Ketika mendengar undangan Fabian, Julie terkejut tetapi tidak menunjukkannya. Di permukaan, dia mempertahankan sikap lembut dan pendiamnya. "Saya bebas malam ini, tapi apakah itu tidak akan terlalu merepotkan?""Tidak. Selama kau merasa oke dengan undanganku, sama sekali tidak repot.""Baiklah kalau begitu." Julie mengangguk setuju. Jauh di lubuk hatinya, dia sudah merencanakan hadiah apa yang akan dia bawa ke rumah Fabian nanti.Beberapa jam kemudian, hari menjelang senja dan jam pelajaran pun sudah berakhir.Fabian tiba di pintu masuk sekolah tepat waktu. Julie menggandeng tangan Lilian dan membawanya menghampiri Fabian."Mr. Johnson, ada urusan lain yang harus saya tangani. Silakan membawa Lilly pulang dulu.""Oke, silakan saja." Fabian tidak banyak bicara. Dia hanya berbalik dan berjalan pergi sambil menggandeng Lilian.Sambil menatap punggung Fabian, Julie tenggelam dalam lamunan, tetapi pekerjaan di depannya sudah berebut untuk menarik perhatiannya.Dia mengantar anak-anak kembal
Selama dalam perjalanan, Fabian tidak mengatakan sepatah kata pun, jadi Julie tetap diam.Ketika mobil akhirnya berhenti, Julie diam-diam menghela nafas lega karena dia merasa seolah-olah akan mati lemas.Saat turun dari mobil, Julie mengambil inisiatif dengan mencoba membawa Lilian keluar dari mobil, tetapi Fabian selangkah lebih cepat."Biarkan aku saja." Fabian dengan sangat tegas melangkah maju dan dengan hati-hati membawa Lilian ke dalam gendongannya lalu memimpin jalan. "Silakan ikuti aku, Miss Charles."Julie sesaat membeku sebelum menyusul di belakang Fabian.Dia melihat ke sekeliling rumah itu dan memperhatikan bahwa meskipun rumah yang Fabian tinggali bukanlah vila yang sangat mewah atau megah, namun tempat ini masih tampak seperti rumah yang sangat mahal.Latar belakang Fabian muncul di benak Julie. Kakaknya, Yorick, dulunya adalah orang yang punya pengaruh besar di Negara F, tetapi belakangan diketahui bahwa dia terlibat dalam bisnis ilegal. Karena Fabian tidak ikut menjala
Malam ini seharusnya menjadi kesempatan langka yang tak terduga. Dia pikir dia akan bisa makan malam dengan Fabian sendirian dan paling banter mengajak seorang anak, tapi dia tak menyangka teman Fabian juga ada di sini.Kehadiran pria ini tampaknya telah merusak suasana, tetapi Julie tidak menunjukkan kekesalan di wajahnya.Dia terus menyunggingkan senyum sopan dan lembut di wajahnya sepanjang makan dan mencoba memperhatikan Lilian untuk menunjukkan kepada mereka sisi baiknya, tapi dia tak punya kesempatan untuk melakukannya. Sejak mereka mulai makan, Fabian sendiri yang mengurus Lilian hingga makan malam berakhir.Yang harus dilakukan Lilian hanyalah makan dengan patuh seperti gadis baik. Fabian yang menaruh semua makanan di piring Lilian, mengupas setiap udang untuknya, dan bahkan membuang semua duri ikan untuk anak itu. Selama makan dia sangat perhatian terhadap Lilian.Ketika melihat semua itu, Julie berharap bisa melakukan semua itu untuk Lilian. Dia merasa kalau pria yang bersika
"Lilly, apa blueberry-nya manis?"Lilian mengedipkan matanya yang besar dan mengulurkan tangannya untuk mengambil blueberry kecil itu sebelum membawanya ke mulut Fabian.Fabian mengerti dan tersenyum ketika menundukkan kepalanya lalu memakan blueberry yang Lilly tawarkan.Entah mengapa, blueberry yang asam itu terasa manis.Hanya Fabian yang tahu mengapa rasanya jadi manis.Evan melihat pemandangan yang menyentuh itu dan mencondongkan tubuhnya ke bahu Fabian."Fab, apa kau bilang padaku kalau Miss Charles bukanlah wanita yang kau sukai?""Hentikan spekulasimu. Bagaimana mungkin aku menyukai guru Lilly?" Fabian membantah dengan ekspresi serius di wajahnya."Yah, sayang sekali. Padahal, itu akan menjadi situasi yang saling menguntungkan buat kalian dan bisnismu akan naik ke level yang lebih tinggi." Ekspresi kasihan muncul di wajah Evan, tetapi sedetik kemudian langsung berubah menjadi senyum lega. "Tapi menilai dari kepribadianmu, itu mungkin tidak akan membuat banyak perbedaan untukmu.
