Mata Limey terbelalak melihat wajah di dalam lapisan lilin tersebut. Dengan cepat dia menggali lilin di samping kiri dan kanan patung tersebut, sehingga wajah tersebut terbebas dari kepungan lilin. Limey juga melepaskan pipa bambu yang semula melekat pada lilin di dekat hidung wajah tersebut. Limey segera memeriksa napas orang di dalam patung lilin tersebut, dia masih merasakan napasnya.
Limey turun, lalu memeluk patung itu, air matanya langsung runtuh, “Kakak….” Desis Limey. Patung itu ternyata adalah Kinan.
Dengan memburu Limey mencoba menusuk tubuh di dalam lilin tersebut, namun balutan lilin di dalam tubuh lebih tebal sehingga sulit sekali untuk menggali dan membuat lilin itu pecah. Panik, mata Limey mengembara di seluruh ruangan, mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk memecah lilin yang melingkupi tubuh Kinan.
Lalu, Mata Limey nanar memandang kea rah benda yang dipegangnya. Tempat obor, ke
“Tapi….Tapi, orang ini adalah orang yang berharga buatku. Dia kakakku….” Limey menjawab setengah ingin menangis. Radja kemudian berlari memeriksa ruangan yang tadi dimasuki Limey. Pemuda itu langsung terbelalak melihat ruangan yang berantakan. Kepala-kepala patung yang awalnya terbungkus oleh lilin kini sudah tercerabik dan wajah wajah itu keluar menyembul dari lilin. Lilin-lilin patah yang bertebaran di lantai.Bukan alang kepalang marahnya Radja melihat pemandangan tersebut, lalu kemudian dengan kesal di dorongnya Limey hingga gadis itu terjatuh ke samping. Dengan cepat, Limey memeluk sang kakak agar hanya dirinya yang menyentuh lantai. Kepala Limey terantuk dinding dan gadis itu merasa sakit.Radja seolah menyadari perbuatannya yang keterlaluan, lalu segera menghampiri Limey yang terjatuh di sisi dinding sambil memeluk sang kakak. Ada darah mengalir dari kepalanya.“Kau tidak apa-apa?&r
Limey mengulang ucapannya lagi, “Aku melakukan operasi pada guru untuk memperbaiki beberapa bagian syarafnya yang terputus.” terang Limey, mencoba menjelaskan ucapannya tadiRadja menatap gadis itu, seolah matanya menunjukkan ketidakpercayaan, “Kamu tidak berdusta?” tanya Radja dengan tatapan mata menginterogasi.“Iya, aku tidak bohong. Saat ini guru sudah pulih, dia sudah bisa bergerak seperti biasa.” ulang Limey. Mata gadis itu mengawasi kakak seperguruannya yang terlihat berbinar seolah terkejut.“Luar biasa,” Radja mendesis, “Apakah kau tahu, Operasi yang kau sebutkan itu pernah juga disebutkan oleh guru, namun itu hanya sebuah bayangan imajinasi guru. Guru memiliki ide, namun sulit sekali mewujudkannya karena kekurangan metode. Apa kau mewujudkan imajinasi guru begitu saja?” Radja menerangkan. “Berapa umurmu Dik?” Radja bertanya kembali.
Melihat kepala Limey terjulur dari punggung Radja membuat Sion langsung berteriak, reflek SIon melompat untuk menangkap anak panah, namun anak panah itu melesat tanpa kendali dan sangat cepat.Hanya dalam hitungan detik saja, anak panah itu akan melubangi kepala Limey. Gilian yang melihat gadis kesayangannya berada di punggung lelaki itu dan menampakkan kepalanya langsung meliputi busurnya dengan imdok dan melempar benda guna menghantam anak panah tersebut.Busur mengenai anak panah dan benturan itu menciptakan ledakan.Sion yang melompat segera mendekat, tangannya pun terjulur menarik tubuh Limey yang berada di balik punggung Radja. Dengan kecemasan dan kelegaan yang meliputi perasaannya, Sion langsung memeluk tubuh Limey, dan kemudian meletakkan gadis itu di belakangnya. Sion sudah mengulurkan tongkatnya, memasang kuda-kuda hendak menyerang.Gilian melompat ke dekat Sion, juga ikut memasang kuda-ku
Bab 98 Berkat menggunakan ilmu meringankan tubuh, Limey dan Sion lebih cepat tiba di depan gerbang petir. “Tempat ini tidak ada penghuninya, jadi kita bisa bergerak bebas di sini.” ucap Sion menjelaskan. Limey sebenarnya tahu tempat apa itu, dia baru saja mengunjungi tempat itu beberapa waktu dan terpisah dengan Amon. Gadis itu memandangi gerbang tersebut yang sunyi dan beku, lalu dalam kepalanya seolah berkelebat semua kejadian dalam hidupnya. Pertemua dengan Amon, perpisahan dan pertemuan kembali. Seolah takdir membawanya ke lembah tersebut. Sion sudah masuk ke dalam gerbang, namun langkahnya terhenti ketika melihat Limey berhenti di depan gerbang. “Limey, kenapa?” tanyanya heran, “Kalau kau takut masuk ke tempat ini, jangan khawatir, penghuninya sedang tidak ada. Tempat ini kosong sudah lama.” “Kosong sudah lama? Darimana kau dapat informasi it
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan