Home / All / Penggoda Dalam Rumah / Kegelisahanku

Share

Kegelisahanku

Author: Ammi Poe YP
last update Last Updated: 2020-11-10 22:52:07

PEKANBARU - SP (26) tertangkap basah istrinya DR (21) saat sedang indehoi dengan NUR (36) yang tidak lain adalah ibu kandung korban. Pengakuan keduanya, bahwa perselingkuhan ini sudah dilakukan sejak lama.

"Antara SP dan ibu mertuanya sudah berhubungan layaknya suami istri sejak 4 tahun lalu," kata Kanit Reskrim Polsek Lima Puluh, Pekanbaru, Riau, Senin (6/3/2017).

Perbuatan amoral itu selalu dilakukan mereka saat kondisi sepi. Kondisi NUR yang di rumah sendiri, membuat hubungan terlarang keduanya bisa berlangsung lama. Tubuh molek NUR membuat SP keranjingan dan menyukai mertuanya.

~~~

Tangan ini dengan kasar melipat asal dan membanting koran yang baru saja aku baca. Berita yang justru menambah resah gelisah pikiranku.

Bayang wanita dengan kerling nakal itu terus saja menari di pelupuk mata, seolah melambai mengajakku menyelami lautan asmara bersama.

"Sial!" umpatku sembari menyapu dengan kasar wajah lelahku, menghela napas dalam-dalam dan melepasnya sekuat mungkin.

Kutilik penunjuk waktu di pergelangan tangan, pukul 15.45 itu artinya lima belas menit lagi alarm pulang akan mengingatkan hati ini untuk mempersiapkan benteng iman yang lebih kuat jika tak ingin dirobohkan oleh iblis cantik itu.

***

Aku sengaja berlama-lama di mushola dekat rumah, menunggu sekalian magrib tiba. Terpaksa sudah satu minggu ini aku mandi sore di mushola dan menunggu hingga waktunya Arini pulang.

Ah, entahlah ... aku ini pengecut atau apa. Tapi yang pasti aku hanya lelaki normal yang terkadang bisa saja khilaf dalam bertindak. Aku hanya berusaha menghindari ibu mertua yang sekarang tak malu-malu lagi bergelayut manja di bahuku.

Setiap dekat dengan wanita itu, detak jantungku berpacu kencang. Hembusan napasnya yang sengaja ia perdengarkan dekat telingaku penuh desahan manja, desahan yang mampu membangunkan hasrat lelakiku.

[Mas, kamu belum pulang?] Sebuah pesan masuk ke gawai yang sedari tadi tergeletak di atas tas kerja yang aku letakkan di sisi kanan tempat aku duduk.

Arini, dia mungkin sudah pulang lebih awal. Tapi kenapa tidak bilang dari tadi pagi kalau dia tidak ada lembur? Biasanya dia selalu memberitahu, entah siang saat ia istirahat ataupun pagi saat mau berangkat kerja.

Siang tadi dia juga tumben tidak menyapaku. Biasanya saat dia istirahat pasti akan mengingatkanku untuk makan atau salat. Atau mungkin hari ini dia terlalu sibuk sehingga tak sempat?

[Mas Danu, cepet pulang donk. Udah nunggu, nih.] Kembali pesan masuk, tapi tak biasanya Arini mengirim pesan seperti ini.

Atau memang dia sudah pulang lebih awal dan lama menungguku di rumah? Ah, segera saja aku pulang. Mungkin hari ini dia ingin bermanja denganku.

[Iya, Sayang. Ini Mas langsung pulang, tunggu sebentar, ya.] jawabku dengan emotikon cium berjajar.

Aku tersenyum, kembali teringat masa saat pacaran dengan Arini. Setelah empat bulan aku berusaha meluluhkan hatinya, alhasil dia menerima cintaku dan setiap hari kurajut kisah indah bersamanya.

Kulajukan motor segera menuju rumah bercat ungu muda dengan perpaduan kuning dan ungu tua, rumah cantik bergaya klasik hasil desain dari Arini. Rumah yang berhasil ia beli dengan jerih payahnya selama ia bekerja di sebuah bank. 

Meski ia cicil dan sekarang belum lunas, namun rumah itu mampu memberiku kenyamanan. Aku tak perlu repot untuk memikirkan tempat tinggal untuknya.

