Ketika mengatakannya, ekspresi Daus tampak agak rumit dan ragu. Wira meliriknya, lalu bertanya, "Tuan Daus, semua itu adalah pangan dan uang donasi untuk korban bencana. Nggak mungkin ada yang punya niat jahat untuk mencurinya, 'kan?"Daus menghela napas mendengarnya. Dia menjawab, "Hal seperti ini sulit untuk dipastikan. Tapi ... seharusnya nggak ada yang berani macam-macam karena Yang Mulia datang ke sana. Hanya saja ... ada banyak orang kaya atau pemimpin yang menindas rakyat di sana. Mereka juga punya anak buah yang banyak. Jadi, sulit untuk dijamin."Hal ini yang dikhawatirkan oleh Daus. Kalau donasi benar-benar dibagikan kepada rakyat, masalah ini tentu bisa diatasi. Akan tetapi, Daus khawatir orang-orang itu tidak bekerja dengan baik karena tidak mendapatkan keuntungan.Wira tentu memahaminya. Dia mengangguk, lalu tertawa sebelum menyahut, "Aku sudah mengerti. Sepertinya, nggak semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan mudah.""Begini saja, berikan dulu sepertiganya kepada para o
Dewina seketika tersenyum mendengarnya. Sebenarnya, dia juga sangat menantikan bagaimana Wira akan membuat orang-orang itu menanggung konsekuensinya.Dengan begitu, mereka sama-sama menuju ke Niaga. Sekitar 3 hari kemudian, mereka akhirnya tiba. Namun, sebelum mereka tiba, dua keluarga besar di Niaga dan gubernur di sana sudah mengetahui kedatangan Wira.Saat ini, mereka berkumpul di suatu aula, memikirkan cara untuk melawan Wira. "Tuan, Raja Uttar akan segera datang. Bagaimana cara kita melawannya?" tanya Ongki, Kepala Keluarga Sirait, salah satu dari 2 keluarga terbesar di Niaga.Yusri, Kepala Keluarga Wiguna, pun terkekeh-kekeh sinis mendengarnya. Dia membalas, "Bisa gimana lagi, tentu saja seperti biasa. Niaga sangat jauh dari ibu kota, mana mungkin dia berani bertindak macam-macam. Asalkan kita menolak, mana ada rakyat yang berani mengambil sumbangan tersebut."Ongki pun tergelak. Dia menyahut, "Kamu benar juga. Mereka tentu nggak berani bilang apa-apa. Lagi pula, kita penguasa di
"Haha, kamu bisa saja." Luki tertawa mendengarnya. Ongki dan Yusri sama liciknya, tentu tahu apa yang harus dilakukan.Saat ini, seseorang tiba-tiba masuk dan melapor, "Tuan, rombongan kereta Wira sudah hampir masuk ke Kota Niaga."Ekspresi ketiga orang itu pun berubah. Sebelum membawa keduanya keluar, Luki berkata, "Gila, cepat juga. Ayo, kita pergi menyambut mereka."Pada saat yang sama, Wira sudah dekat dengan Kota Niaga. Sekitar 30 menit, dia sudah akan masuk ke kota.Tiba-tiba, Daus bertanya, "Yang Mulia, apa kita perlu melakukan sesuatu?"Daus merasa agak takut. Dia tahu seberapa sombongnya orang kaya di sini. Jika sampai menyinggung mereka, takutnya mereka bisa mati di sini.Wira pun tersenyum mendengarnya. Dia menyahut, "Tuan Daus, kamu tenang saja. Percaya padaku, semua akan baik-baik saja."Daus buru-buru membalas, "Tapi, Yang Mulia, di sini Kota Niaga, kita hanya membawa puluhan orang. Kalau sampai terjadi pertarungan, kita akan rugi. Sebaiknya, buat sedikit persiapan."Daus
Rombongan Wira cukup terkejut melihat pemandangan ini. Tentunya, Wira sudah menduga akan hal ini."Kak Wira, mereka benar-benar menyambut kita," ujar Biantara yang terkekeh-kekeh melihat situasi ini.Daus menelan ludahnya melihat ini. "Mereka jelas punya motif tersembunyi," ucapnya. Dia tahu ada yang tidak beres dari penyambutan ini."Hahaha. Tuan Daus, kamu harus bersikap lebih ramah nanti. Kalau nggak, mereka akan tahu niat kita nanti," ujar Wira sambil tersenyum.Daus pun mendengus dingin, lalu menyahut, "Aku menteri perekonomian yang bermartabat, kenapa harus bersikap sopan pada mereka. Konyol sekali."Ekspresi Daus tampak meremehkan. Hal ini membuat Biantara dan Dewina menghela napas. Sesaat kemudian, mereka tiba di hadapan orang-orang itu."Ya ampun, Raja Uttar, Tuan Daus, kalian akhirnya tiba. Kami sangat menantikan kedatangan kalian sejak tadi.""Benar, Yang Mulia, terjadi bencana kelaparan di Niaga. Tolong bantu kami atasi masalah ini.""Kami berterima kasih atas bantuan istan