Ketika mendengar apa yang dikatakan Fabian, Evan mengerutkan keningnya dengan bingung. Di sisi lain, Julie tersipu, menunggu dengan penuh antisipasi apa yang akan dikatakan Fabian selanjutnya.Sudah jelas baginya sekarang. Fabian tahu kalau dia menyukainya dan sengaja mengundangnya ke sini untuk makan malam dengan pengetahuan itu.Adapun artinya? Itu sudah jelas.Julie merasa gugup, dan jantungnya berdebar sangat kencang.Dia menajamkan telinganya dan terus mendengarkan apa yang akan dikatakan Fabian selanjutnya dengan penuh semangat.Namun, dia tak pernah menyangka kalau kata-kata Fabian selanjutnya akan memadamkan semua harapan dan fantasinya dalam sekejap."Aku mengundangnya ke sini agar aku tidak berutang budi padanya."Jantung Julie yang tadi bersemangat berhenti berdetak. ‘Dia melakukan semua ini karena tidak ingin berutang budi padaku?’Dia menatap Fabian dalam keterkejutan. Dia tidak bisa dan tidak ingin membayangkan apa yang akan Fabian katakan selanjutnya.Untuk mencegah hal
Apa yang dikatakan Fabian sebelumnya masih terngiang di telinganya. Dia tak mengerti apa yang dimaksud Fabian dengan pertanyaannya, tetapi harapannya di awal tadi kembali melonjak di dalam hatinya."Saya tidak punya pacar." Tanpa ragu Julie pun menjawab, dan jantungnya mulai berdetak lebih cepat tanpa dia sadari."Itu bagus sekali. Aku benar-benar tidak ingin melewatkan wanita yang luar biasa, lembut, dan baik hati seperti kamu, Miss Charles."“ … ” Julie benar-benar bingung.Evan juga menatap Fabian dengan terperangah.Apa yang sedang terjadi?Bukankah Fab hanya bilang kalau dia tidak tertarik pada Julie? Mengapa dia bilang begini sekarang?Saat mereka bertanya-tanya, Julie dan Evan mendengar Fabian melanjutkan."Evan, sebagai temanmu, aku sudah melakukan yang terbaik. Aku sudah mengundang wanita baik-baik ke sini untukmu. Sisanya terserah padamu."" ... "" ... ""Jika bukan karena aku tidak punya niat untuk pacaran sekarang, aku benar-benar tidak akan mau memperkenalkan wanita hebat
Evan sangat blak-blakan. Dia memang tidak pernah bertele-tele dengan Fabian. Fabian juga tidak menyangkalnya, namun dia tak bisa menerima pilihan kata Evan. "Tak bisa dibantah kalau Julie adalah seorang wanita yang sangat berkualitas, jauh lebih baik daripada perempuan-perempuan liar yang selalu ada di sisimu. Belum lagi, kebetulan sekali kalian berdua sudah pernah bertemu sebelumnya. Kau bahkan tahu ayahnya. Mungkin kalian berdua benar-benar sudah ditakdirkan." Evan mengangkat kedua alisnya. "Tuan Muda Fabian, kau masih ingin jadi mak comblangku? Tapi kau harus tahu ini dengan jelas. Orang yang dia taksir adalah kamu." "Aku bahkan tidak begitu mengenalnya. Paling-paling, dia mungkin menyukai penampilanku,” kata Fabian dingin. Dia lalu memanggil seorang pelayan untuk membawa Lilian kembali ke kamar untuk mandi.Evan tidak sepenuhnya setuju dengan perspektif Fabian. "Hanya karena ketertarikan seseorang pada penampilan orang lain, seseorang kemudian akan cenderung mau belajar lebih b
Namun, Fabian tidak tertarik padanya. Fabian bahkan memperkenalkannya kepada pria lain. Ini membuat Julie merasa tertekan untuk sementara waktu. Sampai hari ini, dia tidak tahu apa kurangnya dirinya."Julie, wajar jika pasangan bertengkar. Jangan merasa terlalu tertekan. Jika dia sudah mencoba membujukmu, biarkan saja. Jangan terus-menerus memendam amarahmu pada pria." Rekan wanita lainnya mengingatkannya dengan ramah.Julie tertegun selama dua detik sebelum mengangguk."Tidak, kami tidak bertengkar." Dia tersenyum tipis dan berkata dengan agak malu.Tepat pada saat ini, notifikasi di ponselnya berbunyi, menunjukkan bahwa dia mendapat pesan. Julie mengangkat ponselnya dengan penuh antisipasi dan melihat dari dekat. Memang benar pesan dari Fabian, tapi setelah membukanya, dia hanya melihat empat kata yang sangat familier. [Terima kasih, Miss Charles.]Julie merasa sangat kecewa, tetapi dia tak bisa menuntut apa pun.Dia bukan pacar Fabian.Julie meletakkan ponselnya dan hendak menyibukk