Banyak hal yang sebenarnya aku suka dari Arini. Dia sangat perhatian, dia melayaniku tanpa mengeluh meski aku tak mampu memberinya materi yang cukup. Dia juga bukan istri cerewet yang suka ngomel-ngomel, Ariniku lebih suka diam jika marah atau merasa tak suka dengan sikapku.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di rumah ungu itu. Aneh, pintu pagar masih tertutup dan motor Arini tak ada di sana. 

Pandanganku sejenak mengedar, tak kutemukan tanda-tanda Arini sudah ada di dalam. Rak sepatu dekat pintu tak menunjukkan keberadaan sepatu yang Arini pakai tadi pagi.

'Apa mungkin Arini membawa masuk sepatunya? Ah, mungkin saja. Besok kan hari Sabtu, mungkin dia ingin mencucinya.'

Masih saja pikiranku sibuk menduga meski kini langkah ini telah tiba di depan pintu. Perlahan kudorong gagang pintu, seperti maling yang hendak mengetahui kondisi rumah korban.

Dengan bergegas aku menuju kamar, berharap Arini ada di sana. Zonk! Tak kutemukan wanitaku. "Arini, kamu di mana, sih?" gumamku dengan mengibas-kibaskan tangan. Entah kenapa tetiba udara menjadi panas.

Sedikit berjingkrak aku menuju ruang tengah untuk mencari keberadaan Arini. Sepi. Tak kutemukan ia di sana, bahkan dapur dan kamar mandi juga tak ada. 

"Cari siapa, Danu?" Tiba-tiba suara itu mengejutkanku, membuatku segera membalik badan dan kembali gugup menyerang.

"Kamu ini kenapa, sih? Aku perhatikan sudah seminggu ini pulang telat terus. Apa sengaja membiarkan ibu sendirian?" Perlahan wanita itu mendekat dan jemarinya mulai bermain-main di dadaku.

"Sa-saya ada lembur, Bu. Jadi, pulangnya telat terus." Tak terasa keringat dingin keluar membasahi muka.

"Kamu ini lucu, dengan ibu mertua sendiri saja sampai keringetan begini."

"Udara panas, Bu. Habis pulang kerja pula. Oh ya, Arini di mana, Bu?" Kembali aku mengibaskan tangan dan berusaha menghindar dari wanita yang harusnya aku hormati layaknya seorang ibu.

"Arini belum pulang," jawabnya enteng sembari duduk di kursi meja makan, memamerkan bagian kaki atasnya yang tanpa cela.

"Lho, tadi dia chat saya, Bu." Aku memandang lekat ke wanita bernama Bu Hera itu, kernyit keheranan melipat di atas dahi.

"Gawai Arini ketinggalan, tadi Ibu yang chat. Kalau nggak begitu kamu nggak akan cepat pulang." Masih dengan santai ia menjawab.

Seandainya ada cermin, mungkin saat ini dapat kulihat jelas bagaimana memerahnya wajah ini. Aku merasa dijebak, dan entahlah ... kali ini aku sanggup atau tidak untuk menolaknya.

"Danu, aku tahu kalau kamu sering mencuri pandang menikmati kemolekan tubuh ini. Apa kamu hanya puas dengan memandang saja?" Kini ia berdiri, berjalan mengitariku dengan memamerkan lekuk tubuhnya.

"Ma-maaf, Bu. Saya tidak bermaksud kurang ajar."

"Tenang saja, Danu. Aku tahu, kok, apa yang kamu rasakan. Kalau kamu mau, sekali saja coba bermain mandi kucing denganku." Dengan desahan menggoda ia kembali merayuku.

"Mandi kucing?" Tanyaku heran.

"He-em." Angguknya dengan kerlingan mata indah.

"Tapi Arini tidak memelihara kucing, Bu. Dia tidak suka dengan kucing, katanya nggak baik buat dia karena bakalan susah punya anak."

"Kamu jangan bercanda, Danu. Aku tahu kamu sering nonton film-film blue. Jadi, pasti tahu yang aku maksud."

Ya Tuhan ... semakin berani ia merayuku. Baiklah, aku Adarga Handanu siap menghadapi wanita kesepian yang entah berapa lama merindukan belaian lelaki.

"Kita ke kamar, yuk, Bu." Ajakku setelah mengatur napas dan menetralisir kacaunya seluruh saraf yang membuatku tegang.

