Yin Yiyue membangkitkan badan untuk berdiri. Namun, ia langsung tumbang tidak sadarkan diri.
Zhao Lin menjadi panik, ia menggoncang-goncang tubuh Yin Yiyue. “Kakak... kakak...! Apa yang terjadi denganmu!”
Para rombongan bagsawan Wei hanya melihat tanpa membantu. Ada perasaan takut pada diri mereka melihat kemampuan dari Yin Yiyue. Apalagi mereka tidak mengetahui niat kedua orang itu.
Zhao Lin menjadi kesal dengan reaksi rombongan tersebut. “Kakakku sudah membantu kalian! Kenapa kalian malah diam saat kakakku membutuhkan pertolongan!”
“Kenapa kalian diam saja, cepat bantu mereka!” perintah gadis muda yang kira-kira satu tahun lebih muda dari Zhao Lin kepada para pengawal.
Namun, sang ayah justru menghentikannya. “Tunggu dulu! Kita tidak tau siapa mereka. Bisa saja ini adalah jebakan!”
Para pengawal menodongkan bilah pedang pada Zhao Lin dan Yin Yiyue membuat Zhao Lin bertambah kesal. Ia tidak menduga situasinya akan seperti ini.
“Ayah... mereka sudah membantu kita! Kenapa harus memperlakukan mereka seperti ini?” Gadis muda bernama Wei Jiali itu merasa heran dengan sikap sang ayah.
“Wei Zhong mengusap kepala Wei Jiali, “Jiali... kamu harus paham. Tidak semua yang membantu itu orang baik. Mereka hanya sedang berusaha mengambil keuntungan.”
Mendengar kata-kata dari Wei Zhong membuat Zhao Lin naik pitam. Tangannya mengepal seperti ingin memukul kepala orang itu. “Pak tua sialan! Apa kau tidak pernah diajarkan berterima kasih.”
“Jaga mulutmu! Apa orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun pada orang yang lebih tua!” bentak salah seorang pengawal.
Zhao Lin merasa menyesal telah membantu rombongan tersebut. Jika saja ia lebih mendengarkan kata-kata Yin Yiyue sebelumnya, ia tidak akan terlibat dalam situasi seperti ini. Sekarang, Zhao Lin harus memikirkan, bagaimana cara keluar dari situasi ini.
Seorang pria berusia sekitar 20-an awal datang secara tiba-tiba mengejutkan Zhao Lin dan seluruh rombongan.
“Senior Wang Maorong...!” ucap sejumlah orang.
Dalam dunia persilatan, panggilan Senior tidak hanya diberikan kepada mereka yang lebih tua, tapi juga kepada Pendekar yang yang lebih kuat. Itulah sebabnya para orang-orang di rombongan tersebut memanggil Wang Maorong dengan sebutan Senior, meski ia masih berusia muda.
“Tuan Wei Zhong! Mohon maaf... masalah tadi lebih rumit dari pada yang kita pikirkan. Butuh waktu lebih lama menyelesaikannya. Syukurlah saya menemukan anda dan rombongan dalam keadaan yang baik.”
Wang Maorong melihat kesekeliling menemukan puluhan mayat tengah tergeletak. Ia melayangkan senyum kepada Wei Zhaong. “Para pengawal Tuan Wei Zhong ternyata hebat juga, bisa menghabisi 30 anggota Kelelawar Darah.”
Wei Zhong hanya tertawa kecil mendengar perkataan Wang Maorong yang salah tebak.
“Apa menurutmu para pengawal lemah itu bisa menghadapi Kelelawar Darah. Kakakku lah yang menghabisi mereka semua.” Teriak Zhao Lin.
Wang Maorong mengalihkan pandangan pada sumber suara. Terlihat di dalam bola matanya seorang bocah laki-laki yang babak belur bersama dengan seorang gadis muda yang tidak sadarkan diri.
Wang Maorong menghampiri Zhao Lin, “Siapa dirimu adik kecil?”
“Aku dan kakakku menyelamatkan mereka, tapi mereka memperlakukan kami seperti seorang penjahat.” Ucap Zhao Lin dengan wajah yang marah.
Rombongan tersebut menjadi gugup setelah Zhao Lin menjelaskan, mereka takut Wang Maorong menjadi marah oleh sikap mereka. Namun, Wang Maorong bisa memaklumi sikap rombongan tersebut. Di tengah situasi dunia yang kacau, tidak mudah mempercayai orang asing.
