Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.
“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.
“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.
Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepalanya David seolah akan menyerbu sesuatu yang ranum di sana. Merasa gugup Rosalinne memejamkan matanya menunggu dan menduga-duga apa kiranya yang akan suaminya itu lakukan pada dirinya. Sedangkan David yang berada di hadapannya telihat tengah menahan tawanya menyaksikan reaksi istri cantiknya itu, mengulurkan jari telunjuknya David menepikan anak rambut setengah basah yang menjuntai menutupi sebagian wajah bagian atas Rosalinne.
Merasa tak ada pergerakan yang berarti, Rosalinne lalu membuka mata dan kembali terserang keterkejutan akibat paras David yang sangat dekat dengan wajahnya. Hembusan nafas yang hangat bergerak teratur menyapu wajahnya, ujung-ujung hidung yang menukik saling bergesekan menegaskan seberapa dekat jarak dari kedua pasangan suami istri itu. Rosalinne sedikit memundurkan tubuhnya begitu merasakan pergerakan David yang semakin menghimpitnya, menahan nafasnya dalam-dalam sebelum kemudian merasakan liquid yang memberikan sensasi dingin di kulit kepalanya. Pelan David mengusap shampoo di sana meremasnya lembut seolah berusaha memberikan pijat refleksi, pria itu benar-benar merawat kulit kepala Rosalinne. Terhenyak dengan perlakuan sang suami Rosalinne lantas menatap lekat David yang ternyata berusaha membilas rambutnya, dengan seutas senyum yang tak pernah putus dengan sayang pria itu mencuci kepalanya. Seperti seorang bayi David memperlakukannya layaknya bocah kecil rapuh yang harus diperlakukan dengan hati-hati. Tanpa disadari setitik air mata telah berkumpul di sudut matanya, ketika seseorang yang belum benar-benar ia cintai telah melakukan perawatan yang bahkan Rosalinne tak ingat apakah ayahnya dulu pernah berlaku demikian terhadapnya.
“Kau menikmatinya? Apa aku melakukan hal yang salah, tunggu bukankah ini benar? Kurasa ayahku dulu melakukannya seperti ini,” gumam David.
Pria itu lantas bergumam bermonolog pada dirinya sendiri memberikan penilaian atas apa yang dilakukan olehnya.
Tanpa diduga oleh David Rosalinne justru menabrakkan diri dan memeluk pria itu erat.
“Nyonya Han kau mengejutkanku,” ujarnya yang diabaikan begitu saja oleh Rosalinne.
“Kupikir kau telah siap. Kenapa kau sangat agresif Nyonya Han? Apa aku melukaimu?”
“Tidak. Aku menikmatinya.” Rosalinne tertawa di pelukkannya. Merasakan kebahagiaan sekaligus kepiluan yang terpendam.
Menyadari suatu hal yang tidak baik-baik saja maka dengan segera David mengurai pelukan Rosalinne dari tubuhnya. Menatap lekat istrinya kemudian berkata.
“Kenapa kau sangat agresif? Apa kau menginginkannya?”
Sontak pertanyaan itu membuat Rosalinne menjadi kelabakan dan mengalihkan wajahnya menghindari tatapan lekat David.
“Hahaha lihatlah istri manisku kau lucu sekali, sangat menggemaskan.”
“Berhenti menggodaku Dav,” lirih Rosalinne.
Berusaha bangkit, Rosalinne hendak keluar dari dalam bathup yang penuh dengan busa tapi sayangnya pergerakkanya tak lebih cepat dari kesigapan David menahan tubuhnya sehingga mau tak mau Rosalinne kembali duduk dengan tenang di dalam sana.
Membaca gestur yang ditunjukkan oleh David maka Rosalinne membiarkan pria itu untuk kembali membasuh rambutnya, dan menikmati perlakuan sang suami dengan tenang.
“Apa anak kita akan senang jika aku melakukan hal seperti ini, apa mereka juga akan melakukannya padaku. Kedengarannya menyenangkan,” celoteh David.
Rosalinne tak menjawab. Wanita itu hanya diam menikmati setiap sensasi pijatan lembut yang David berikan pada kepalanya. Meski dalam kepalanya Rosalinne juga turut membayangkan hadirnya laki-laki atau bahkan putri kecil diantara mereka tentu akan menambah kesenangan tersendiri.
Lampu-lampu berubah menjadi temaram, ruangan yang sebelumnya terang kini telah meredup seiring dengan kesadaran sang pemilik. Setelah berendam dan membilas diri Rosalinne benar-benar mengistirahatkan diri yang terlihat jauh berbeda dengan keadaan suaminya David yang justru sibuk berkutat dengan tumpukan pekerjaan di ruang seberang kamar mereka. Seperti sebuah antonym kondisi kedua ruangan itu jauh berbeda meski memiliki suasana sunyi yang sama tapi tampaknya kegelapan di kamar utama memang sangatlah kontras dengan cahaya terang dari ruang kerja David.