"Wow ... akhirnya kamu mengerti yang aku mau, Danu." Senyum itu menyiratkan penuh kemenangan dan puas karena berhasil menjeratku.

Aku tersenyum tatkala ia menggamit lenganku dan melangkah menuju peraduannya. Setiba di kamar yang dipenuhi dengan koleksi gambar-gambar menantang itu, harum minyak wangi menguar menusuk indra penciuman.

Sepertinya ia telah menyiapkan semua rencana ini untuk menjebakku agar jatuh ke dalam pelukannya. Ia mulai beraksi, naik ke ranjang sembari menyibak kain yang menutup kaki.

"Sebentar, Bu. Saya kunci pintu dulu."

"Ah, kamu tahu saja agar kita aman." Tawa kecilnya berderai.

Aku bergegas melangkah ke pintu, mengambil anak kunci yang menggantung. Sejenak terdiam, mencoba menatap kembali wanita bertubuh seksi itu. Dengan senyum menyembul, kumantapkan hati keluar dari kamar dan menguncinya.

Tak berselang lama kudengar iblis yang berwujud ibu mertua itu menggedor-gedor pintu dan berteriak histeris. Dan aku segera lari kembali ke mushola, menunggu Arini kembali menyelamatkan hatiku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penggoda Dalam Rumah   Kekuatan Cinta

    Kegalauan yang melanda akhirnya berganti rasa lega yang tak terkira. Pasalnya, bidadari cantikku tak pernah berpaling sedikit pun ke pria lain. Aku tahu, Arini pasti tak akan bisa meninggalkan lelaki tampan dan setia sepertiku.Sepanjang perjalanan senyumku terus saja merekah, membayangkan nanti malam akan kureguk kembali manisnya cinta bersama wanita halalku. Menyesal pernah mengabaikan rayuan nakal yang seharusnya mendapat respon dariku.Seandainya waktu dapat kuputar kembali, tak akan kubiarkan belahan jiwaku menahan hasrat seorang diri. Ah ... sepertinya benar kata orang, aku ini memang bodoh.Tapi tak apa, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua. Apalagi Arini selalu memaklumi setiap hal tentangku, termasuk ketidakpekaan yang selama ini dianggap sebagai kebodohanku.Tentu saja harus maklum, aku begini juga karena ibunya yang dulu memukul kepalaku hingga koma. Coba kalau dulu tidak digetok pakai vas, sudah pasti kejeniusanku akan bertahan hingga kini.Lamunanku buyar kala p

  • Penggoda Dalam Rumah   Sandiwara yang Sempurna

    Dari spion mobil dapat kulihat sosok wanita dengan rambut dikuncir ekor kuda sedang berjalan menuju mobilku. Dia menenteng map kuning berisi berkas file yang memang sengaja kutinggal.Senyumku makin merekah ketika wanita itu menyembulkan kepala untuk mengetuk kaca mobil. Segera aku persilahkan ia masuk ke mobil dan siap mendengarkan semua pengaduannya."Ini berkasnya, Tuan.""Iya, terimakasih. Sini masuk."Sri hanya mengangguk dan duduk di sebelahku. Raut wajahnya tampak seperti orang yang sedang kebingungan. "Baik, Tuan."Untuk kesekian kali kuhela napas kembali, mencoba mentralisir gejolak emosi yang meletup-letup. Aku persiapkan hati dan mental untuk mendengar sebuah kebenaran yang akan diungkap oleh Sri."Kita hanya punya waktu sebentar, jangan sampai Arini curiga karena kamu kelamaan di sini.""Iya, Tuan.""Jadi, cepet kamu cerita." Rasanya tak sabar lagi untuk mendengar penuturan Sri, rasa penasaran semakin memuncak."Begini, Tuan. Mbak Arini selama ini ...." Sri menggantung uc

  • Penggoda Dalam Rumah   Pengakuan Sri