Wang Maorong memeriksa kondisi Yin Yiyue, “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia hanya kehabisan tenaga.”
Wang Maorong menyalurkan Tenaga Dalam pada Yi Yiyue. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya gadis itu tersadar.
Perlahan Yin Yiyue membuka mata. Hal pertama yang dilihat oleh Yin Yiyue adalah wajah Wang Maorong. Ia langsung menjauhkan diri karena berpikir Wang Maorong berbuat yang macam-macam padanya.
“Kamu menggunakan Tenaga Dalam terlalu berlebihan. Aku hanya membantumu memulihkan kondisi.” Ucap Wang Maorong menjelaskan pada Yin Yiyue bahwa ia tidak bermaksud jahat. “Kalian berasal dari mana dan hendak ke mana?”
“Aku Zhao Lin, dari sekte Lampion Merah dan ini Kakak Yin Yiyue... tidak jelas asal-usulnya. Kami akan per....”
Yin Yiyue langsung menutup mulut Zhao Lin ketika bocah itu akan mengatakan tujuannya, ia tidak ingin orang lain tau ke mana tujuannya. Entah apa alasannya, sang guru seperti ingin menyembunyikan keinginannya melatih Zhao Lin dari dunia persilatan.
“Zhao... Lampion Merah.... Apa kamu anak Senior Zhao Ming?” tanya Wang Maorong.
“Apa Senior mengenal ayahku?”
“Sudah cukup basa-basinya, kami harus segera pergi!” ucap Yin Yiyue yang menyela percakapan antara Zhao Lin dan Wang Maorong.
Yin Yiyue ingin segera meninggalkan tempat tersebut sebelum mereka bertanya lebih banyak. Orang-orang tersebut pasti akan merasa penasaran dengan asal-usulnya. Terutama karena Yin Yiyue menunjukkan sebuah jurus yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
“Tunggu dulu!” Wei Zhong menghentikan langkah Zhao Lin dan Yin Yiyue. “Sebagai kepala keluarga Wei, saya meminta maaf atas perlakuan yang kami berikan sebelumnya. Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau Tuan Muda Zhao dan Nona Yin ikut ke kediaman kami. Kami akan memberikan jamuan terbaik.” Lanjut Wei Zhong.
“Aku hampir melupakannya, kalau begitu mari kita pergi ke kediaman Tuan!” uap Zhao Lin.
Wei Zhong cukup terkejut dengan reaksi Zhao Lin yang seperti tidak memiliki rasa sungkan. Biasanya, orang yang ditawari seperti itu akan berbasa-basi terlebih dahulu sebelum menerima. Namun, sikap yang ditunjukkan Zhao Lin berbeda.
Sementara itu, Yin Yiyue justru menolak tawaran Wei Zhong. “Terima kasih atas tawaran Tuan, tapi kami sedang buru-buru. Kami tidak punya waktu untuk menerima undangan Tuan!”
“Buru-buru apanya! Bukankah misi kakak tidak memiliki batas waktu!”
Yin Yiyue menatap tajam pada Zhao Lin yang hampir mengatakan rencana mereka. Zhao Lin menutup mulut dengan telapak tangan begitu ia menyadari kesalahannya. Beruntung, ia tidak mengatakan inti dari renana tersebut.
“Misi! Misi apa? Jika kalian memang tidak punya waktu, kami tidak akan memaksa. Jika di masa depan kalian membutuhkan bantuan, kalian bisa pergi ke sekte Pulau Bunga Persik untuk mencariku!” ucap Wang Maorong.
Beruntung, Wang Maorong tidak terlalu ingin tau misi yang dijalankan oleh Yin Yiyue sehingga ia tidak perlu menjawab.
Yin Yiyue menarik tangan Zhao Lin untuk segera pergi. Namun, bocah itu menahan karena ingin menerima tawaran dari Wei Zhong.
“Sebaiknya kita menerima tawaran mereka. Itu sudah menjadi hak kita karena kita diperlakukan dengan buruk sebelumnya.”
Terjadi tarik menarik antara Yin Yiyue dan Zhao Lin. Sekuat apa Yin Yiyue menarik Zhao Lin, sekuat itu pula Zhao Lin berusaha melepaskan tarikan.
Tarikan Yin Yiyue terlepas membuat ia terjatuh. Tanpa ia sadari, tangannya mengenai tumbuhan berduri. Ia berteriak, seketika wajahnya langsung memucat.
