul akibat potongan pusaka mata naga.Potongan pusaka mata naga itu yang membangkitkan baju zirah milik para tentara yang terkubur di dalam tanah hutan selama ratusan tahun. Dia terdiri dari banyak baju zirah yang bergabung menjadi satu dan tercipta raksasa besi berjalan penuh energi kemarahan.Ta
“Serahkan dua benda di tangan kalian masing-masing!” perintah Lilian tegas.Karuna dan Eknath saling tatap.“Benda apa maksudmu?” selidik Karuna berpura-pura bodoh.Sedang Eknath mengabaikan ucapan gadis itu dan pergi begitu saja bersama sisa pasukannya yang sebenarnya juga mulai ketakutan pada Eknath.“Berhenti!” sergah Lilian.Para siswa kultivasinya mengadang Eknath atas perintah Lilian.“Kenapa kalian menghalangiku? Bukankah aku tidak ada urusan dengan kalian?”“Kau sudah menebar jaring penjerat sihir di hutan ini. Apa sebenarnya tujuanmu datang ke sini?”“Untuk berburu malam tentu saja!” seringainya. “Benar, kan?” tanya Eknath pada pasukannya.“Be-benar, Nona... Kami mendapat perintah dari Tuan Besar Mo dari klan Matahari untuk berburu iblis di hutan.”
Buaya-buaya putih itu menerjang perahu-perahu yang ditumpangi manusia dari segala sisi. Seberapa keras usaha mereka membunuhi buaya siluman itu dengan pedang dan dayung semuanya sia-sia. Mereka dapat dengan mudah menyelam dan bersembunyi di dalam air.Dari tengah sungai timbul sebuah pusaran kecil. Buaya-buaya itu berenang menuju pusaran. Di sana mereka berputar dan menyatu dengan pusaran. Buaya putih itu menjadi semakin bening dan melebur menjadi air.Pusaran semakin banyak dan naik ke permukaan seperti sulur-sulur yang panjang. Dari masing-masing pusaran itu muncul puluhan monster air dengan tubuh manusia tapi wajah, tangan, dan kaki seperti buaya. Rahang dan gigi mereka tajam dengan wajah pucat bak mayat.“Kapara!” Karuna menggenggam kapak raksasanya.Dia mulai menebasi monster-monster air itu dengan cepat.Eknath melihat perahu lain sedang dalam kesulitan. Dia melompat dari satu perahu k