Share

Perasaan Rosalinne 2

Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu David menyadari jika itu adalah hal umum bagi seorang wanita maka dari itu dengan tenang ia membangunkan sang istri dan memberikan pertolongannya. Baiknya pria itu sama sekali tidak meminta bantuan para pelayannya, dengan sigap membersihkan kekacauan yang terjadi dengan tangannya sendiri yang sebenarnya juga memikirkan perasaan Rosalinne jika hal seperti ini diketahui oleh orang lain. Awalnya Rosalinne merasa malu dan menyesal secara bersamaan akan tetapi David yang memahmi apa yang terjadi pada sang istri lebih dulu memberikan pengertian agar tidak menyimpan perasaan seperti itu padanya hingga pada akhirnya seperti seorang bayi Rosalinne menurut dan menerima setiap tindakan yang dilakukan oleh David.

Malam yang petang kini telah berganti dengan pagi yang cerah. Masih dalam tidurnya Rosalinne merasakan sesuatu yang hangat di perutnya. Lagi dan lagi David benar-benar memberikan perawatan khusus padanya. Ia pikir laki-laki sepertinya tidak tahu cara dalam berlaku seperti ini namun sepertinya ia salah besar dan justru mendapat kejutan karna David sigap dan tanggap atas dirinya.

“Dav kau tidak bekerja?” tanya Rosalinne parau.

Sebenarnya hanya dengan melihat penampilan David, Rosalinne tahu jika pria itu telah siap dengan setelan kerjanya minus jas sebagai pelengkap. Tapi jika diperhartikan dengan baik pria itu masih mengenakan alas kaki rumahnya yang menandakan dirinya belum bersiap seratus persen.

“Sudah pukul delapan pergilah.”

Melirik arlojinya David memastikan waktu yang ia miliki.

Dalam hati ia merasa berat jika harus meninggalkan sang istri dengan keadaan seperti ini tapi di sisi lain pekerjaannya juga menuntut untuk ditangani. Jika ini pekerjaan biasa maka dengan senang hati David akan berdiam diri di samping Rosalinne tapi masalahnya pekerjaannya kali ini menyangkut keberlangsungan kerajaan bisnis yang telah dibangun keluarganya.

“Pergilah, Bibi Hong akan merawatku,” pinta Rosalinne.

Pada akhirnya dengan berat hati David pergi dan meninggalkan kecupan singkat sebelum benar-benar berlomba dengan waktu yang tersisa.

Sepeninggal David, Rosalinne kembali memejamkan mata menikmati sisa-sisa rasa sakit yang masih tersisa. Ingatannya sekilas mengulang kejadian malam tadi, tiba-tiba air matanya menetes menangisi sosok yang belum ia cintai sepenuh hati. Masih dalam perasaan yang berkecamuk tiba-tiba pintunya di ketuk dan seseorang masuk lengkap dengan nampan di  tangan.

“Nyonya ini adalah minuman herbal. Dulu ketika muda saya mengonsumsinya dengan sangat teratur mungkin ini akan membantu anda,” kata wanita paruh baya itu lembut.

Mendengar penuturan dari kepala pelayannya Rosalinne segera berusaha menghapus jejak air matanya dan perlahan bangkit mendudukkan diri.

Pergerakan sang nyonya rupanya tak luput dari perhatian Bibi Hong. Dengan sabar wanita tua itu membantu Rosalinne untuk bangkit, seperti merawat anaknya sendiri Bibi Hong benar-benar menaruh simpati pada nyonya mudanya itu.

“Apakah rasanya masih sangat sakit? Sebelah mana yang sakit?”

Suara Bibi Hong sedikit bergetar seolah ikut merasakan rasa sakit yang Rosalinne rasakan. Rupanya bibi ini benar-benar khawatir dengan kondisi sang majikan. Bahkan ketika Rosalinne tidak menjawab Bibi Hong semakin terlihat khawatir dan memeluknya. Dalam pelukan itulah Rosalinne menumpahkan tangisnya, mengeluarkan air mata sakit juga air mata kesedihan karna perasaannya yang sama sekali tidak dapat ia kendalikan. Sejujurnya dibalik rasa sakit itu Rosalinne lebih tersakiti dengan fakta bahwa ia belum mencintai suaminya yang jelas-jelas sudah seperti dewa sekaligus malaikat baginya. Perasaannya kalut, Rosalinne menumpahkan semuanya dalam tangis yang pilu.

Di lain sisi David berusaha bekerja sebaik mungkin meski dalam benaknya tersimpan rasa khawatir yang sangat mencekiknya. Pria itu benar-benar khawatir pada sang istri, sebaik mungkin ia berusaha menyelesaikan pekerjaanya lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan bahkan ia meminta pada sang sekretaris untuk memajukan beberapa rapat yang ia rasa bisa dimajukan demi mempersingkat waktu kerjanya hari itu.