Wang Maorong langsung bergerak menghampiri Yin Yiyue. “Mawar Laba-laba! Bunga ini beracun! Nona Yin, sepertinya kamu memang harus ikut kami. Meski racun ini bekerja lambat, tapi jika tidak diobati dalam lima hari, bisa mengakibatkan kematian.”
Dalam kondisi seperti itu, Yin Yiyue masih ingin menolak. Namun, lidahnya tidak sanggup berkata-kata sehingga tidak dapat mengucapkan kata-kata penolakan. Wang Maorong memapahnya menaiki kereta kuta.
Zhao Lin geleng-geleng kepala melihat Yin Yiyue. “Itulah akibatnya jika Kakak tidak mendengarkan kata-kataku. Pada akhirnya alam memaksa Kakak menurutiku.”
Wajah Yin Yiyue langsung berubah. Ia tidak menyangka kata-kata seperti itu muncul dari mulut Zhao Lin.
Xia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo. "Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo. Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo. Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin. "Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?" "Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah denga
Zhao Lin terbangun dari tidurnya. Ia segera membangkitkan badan dan terduduk di atas ranjang. Bola mata pemuda itu berkeliling melihat ruang yang terasa asing baginya. Si pemuda memegangi bagian belakang kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali ia tersadar. Saat itu, jiwa Pedang Penguasa Dunia menguasai tubuhnya. "Apa-apaan! Dia bilang dia baru bisa berinteraksi denganku setelah aku mencapai tingkat Pendekar Bumi! Tapi, kemarin dia bisa menguasai tubuhku. Dia tidak bisa dipercaya!" Zhao Lin bergumam sendiri. Zhao Lin menuruni ranjang untuk mencari tau di mana ia berada saat ini. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela tersebut. Dari apa yang ia lihat, ia bisa menduga bahwa saat ini sedang berada di kediaman sebuah keluarga besar. Itu terlihat dari bentuk serta tata letak bangunan tersebut.Namun, suasana kediaman ini tidak terlihat seperti kediaman keluarga besar lainn
"Tidak salah kan, jika benda ini untukku!" Ma Chao berucap sambil menunjukkan Tombak Raja Naga. Xiao Yan dan tiga orang lainnya terkejut, ternyata teman yang membantu Chu Yin adalah Ma Chao. Pandangan mereka berempat terarah pada si gadis, seperti meminta penjelasan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Chu Yin sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut, ternyata keempat orang ini dan Ma Chao sudah saling mengenal. Ia juga seolah-olah terlihat seperti meminta penjelasan, bagaimana ini bisa terjadi. "Kau bisa memilikinya jika kau bergabung dengan kami!" ucap Xiao Yan. Sontak, kata-kata Xiao Yan menghadirkan protes dari Dong Fu. "Xiao Yan... kita sudah sepakat bahwa Senjata Suci kali ini akan diberikan padaku atau Gao Hao. Kau tidak bisa menyerahkannya pada Ma Chao begitu saja!"Sebelumnya, keempat orang itu memang sudah membuat kesepakatan bahwa Tombak Raja Naga adalah untuk Gao Hao atau Dong Fu. Mengingat Xiao Yan dan Yin Y
"Jangan membohongiku! Tidak mungkin ada yang tau kau membawa Tombak Raja Naga itu!"Xiao Yan tidak percaya begitu saja pada Chu Yin. Setiap Senjata Suci bisa mengecil yang membuat ia mudah disimpan dan tidak mencolok saat dibawa. Jika si gadis tidak menunjukkan pada orang lain tidak akan ada yang tau Tombak Raja Naga itu berada bersamanya. Satu-satunya pihak yang memiliki kemungkinan mengetahui itu hanyalah dari sekte Pulau Bunga Persik. Merekalah yang memiliki Senjata Suci itu dan Chu Yin adalah bekas pelayan mereka. Jika pun Chu Yin ketahuan oleh pihak Pulau Bunga Persik, maka yang datang ke tempat ini bukan si gadis, tapi perwakilan dari sekte tersebut. "Ampun, Tuan! Saya tidak berbohong. Benda itu memang direbut oleh seseorang!"Chu Yin tidak sepenuhnya berbohong. Nyatanya, Tombak Raja Naga memang direbut oleh seseorang bernama Ma Chao. Sampai saat ini, si gadis tidak mengerti bagaimana pemuda itu mengetahui Senjata Suci itu berada
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter