Share

BAB 15 Tuan Buta

Sesaat suasana terasa sunyi. Kinan hanya dapat mendengar desah napasnya sendiri. tapi mendadak sebuah benda terbang dengan kecepatan tinggi, menyisakan siulan panjang yang menakutkan. Amon segera menyambar tubuh Kinan dan meloncat menjauhi pohon tempat mereka bernaung. Sekarang keduanya sudah berdiri menjejak tanah. Kinan segera menengadahkan kepalanya dengan cepat. Tampak olehnya, benda hitam panjang tertancap di dahan pohon tempatnya berdiri. Posisinya tepat di kepala.

“Ternyata ada tikus-tikus lain. Ada dua….” Suara laki-laki memegang tongkat itu menyeringai, “Apa kalian begitu ingin menangkapku?”

Amon memandang laki-laki di depannya. Pakaiannya compang camping, rambutnya awut-awutan. Cara berdirinya agak ngawur.  lelaki itu memegang tongkat, terlihat menggerakkan tongkatnya. Kinan pun merasa ganjil, dan kemudian merasa bahwa laki-laki dihadapannya itu buta.

“Apa kamu Senyo gelap?” Amon bertanya dengan sikap siaga. pemuda itu tidak menyangka sang senyo gelap, pembunuh bayaran yang ditakuti ternyata buta!

“Banyak orang menjuluki aku begitu.” Jawab laki-laki buta tersebut dengan wajah agak menyamping, seakan tengah mendengarkan segala gerak lewat kupingnya.

“Kamu sudah membunuh banyak orang.” Ucap Amon sambil mengamati si buta yang juga bergerak dengan bimbingan tongkat. lelaki ini buta, tapi kelihatannya justru paling berbahaya.

“Di dunia ini kematian adalah hal yang wajar….” Ucap sang senyo gelap dengan sikap santai yang menakutkan.

“Kalau kamu bilang begitu, berarti kematianmu juga jadi wajar, Hiattttt!” Amon segera meloncat menyerang, lebih baik mendahului untuk mengetahui kemampuan lawan. bisa saja si orang buta ini pura pura untuk mengecoh lawan. setidaknya menurut analisa AMon, dia mendapat keuntungan dengan musuh yang buta.

namun siapa sangka, ketika Amon menyerang, senyo gelap hanya menghindar dengan sedikit gerakan, dan serangan amon mengenai tempat kosong.

Amon menghentikan tinjunya, lalu sekarang mengganti serangan dengan kakinya. Sibuta seperti bisa melihat, tangan kanannya menangkis kaki, sedang tangan kirinya menyodok tongkatnya masuk ke ruang kosong di sisi Amon. Si buta mengincar iga, tapi tangan Amon sudah sigap, menangkis tongkat. Amon merasa tangannya seperti dihantam palu. Imdok tingkat tinggi dialirkan dari tongkat tersebut. keduanya mundur. Amon segera menyiapkan kuda-kuda, Si buta bergerak dengan mengandalkan pendengaran. Kinan memandangi dengan siaga pertempuran keras gurunya dan si buta senyo gelap.

Sekarang Amon mencabut pedang buntungnya, segera disabetnya pedang ke depan. Aliran angin seperti membentuk cakram menerjang si buta. Sang senyo gelap, melintangkan tongkatnya ke depan, cakram dari angin tersebut ditahannya. Tenaga dalam dikeluarkan, kakinya sampai menerobos tanah beberapa senti. Lalu Amon tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera menggerakkan pedangnya dan maju menyerang. Senyo gelap menangkis. Adu senjata dan imdok terjadi.

Sudah dua puluh jurus terjadi, keduanya menyerang dengan ketat dan saling bertahan. Terlihat betapa hebatnya sang pembunuh karena mampu menghidari serangan-serangan ketat Amon, bahkan berbalik menyerang dengan tongkatnya. Kadang-kadang dari udara berdesing bunyi benda yang dilempar dan lepas sasaran serta menyangkut pada batang-batang pohon.

Kinan harus mengangkis beberapa senjata yang melesat ke arahnya. Dengan berjumpalitan Kinan berusah payah menghindar. Ketika senjata sudah lewat, Kinan dapat memastikan benda seperti paku besar itu adalah senjata mengerikan yang kalau menancap akan berbahaya.

Agak lama, mendadak udara di sekitar mereka berdua menjadi demikian cepat berputar. Keduanya tengah mengadu ilmu tingkat tinggi. Kinan hanya mendengar desingan tongkat dan pedang milik Amon dan kilatan cahaya dari pedang tersebut.

