“Aku ingat!!” seru Delvi.
“Benarkah?”
“Iya. Dia bersama kepala perampok tersebut. Berdiri sambil membawa obor. Walau gelap, tapi aku sempat memandangnya, matanya biru kupikir dia bukan manusia tapi siluman hutan….” Kenang Delvi. Dia bisa merasakan sensasi dingin memenuhi tengkuknya ketika melihat gadis itu.
Mendengar ucapan Delvi, Sion merasa lega. Itu Limey, pikir Sion. Di dunia ini mungkin hanya gadis itulah satu-satunya yang memiliki warna mata biru. “Itu pasti dia!” seru Sion.
“Kau yakin temanmu bukan bagian dari perampok merah?” tanya Delvi heran.
“Kenapa temanku harus jadi bagian dari perampok?”
“Habis. Kalau penglihatanku tidak salah, orang yang berdiri di dekat gadis mata biru itu berdiri dekat orang yang menyerangku dan Rian. Dia sepertinya salah satu dari mereka.”
“Itu pasti Limey. Aku yakin!!” ucap Sion, “Dan d
“Jadi begini rencananya,” ucap Delvi pada Sion, “Aku akan menyamar menjadi seorang putri kaya, dan kau pelayanku. Tapi karena aku tidak menyukaimu, aku akan melarikan diri—lebih tepatnya dibuat seolah-olah melarikan diri. Aku akan masuk ke dalam hutan. Ketika kau sudah sampai pinggiran hutan, bersembunyilah. Intai aku. Aku rasa saat itu aku pasti akan dicegat para perampok karena penampilanku ini.”“Itu rencana yang sembrono. Bagaimana kalau aku telat mengejarmu?”“Aku akan meninggalkan jejak. Kau lihat ini?” Delvi lalu mengeluarkan sebuah botol dari saku pinggangnya.“Apa itu?”Delvi tersenyum lalu menyerahkannya pada Sion. Pemuda itu menerima dengan heran, lalu kemudian membuka tutup botol tersebut. Dari dalam botol menguar bau menyengat. Sion langsung menutup hidungnya.“Bau Apa ini?!” seru Sion terkejut.“Itu bau khusus yang kupesan. Kau bisa melacaknya d
“Perampok licik, kalian sudah mencuri sesuatu yang berharga milikku. Aku kemari hanya untuk mengambilnya kembali!” seru Sion menanggapi ucapan Gillian.“Aku kesini untuk balas dendam kematian temanku!” kali ini Delvi berucap, suaranya berapi-api dan percaya diri. Melihat bagaimana Sion melibas banyak orang hatinya bersorak gembira. kesempatan untuk membasmi para perampok merah terlihat menjanjikan.Mendengar ucapan Sion dan Delvi, Gillian tertawa geli. Baru kali ini dia mendengar ada orang masuk ke dalam sarang perampok guna mengambil barang miliknya. Sehebat apa barang itu sampai pemiliknya berani bertaruh nyawa seperti itu. Atau dihadapannya hanya orang tolol belaka.“Hahahaha, baru kali ini ada yang bernyali hendak mengambil barang yang sudah kurampok. Katakana padaku, barang apa itu sehingga demikian berharga bagimu?” tanya Gillian dengan wajah geli sekaligus gusar.Sion menatapi sekitar, matanya terkunci sebentar p
Sion memacu kudanya cepat-cepat, dan Limey mencengkram surai kuda dengan kuat. Kuda bergerak seperti kesetanan. Rambut Limey berkibar, terasa menusuk pipi Sion yang berada di belakangnya. Namun perasaan Sion membuncah. Melihat Limey kembali menjadi satu kebahagiaan baginya. Sudah sepuluh hari lebih dia luar biasa uring-uringan karena kehilangan Limey, dan kini gadis yang mengungkungi hari-harinya sudah berada di sampingnya, duduk di depannya sambil berupaya bertahan duduk dikuda tanpa pelana.“Kau menjemputku!!” ucap Limey di tengah kuda yang terengah karena berlari.“Ya!!” seru Sion. “Aku pasti akan datang mencarimu!”“Terimakasih!!” ucap Limey dengan kesungguhan hati.“Terimakasih juga…” seru Sion“Untuk apa?” Limey heran.“Karena tetap bertahan hidup!!”Limey menunduk, matanya kali ini berkaca-kaca. Limey telah memiliki seorang teman baik dan
“Kenapa?” tanya Sion heran.“Yah…..aku penasaran saja. Kukira senyo gelap itu berhati dingin—karena dia pembunuh berdarah dingin, tapi ternyata…..” Delvi tersenyum, lalu kemudian menunjukkan jempolnya ke belakang, memberi isyarat pada Limey yang sedang tertidur di belakang, “Kau mencintainya ya?”Sion merasa wajahnya memerah, dia tidak mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu. Seumur hidupnya belum pernah ada yang menanyakan hal tersebut padanya. Sion jadi salah tingkah.“Ya?” tanya Delvi lagi, sekarang dia memandangi wajah Sion. Gadis itu mencoba mencari jawaban dengan reaksi lelaki dihadapannya. Dan sebenarnya bukan hal sulit membaca perasaan pemuda mantan pembunuh itu.“Aku tidak paham kau ngomong apa!?” ucap Sion berusaha menghindar, tangannya kini sibuk melemparkan ranting. wajahnya pun sengaja dialihkan agar Delvi tidak bisa melihat ke dalam mata Sion.“Kau