Sesudah Wira mengatakan itu, Luki segera mengangguk mengiakan. "Ya, kita langsung pergi ke kediaman gubernur saja."Luki menuntun jalan. Ketiganya bertatapan, bisa melihat senyuman sinis dari tatapan masing-masing. Sementara itu, Wira dan lainnya kembali ke kereta kuda. Wira tersenyum sembari berucap, "Menarik sekali.""Suamiku, sepertinya beberapa orang ini sulit untuk dihadapi, 'kan?" tanya Dewina yang mendengar ucapan Wira itu.Biantara pun menyahut, "Orang-orang yang pintar bersandiwara seperti ini paling sulit untuk dihadapi. Mereka pantas disebut parasit Kota Niaga."Wira sama sekali tidak peduli. Dia berujar dengan nada datar, "Tenang saja, aku punya cara melawan orang seperti ini."Di sisi lain, Luki dan lainnya sontak tersenyum. "Kalian lihat itu, sekalipun raja atau menteri, mereka tetap bersikap sopan saat bertemu kita.""Ya, mereka juga tahu Niaga bukan istana Kerajaan Agrel. Melawan kita sama saja dengan cari mati." Ongki dan Yusri mengobrol dengan bahagia. Akan tetapi, Lu
Begitu melihat Wira, Luki sudah menduga akan hal ini. Hanya ada 2 cara yang bisa diambil Wira. Pertama yaitu menangani masalah secara saksama tanpa menoleransi kesalahan sedikit pun. Cara kedua lebih sederhana, yaitu tidak akan ikut campur masalah ini. Bagaimanapun, membantu korban bencana jelas melelahkan. Mana mungkin bangsawan seperti mereka tahan?Kalaupun Wira bisa tahan lelah, tugas seperti ini sulit untuk dilaksanakan. Dengan kecerdasan yang dimiliki Wira, dia pasti tahu pekerjaan ini sangat merepotkan, bahkan agak berbahaya. Itu sebabnya, dia memilih untuk tidak memedulikannya.Keputusan Wira ini pun membuat Luki kegirangan. Dia segera berkata, "Yang Mulia tenang saja. Kami pasti akan mengatur semuanya dengan baik. Ongki dan Yusri di sini khusus menunggu Anda. Mereka juga memiliki pemikiran yang sama.""Mereka berasal dari keluarga terkaya di Niaga. Mereka punya banyak lahan bagus dan pelayan. Jadi, sudah pasti sangat memahami rakyat miskin. Urusan ini pasti bisa diselesaikan d
Wira tidak melakukan apa-apa, melainkan memerintahkan Biantara. Biantara tentu harus memiliki status, jadi Wira memberi tahu orang-orang bahwa dia adalah juru tulis yang harus mencatat kondisi di Niaga.Luki dan lainnya tentu tidak mencurigainya, bahkan merasa Wira sama sekali tidak peduli pada tugas ini sampai-sampai menyuruh juru tulis yang memeriksa semuanya. Hal ini pun membuat ketiga orang itu makin bersemangat."Sudah kubilang, Wira ini nggak akan memedulikan kita. Lagian, dia nggak peduli pada nasib Kerajaan Agrel. Dia orang Kerajaan Nuala!""Benar, dia sudah menguasai Provinsi Lowala, untuk apa memedulikan kita lagi?""Terus, gimana caranya membagi 50% donasi ini?"Luki dan lainnya mulai sibuk berdiskusi. Bisa saja dibagi secara rata, tetapi ada seseorang yang ingin mendapatkan lebih, yaitu Luki. Bagaimanapun, dia seorang gubernur yang memiliki jabatan tinggi.Saat ini, Ongki dan Yusri bertatapan sesaat. Keadaan keluarga mereka berdua berbeda. Ongki punya koneksi luas, memiliki
Uang bisa membeli segalanya, membuat segalanya selesai dengan cepat. Mereka pun termasuk telah melakukan yang terbaik.Segera, pangan gelombang pertama ini pun selesai didistribusikan. Setidaknya, ini sudah cukup untuk meredakan keresahan rakyat dalam waktu singkat.Meskipun belum teratasi sepenuhnya, mereka sudah bisa bernapas lega. Wira tentu merasa senang saat mendengar kabar ini."Benar-benar mudah. Mereka bersedia membantu kita melakukan begitu banyak hal. Kita saja nggak akan secepat ini. Kalau mereka terus membantu, bukankah masalah ini akan mudah diatasi?" ucap Wira sambil tersenyum, lalu menyesap tehnya.Sementara itu, Biantara, Daus, dan Dewina yang duduk di samping tersenyum. Hanya saja, senyuman mereka ini tampak berbeda-beda.Daus tersenyum meremehkan sambil membatin, 'Berlebihan sekali. Kalau bukan karena uangmu itu, mana mungkin mereka bersedia membantumu? Kira-kira, apa yang akan dilakukan Wira lagi setelah menyetujui mereka hal itu?'Sementara itu, Biantara tersenyum g
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m