Saat itu Limey sedang berusaha turun dari pohon yang dinaikinya. Secara perlahan-lahan dia turun secara hati-hati. Dan ketika sudah hampir sampai ke bawah,  Limey segera memerosotkan dirinya mengikuti alur pohon. Mendarat dengan tidak mulus dan bagian bawah dan tangannya kotor, Limey menghela napas lega. Limey menepuk-nepuk tangannya, memutuskan untuk mencari asal pertarungan.

Amon terlempar setelah Senyo gelap berhasil menggebuk tangannya hingga pedangnya itu terlontar. Dengan beberapa gerakan cepat, senyo gelap berhasil menggebuk dada Amon dengan tongkatnya sebanyak tiga kali. Amon berusaha berdiri sambil memegangi dadanya, mendadak ia muntah darah.

Kinan tidak bisa tinggal diam, dengan menghunus pedangnya Kinan bergerak, melenting dan segera menusukkan ujung pedang pada si buta. Si buta bergerak menangkis dengan tongkatnya, tapi dengan lihai Kinan mengubah arah tusukannya mengarah pada sisi samping. Si buta berkelit lalu kemudian memutar-mutarkan tongkatnya. Dari putaran tersebut keluar suara desingan keras yang mengarah ke arah Kinan. Tampak kilatan benda-benda tajam melesat cepat ke arah Kinan, dengan segera Kinan menahan berbagai macam jarum panjang yang terbang ke arahnya dengan pedang, tapi tak urung benturan dengan jarum panjang tersebut membuat Kinan mundur beberapa tindak karena tekanan tenaga dalam.

Amon berusaha kembali berdiri, lalu melihat pedannya terkapar tidak jauh dari tempatnya. Dengan segera dia mengambil pedang buntung tersebut, lalu dengan bertumpu pada pedangnya, sambil memegangi dadanya dia segera meloncat di ajang pertarungan kembali.

Pedang diarahkan ke si buta, dan si buta segera melenting ringan menghindarinya. Melihat gurunya telah masuk kembali dalam kancah pertarungan, Kinan tidak

menyia-nyiakan kesempatan, dia pun meloncat menyerang dengan pedang yang diputar-putarkan seirama untuk memberi tekanan pada si buta, tapi si buta dengan santainya menangkis semua serangan Amon dan Kinan bahkan satu tusukan dari tongkatnya masuk ke dalam pertahanan Kinan dan bersarang di perut hingga Kinan terpaksa mundur sambil memegang perutnya yang seperti dihantam besi besar.

Gila! Pikir Kinan, kuat sekali si buta itu. Setelah berhasil memukul mundur Kinan, sekali lagi Amon berhasil dipukul mundur dengan dihantam tongkat sampai lagi-lagi muntah darah.

“Guru!!” Kinan berteriak dan segera melenting menyusul gurunya yang terdorong sampai menghantam pepohonan.

“UKH….HOEKKKK!” Amon lagi-lagi muntah darah. Lukanya sudah luka dalam. Sambil memegangi dadanya Amon menyadari bahwa si buta ini luar biasa. Ilmu dan juga tingkatan imdoknya.

“Guru tidak apa-apa?” tanya Kinan cemas setelah berhasil menyusul gurunya.

“Sial, orang ini luar biasa. Imdoknya di atasku,” Ucap Amon sambil terengah-engah.

Si buta sudah mengembalikan sikap kuda-kuda bertahan dengan tenang. Udara yang tadi berisik di sekelilingnya karena tekanan imdok kini sudah tenang. Matahari juga sudah muncul di rongga-rongga awan. Perlahan-lahan langit mulai terang, dan cahaya menyinari si buta dan Amon serta Kinan.

Amon segera menotok beberapa aliran darah di leher, pinggang, dan dada, lalu kemudian mengatur pernapasan sambil duduk bersila. Dari punggung Amon keluar asap tipis.

Si buta perlahan berjalan mendekat, dengan tongkat di ketukkan ke tanah. Kinan yang merasa gelisah melihat si buta semakin mendekat segera menyerang dengan satu teriakan panjang, tusukan tajam diarahkan tepat di tubuh si buta. Tapi dengan sigap sekali lagi si buta mengerakkan tongkatnya menangkis serangan tersebut, bahkan mengerakkan kakinya memutar untuk memotong gerakan kaki Kinan, hingga Kinan mau tidak mau meloncat di udara, dan dengan sapuan tangannya si buta bergerak mengincar dada dan langsung menyarangkan imdok hingga Kinan terjungkal ke tanah sambil mengerang memegangi dadanya.

Kali ini Kinan muntah darah. Tapi si buta tidak menyia-nyiakan kesempatan, langsung diserangnya Kinan dengan jarum panjang miliknya yang berdesing di udara, mengincar kening Kinan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status