    Gawaiku kembali bergetar untuk kesekian kalinya. Akhirnya dengan malas kulirik juga layar yang berpendar itu. Sebuah nama terpampang, Bobby."Ya, ada apa?" jawabku malas."Dan, besok kamu berangkat lagi ke Bandung, ya? Aku harus ke Pekanbaru sore ini.""Kenapa harus aku?" tanyaku dengan sewot, karena aku tahu pasti ini akal-akalan dia lagi."Kamu itu partner kerja aku, ya sudah pasti kamu yang bisa handle kerjaanku."Sejenak aku berpikir. Sepertinya ini kesempatan aku untuk menangkap basah Bobby ketika menemui Arini. "Oke, besok pagi aku berangkat ke sana." Sengaja aku menjawab dengan mantap agar ia tak curiga dengan rencanaku."Thanks, Dan."Tanpa menjawab lagi, kumatikan panggilan. Bagiku sudah cukup basa-basi dan sandiwara yang dimainkan oleh Bobby. Sekarang saatnya Adarga Handanu menunjukkan taring.Malam ini aku mulai mempersiapkan beberapa lembar baju yang aku masukkan ke dalam koper kecil. Tidak lupa laptop dan beberapa dokumen yang akan dibutuhkan aku sertakan pula."Lho, Mas

  • Penggoda Dalam Rumah   Gagal Lagi

    Detak jarum jam terdengar mengisi sunyi malam yang kurasa tanpa ujung. Arini telah terlelap di sampingku. Begitu lekat kupandangi wajah lelahnya.Kembali anganku mengembara tak menentu. Hingga detik ini otak belum juga menemukan titik temu meski sudah banyak masukan dari para Danu lovers.Aku bangkit dari posisi tidurku, kemudian turun menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Aku rasa dua rakaat di tengah malam akan memberiku rasa tentram sehingga akal bisa berpikir jernih.Dengan menghadap kiblat, aku berserah diri dan memohon jalan keluar pada Illahi Rabbi. Ketenangan mulai menjalari relung jiwa, perlahan kekhawatiran sedikit demi sedikit terkikis.Setelah selasai bermunajat, kurebahkan kembali raga yang telah lelah. Kupejamkan netra meski masih sulit untuk tidur. Beberapa kali kuatur pernapasan agar himpitan di dada tak begitu menyesakkan.Baiklah, aku harus berpikir untuk mencari solusi tanpa membuat hubunganku dengan Arini renggang atau bahkan rusak.Bisa saja aku tunjukkan

  • Penggoda Dalam Rumah   Curhatan Adarga Handanu

    Hari demi hari kegalauanku semakin memuncak. Perasaan was-was kian tak menentu menguasai setiap sendi rasa takut.Argh!Semakin lama situasi ini semakin membuat batinku tertekan. Setiap langkah yang hendak kugunakan terbentur pada rasa tidak yakin dengan hasil yang nantinya akan kudapat.Demi menjaga keutuhan rumah tangga, kuputuskan siang ini untuk pergi menemui teman lamaku, yaitu Martin. Berharap setelah mengobrol dengannya akan kudapati solusi dari semua permasalahan ini."Tumben ingat aku, Dan?" sapa Martin kala tulang duduk menyentuh kursi di cafe bernuansa klasik ini."Masih untung aku ingat kamu, Tin." sungutku tak berselera menanggapi kicauannya."Ada masalah apalagi?""Bobby.""Bobby? Mantan ayah mertua tiri kamu yang pemuja nenek semlohai itu?"Aku hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan panjang yang terlontar dari mulut Martin. "Pesen kopi dulu, gih!" usulku pada Martin."Pakai sianida, nggak?" canda Martin sembari mengedipkan mata membuat tingkah konyol."Boleh,

  • Penggoda Dalam Rumah   Foto Kedua

    Hari ini adalah hari terakhir aku melakukan pemantauan proyek di kawasan perumahan elite. Sudah genap satu minggu aku bersama Rusli menyelesaikan pekerjaan.Kututup laptop dan bergegas menata pakaian. Setelah semua siap, aku berpamitan pada Rusli. Lelaki yang menjadi orang kepercayaan Bobby itu melepasku hingga depan pagar.Senyumku mengembang, rasa rindu terhadap anak dan istri begitu menggebu. Meski setiap malam bisa melihat mereka melalui video call, namun kerinduan akan hangatnya kebersamaan tetap bergelayut di hati.Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mesin beroda empat yang kukemudikan memasuki halaman rumah. Arini menyambutku di teras rumah dengan senyum manis menyembul di bibir tipisnya.Arini segera menyambutku dengan cium tangan takzim, kemudian ia bergelayut manja di lenganku. Kudaratkan kecupan hangat di dahi wanita yang teramat kurindukan pelukannya."Putra dan putri sehat, Dek?""Sehat, Mas.""Alhamdulillah ... Mas kangen, emmuach ...." sekali lagi k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status