Hari telah beranjak siang bahkan matahari sudah mulai tergelincir ke arah barat. Rosalinne terlihat memejamkan matanya. Tidurnya terlihat tenang meski wajah pucatnya tidak bisa disembunyikan begitu saja tapi setidaknya wanita itu berhasil menutup matanya dengan tenang. Tidak lama baru hitungan lima belas hingga dua puluh menit ia tertidur tapi ia segera membuka mata begitu menyadari kehadiran seseorang.

“Bisakah kau pergi, ini bukan bar yang biasa kau masuki dengan bebas,” cerca Rosalinne pada sosok Allen Jeong kakak tirinya.

“Rupanya mulutmu sama pedasnya meski kau sedang sakit, sungguh kalimat sambutan yang hangat,” balas Allen tak mau kalah.

“Pergilah aku tidak berminat untuk menyambutmu.”

Bukannya pergi Allen justru semakin mendekatkan diri pada ranjang yang tengah ditiduri oleh Rosalinne.

“Jadi ini yang kau gunakan untuk bergulat dengan suami tampanmu itu.”

Allen mengusap sisi ranjang yang kosong dan tanpa malu mengucapkan kalimat seperti itu pada pemilik rumah.

Mendengar kalimat yang diucapkan saudari tirinya itu membuat Rosalinne tersenyum miris lantas berkata.

“Apa maksutmu memadu kasih? Ah aku tahu mungkin karna kebiasaanmu yang selalu bergulat dengan pria-pria itu jadi membuatmu lupa diri tentang apa itu bercinta-,”

“Kau!” seru Allen. Perempuan itu lalu mencengkram rahang Rosalinne kuat membuat Rosalinne seketika menghentikan kalimatnya.

Menatap sejenak sorot marah dari Allen Rosalinne terkekeh remeh.

“Kau tidak terima? Yang benar saja cih.”

“Tutup mulutmu jalang kecil!”

Allen benar-benar marah, dengan kasar ia menghempaskan rahang Rosalinne membuat Rosalinne sedikit meringis sakit karenanya.

“Jalang berteriak jalang. Aku suka selera humormu.”

“Tertawalah selagi kau bisa karna sebentar lagi semua akan menjadi milikku,” cerca Allen lalu pergi meninggalkan Rosalinne.

Rosalinne yang ditinggalkan kemudian menyudahi tawa sumbangnya. Matanya mulai berkaca menunjukkan emosi yang sangat dalam. Bukan sebagai bentuk menderita kesedihan melainkan sebagai bentuk amarah karna teringat dengan jelas luka ibunda di masa lalu. Dalam benaknya seincipun ia tidak akan merelakan Allen menyentuh apa yang menjadi miliknya terlebih David. Meski pernikahan ini bukan berlandaskan cinta tapi tidak ada salahnya jika Rosalinne ingin menjaga cinta David selagi dirinya menumbuhkan rasa itu.

Allen keluar dari kamar utama dengan perasaan jengkel yang teramat sangat.tapi kemudian ekspresinya berubah drastis begitu mendapati sosok yang diincarnya tengah berjalan ke arahnya. sedikit tersipu perumpuan itu berusaha memperbaiki letak rambutnya kemudian dengan semangat yang membuncah berusaha memberikan kesan yang baik pada iparnya itu.

“David kau pulang? Rosalinne sakit jadi aku bermaksut mengunjunginya-,”

Udara kosong menyapa balik sapaan Allen yang tidak dianggap oleh David. Pria itu mengabaikannya tanpa sedikitpun memberi muka. Bagaimana dengan Allen Jeong? Tentu saja setengah mati perempuan itu menahan kekesalannya. Bahkan setelah usahanya berdusta Allen sama sekali tidak bisa menarik perhatian pria itu padanya. Memangnya siapa yang akan menjenguk peremupuan sial itu pikirnya. Dengan menghentakkan kaki Allen segera angkat kaki dari sana.

Krieeet…

Pelan, amat pelan dan penuh kehati - hatian David membuka pintu kamarnya. Perasaannya menjadi tenang begitu melihat sosok tersayang tengah terbaring dengan tenang. Mendekati Rosalinne pria itu lantas segera mendudukkan diri di samping Rosalinne yang memejamkan mata.

Chu…

Lagi, David kembali mengecup kening sang istri seperti yang dilakukannya pagi tadi. Meraih tangan lemas Rosalinne David juga mendaratkan kecupan di sana. Setelah itu ia merasa jauh lebih tenang karna ternyata Rosalinne beristirahat dengan tenang yang tanpa sepengetahuannya telah terganggu akibat kedatangan Allen.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status