Kehebohan di pusat Ranah Sembilan sudah di mulai. Dari delapan penjuru bergerombol orang datang dengan membawa beragam panji yang mereka tegakkan di sepanjang perjalanan. Perguruan Matahari membawa panji berwarna kuning dengan lambing matahari besar. Panji berkibar memberi kesan kuat dan perkasa. Di satu sisi lain, muncul rombongan perguruan yang menggunakan baju seragam berwarna biru. Mereka membawa panji bergambar bulan dengan warna bendera biru yang berkibar-kibar. Seolah kedua perguruan tersebut saling mengintimidasi dengan kekuatan mereka.Pada sisi penjuru lain, sekelompok orang dengan baju dan jubah berwarna biru gelap datang. Tidak banyak, hanya sejumlah dua belas orang saja. Salah seorang membawa panji dengan lambang bintang ditengah panji itu. Perguruan Bintang memang terkenal tidak terlalu suka keramaian dan memberi kesan intimidasi. Mereka hanya menugaskan segelintir anggota, namun ketua perguruan mereka ikut hadir di dalam rombongan tersebut.macan p
Bixi menyelinap di antara keriuhan dan keramaian. Matanya awas mencari sesuatu. Lalu ketika dia melihat dua orang sedang berjalan di jalan setapak yang terpisah dari keramaian Bixi menyeringai.Pemuda itu kemudian mengikuti dua orang yang menggunakan pakaian dari perguruan Bangau Biru. Baju mereka memang mencolok. Bixi sempat mengawasi bahwa perguruan yang satu ini luar biasa meriah membawa banyak anggota perguruannya. Jadi, bila ada dua orang yang menghilang, akan membutuhkan waktu ketika mereka menyadari bahwa dua orang itu sudah berganti rupa.Jadi, Bixi menyerang dua anggota dari Bangau biru dan melucuti keduanya. Pakaian, plakat perguruan dia ambil dan segera di bawanya kepenginapan.Bixi mengeluarkan sebuah plakat perguruan Bagau Biru pada Kinan.“Dapat darimana?” tanya Kinan takjub. Itu adalah plakat yang akan menjadi tiket mereka untuk masuk ke dalam ruang pertemuan.“Aku mencurinya,” ucap Bixi, “aku juga sudah
lalu seluruh hadirin ribut. Tetua Nirwana putih langsung berseru heran, “Itu adalah ilmu kami, ilmu perempuan, bagaimana dia bisa menguasainya?!”sekali lagi semua ribut, mereka saling berbisik tentang dewa Api. Bisik-bisik itu tentu tidak lepas dari perhatian Kinan. Gadis itu langsung melihat kea rah Bixi yang terlihat tertunduk. Gadis itu sempat heran karena nama besar yang disebutkan oleh para murid lainnya. Kinan tidak menyangka bahwa lelaki yang sedang berada di dekatnya itu adalah salah seorang yang disengani didunia persilatan.“Tenang Tetua Nirwana. Aku pun tidak memahami mekanisme hal itu, tapi dengan digunakannya ilmu itu, bisa dipastikan bahwa si Dewa api pernah belajar ilmu bidadari.”Sekali lagi Kinan memandang ke arah Bixi, dan Bixi tampak cuek saja. Kinan menggelengkan kepalanya. bila ucapan ketua tadi bahwa itu adalah ilmu bidadari yang dikhususkan untuk perempuan, sepertinya yang belajar ilmu itu adalah kepribadian Bixi y
Dikepung sedemikian rupa tidak membuat perempuan cantik nan manja itu terlihat mengkeret, namun dia masih tetap berdiri tegar dengan langkah dan tingkah yang anggun. Sesepuh Cie menyadari bahwa para pendekar sekelas Dewa di Lembah Iblis bukan main-main. mereka adalah pendekar yang mendapat gemblengan langsung dari Kaisar Langit, pendekar maha sakti di kolong langit.bila hitung-hitungan Sesepuh Cie benar, bila mereka berdelapan melawan si gadis merope ini, mungkin mereka bisa mengalahkannya. tapi yang menakutkan dari gadis ini adalah air yang dia cipratkan itu. sepertinya jenis yang dia cipratkan seperti jenis racun berbahaya yang bisa menghancurkan daging.“Itu apa?!” desis Kinan, dia bergidik melihat pemandangan tersebut. dia sendiri merasa jeri melihat para tetua delapan perguruan mengepung satu orang gadis yang terlihat lemah, namun ternyata lebih mengerikan dari iblis.“Air nirwana. Pasti racun air ciptaan Merope yang terbaru!”