Dalam tidurnya nyatanya Rosalinne tidak benar-benar melelapkan diri. Wanita itu sedikit menaruh perhatian pada kalimat yang diucapkan David ketika mereka mandi, ini soal anak mungkin bisa putra atau bahkan putri. Sebenarnya bukan perihal gender akan tetapi lebih pada kesiapan dan kesanggupan, secara finansial tentu jelas tidak diragukan dan secara umur keduanya cukup matang untuk memiliki penerus kecil akan tetapi hatinya tidak bisa berbohong. Sejauh ini pernikahan yang telah mereka arungi memang tidak menunjukkan sesuatu serius yang perlu dikhawatirkan justru malah menunjukkan peningkatan yang signifikan akan tetapi perlu digaris bawahi jika Rosalinne benar-benar belum membuka dan menerima David dengan seutuhnya. Selama ini Rosalinne hanya memerankan sosok istri, menantu dan nyonya keluarga yang berbudi tetapi belum sepenuhnya menujukkan keseriusan untuk berbagi sehidup semati. Bila dipikirkan ini memang terdengar egois tapi sebagai perempuan perasaan memang lebih unggul dari segalanya. Bisa saja secara logika Rosalinne yang memang berstatus sebagai istri benar-benar melahirkan seorang penerus dalam waktu dekat tapi dalam benaknya ia masih berusaha untuk menikmati waktu, mengenal lebih dalam dan berusaha menumbuhkan perasaan pada sang suami. Jika sudah seperti ini Rosalinne kembali merasakan kekecewaan dalam hidupnya. Hidup miliknya yang seolah bukan miliknya. Pernikahan yang seharusnya indah karna memiliki cinta di awal kini menjadi kekurangan nilai indah hanya karna tidak adanya sebuah perasaan yang disebut ‘cinta’. Membalikkan posisi tidurnya kini Rosalinne menatap langit-langit kamar yang samar. Jika mengingat pernikahan ini hatinya terluka tetapi begitu mengingat sosok David hatinya menjadi hangat dan tenang.
Begitu sibuk pikirannya hingga membuat Rosalinne tidak menyadari jika keringat dingin telah membanjiri dahinya. Baru ketika serangan melilit itu menyergapnya segera ia memeluk perutnya erat, memiringkan tubuhnya dengan kaki yang merapat Rosalinne menggulung tubuhnya mencengkeram rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerangnya.
Di sisi lain David yang telah menyelesaikan pekerjaannya segera bergegas untuk meninggalkan ruang kerjanya. Membuka pintu perlahan dan mendapati kamarnya yang telah temaram. Melirik jam digital pada dinding David menyadari jika ini sudah kelewat malam maka wajar saja jika kamar ini telah temaram. Kakinya yang panjang ia langkahkan pada marmer yang dingin, dengan tenang menuju peristirahatan tanpa berniat untuk mengusik seseorang yang terlelap memunggunginya. Awalnya pria itu tersenyum begitu mendapati pujaan hatinya telah terlelap di sana tapi kemudian matanya memicing begitu menyadari suatu hal yang tidak biasa tengah terjadi. Itu bukan posisi tidur yang biasa Rosalinne lakukan, perempuannya itu akan memiringkan tubuh dengan posisi kepala yang tetap berada pada bantal dengan kedua tangan sebagai tumpuan di balik kepala. Namun kali ini David menyadari jika kedua tangan istrinya tengah memeluk perut wanita itu sendiri dengan posisi kepala yang telah jatuh dari bantal terlebih posisi tubuhnya terlihat menggulung seperti menahan sesuatu.
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu
Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.“Dav?”“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.“Tidak juga.”David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.“Apakah itu kode?” selidik David.&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya
Tubuhnya benar-benar kehilangan kendali, selain hawa panas ada rasa lain yang dirasakannya tapi cukup sulit untuk dipahami olehnya. Menggeliat dan berguling sama sekali tidak membantunya. Matanya yang sayu menatap penuh permohonan, mencengkeram erat baju yang dikenakan David, Rosalinne memohon meminta pertolongan. Rasa yang menyiksanya itu telah menghilangkan sebagian akal sehatnya bahkan ketika David melucuti pakaian yang dikenakan olehnya Rosalinne sama sekali tidak sadar, baru ketika telapak besar suaminya telah menyentuh permukaan kulitnya Rosalinne tersadar dengan apa yang terjadi. Rosalinne tidak bergerak, perempuan itu masih memahami respon yang diberikan tubuhnya terlebih setelah sentuhan yang telah David berikan padanya.Mendapati Rosalinne yang diam membeku David lantas menghentikan aksinya, menatap penuh khawatir dengan keadaan sang istri. Instingnya mengatakan jika Rosalinne tengah menahan sesuatu oleh karenanya dengan lembut David membelai sisi wajah sang istri d
Hari ini menjadi hari yang paling melelahkan bagi Rosalinne pun dengan David. Setelah kejadian pemanasan diri siang tadi Rosalinne menjadi benar-benar sangat malu meski hanya untuk sekedar berpapasan dengan David. Di rumah yang seluas ini rupanya keberadaan David juga tak berada jauh dari Rosalinne atau memang mungkin sebenarnya pria itu tak mau berjauhan dengan Rosalinne, yang jelas sejak kejadian itu dimanapun arah matanya memandang maka di situlah David berada. Di dalam kamarnya Rosalinne terlihat gugup. Meski telah mengenakan gaun tidurnya rupanya perempuan itu tak kunjung menempati kasur empuknya. Berjalan ke sana – kemari Rosalinne benar-benar dilanda kegugupan. Kedua kakinya yang tersimpan dalam alas bulu yang lembut terlihat penuh semangat membawanya berjalan di ruangan kamar, bahkan mungkin jika dihitung ini telah menjadi langkanya yang ke seratus tapi Rosalinne benar-benar tidak dapat mengatasi kegugupannya. Sadar atau tidak bahkan sikap tenangnya seolah runtuh, ke
“Kau menikmatinya?” tanya Rosalinne pada David. “Tentu sangat nikmat.” Rosalinne tersenyum kembali menyuapkan strawberry ke mulut David yang telah usai mengunyah. Rupanya pasangan itu tengah menikmati quality time di tengah kesibukan yang mendera. Di dalam ruang kerja David yang luas Rosalinne duduk memangku kepala si Pria Han, menyuapkan bebeberapa jenis camilan sebagai penutup acara makan siang keduanya. “Jam berapa kau akan mulai bekerja?” “Sebentar lagi.” “Bisahkah kau menyebutkan waktunya?” “Kurasa tidak.” Mendapat pernyataan seperti itu membuat Rosalinne jengah. Sebenarnya inilah yang ia takutkan jika mengunjungi kantor suaminya itu, kehadirannya akan menyita seluruh perhatian David hanya untuknya bahkan Rosalinne rasa ini sudah jauh melewati batas jam makan siang yang seharusnya. David yang merasakan keterdiaman Rosalinne lantas mendongak, seolah dapat membaca pikiran sang istri kemudian David berkata.
Pagi harinya kediaman keluarga Jeong terlihat berbeda dari biasanya. Dua pasang suami istri dan seorang lajang tengah menikmati makan pagi bersama. Jika orang-orang dilayani oleh para pelayan maka berbeda dengan David, dengan tangannya sendiri Rosalinne melayani sang suami. Meski hubungan keduanya dapat dikatakan sedang tidak akur tetapi Rosalinne masih sadar sesadar-sadarnya tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri. “Terimakasih,” ucap David pada Rosalinne yang meletakkan potongan daging di mangkuknya. Sebagai jawabanya Rosalinne hanya tersenyum. “Menantu Han silahkan nikmati makananmu, jika kau menginginkan sesuatu biarkan pelayan melayanimu.” “Baik ayah mertua, ini sudah sangat cukup bagiku. Terimakasih.” “Tidak usah sungkan anggaplah rumah sendiri.” Nyonya Jeong menimpali sembari meletakkan lauk di atas mangkuk David menginterupsi pergerakkan Rosalinne yang juga hendak melakukan hal yang sama. Dengan ekor matany
[Kirimkan ke kediaman Kim][Untuk setnya apakah anda ingin mengubahnya?][Tidak, cukup set utama. Perbaiki detailnya dan segera kirimkan.][Baik nyonya akan segera kami kirimkan.]Mematikan sambungan teleponnya Rosalinne kembali merapikan barang-barang di walkin closet miliknya. Beberapa pelayan terlihat menunjukkan beberapa pakaian termasuk beberapa pakaian santai, gaun, formal dan semi formal yang akan menggantikan koleksi musim dingin di lemari Rosalinne.“Tolong rapikan berdasarkan warnannya aku mau yang ini terlihat teratur.”Para pelayan mengangguk patuh dengan cepat tanggap segera mengerjakan apa yang dimau oleh si majikan.“Bibi Hong minta para pelayan untuk tidak membuang pakaian lamaku, aku ingin mereka disimpan dengan baik. Mungkin akan aku gunakan tahun depan jika masih bisa.”“Baik nyonya.”“Dan satu lagi tolong berikan aku ukuran tubuh masing-masing pelayan